Eps 5. Air Terjun

1536 Kata
Seperti angin yang berhembus, Xie Yun membawa An Lu terbang melewati pepohonan yang memenuhi hutan. Dari kecil An Lu bukan gadis penakut, dia sudah terbiasa dengan hinaan dan sering mengikuti Ma Jinli berburu di hutan. Tapi untuk terbang yang seperti ini, memang baru pertama kalinya dia dibawa oleh Xie yun. Dan hari ini adalah yang kedua. Dua kaki An Lu menapak tepat di atas batu besar, bersamaan dengan Xie Yun dan Fuxiang yang tentu selalu mengikuti sahabatnya ini. Jika ada yang bilang seperti tak ada kesibukan lain. Itu memang benar, karna tujuan mereka mengelana memang untuk mencari keturunan Zhao dan melindunginya. An Lu menatap berkeliling, dari kedua matanya terlihat sangat jelas jika dia sangat mengagumi keindahan hutan yang ada banyak burung berkicau serta kupu beterbangan. Bibirnya tersenyum lebar kala menemukan air terjun tinggi di depan sana. Sangat indah. Sorot sinar matahari sore yang menerpa air bening itu sedikit menyilau, membuatnya terlihat seperti pelangi. Dari jarak dekat seperti ini, Xie Yun tak berkedip melihat senyum manis yang membuat wajah An Lu semakin cantik dan menggemaskan. Xie Yun melipat kedua tangan di depan d**a, menikmati pemandangan yang untuk pertama kali dalam seumur hidup ia lihat. Tangan An Lu bergerak menengadah ke atas. seekor kupu-kupu cantik berwarna kuning hingga di jari telunjuknya. Ikut tersenyum saat wajah bahagia dengan tawa kecil yang membuat kedua mata sipit An Lu jadi terpejam. Fuxiang menyenggol lengan Xie Yun, tangannya mengusap hidung yang tentu baik-baik saja. “Aku tak menyangka, Qinwu bisa mempunyai keturunan yang begitu mempesona seperti ini. Jika kau tak mau dengannya, aku siap mengurus—” “Lupakan pikiranmu yang tak pernah bersih itu!” Xie Yun melangkah mendekati An Lu yang sudah ada di bibir sungai. Fuxiang terkekeh, kedua bahu melemah dengan tatapan tak pindah dari kedua makhluk di dekatnya itu. Tangan An Lu asik bermain air di pinggiran sungai. Kedua mata berbinar ketika melihat ada segerombolan ikan yang mendekati tangannya. “Xie Yun, ternyata ada ikannya,” ucapnya tanpa menoleh sedikit pun. Xie Yun ikut jongkok di samping An Lu, menatap ikan-ikan yang menggigit kecil jemari An Lu. “Melihat ikan-ikan ini, kau tak mungkin berfikir untuk menyantapnya, kan?” Cepat An Lu menoleh, bibirnya sedikit mengerucut dengan kedua mata yang memekik. “Selama ini aku lebih menyukai makanan matang dari pada memakan yang mentah seperti ini. Dari kecil paman Ma tak pernah memberiku daging mentah.” Dia berdiri, menatap pada air terjun yang ada di depan sana. Hampir menjerit ketika ketika Xie Yun langsung mengangkat tubuhnya tanpa aba-aba. Dengan cepat An Lu balas melingkarkan tangan ke tubuh atletis di sampingnya. Tanpa sengaja, tatapan keduanya saling bertemu. Dalam jarak sedekat ini, tak mungkin jika tak merasakan apa pun, terlebih tubuh yang mepet dan saling berdempetan itu membuat sesuatu dalam diri Xie Yun bangun. “Aaggh!” jerit An Lu saat kedua kakinya menapak pada dahang yang berada sangat dekat dengan air terjun. Tangan yang melingkar di tubuh Xie Yun semakin erat, tentus aja dia takut jatuh. An Lu menunduk, menatap ke bawah. Di mana air jatuh di sana dan itu sedikit membuat kepala pusing. “Xie Yun,” panggilnya dengan suara bergetar, membuat Xie Yun menahan untuk tak tersenyum. Tatapan lelaki berumur ratusan tahun itu terfokus pada bagian d**a An Lu yang benar-benar menempel pada tubuhnya. Ratusan tahun tak pernah bersentuhan dengan lawan jenis, sentuhan kali ini membuatnya benar-benar menginginkan. “Bagaimana kalau aku jatuh?” An Lu masih berpegangan erat dengan kedua kaki yang juga masih berusaha mengimbangkan tubuh. Tak bisa menahan, Xie Yun mendudukkan An Lu di dahang yang sedikit besar itu. Tentu dengan tangan yang masih melingkari pinggang An Lu. “Xie Yun,” seru An Lu lagi, kali ini mengusap d**a dengan kedua mata memejam. Mencoba menstabilkan jantung agar detakknya kembali normal. Setelah menit berlalu, An Lu mulai membuka mata, bibirnya kembali mengukir senyum saat air terjun itu berada sangat dekat dengannya. “Xie Yun, sepatu dan seragamku basah,” katanya setelah menyadari jika percikan airnya mengenai tubuh. Cck, padahal ini sudah sejak tadi. Xie Yun hanya menyunggingkan senyum, menikmati cara An Lu bermain air dengan tawa bahagia. sampai gadis itu menoleh, menatap padanya, lalu mengusapkan air ke wajah Xie Yun. “Xie Yun, apa vampir juga tak pernah mandi?” tanyanya, melihat kulit wajah Xie Yun yang tentu tak bisa menyerap air. Tatapan Xie Yun tertuju pada bibir manis An Lu yang basah berwarna merah muda itu. Sedikit terbuka, bisa ia cium nafas An Lu yang aromanya sangat berbeda dari manusia biasa yang sering ia temui. Xie Yun mendekatkan wajah, sedikit menunduk lalu mengecup bibir lembab itu sebentar. Kedua mata An Lu melebar dengan wajah yang merona. Jantung yang baru saja bisa tenang itu sudah kembali berdebar tak karuan. Tangannya meraba bekas bibir Xie Yun yang tertinggal di bibirnya. “Xie Yun,” panggilnya dengan suara tertahan. Satu tangan Xie Yun mengepal, menatap ke lain arah dengan perasaan yang berusaha ia kontrol. Jiwa pemangsanya begitu menginginkan darah yang ada di tubuh An Lu. Di bawah sana, Fuxiang menggeleng dengan kekehan. Dia tau sejak bertemu dengan An Lu, Xie Yun sudah menjadi pribadi yang tak lagi sama seprti dulu. ** “Di rumahku tak ada kamar mandi. Kami para vampir tak pernah merasakan sakit perut atau sejenisnya.” Fuxiang yang berbicara. Sementara Xie Yun mengulurkan kaos warna hitam miliknya. “Lepas pakaianmu dan pakai kaos ini untuk sementara. Tunggu beberapa menit, pasti nanti bajumu akan cepat kering.” An Lu menerima yang diulurkan Xie Yun. “Pinjam kamar.” Kening Xie Yun berkeryit. “Untuk?” Fuxiang terkekeh geli. “Apa kau menginginkan dia berganti pakaian di hadapanku? Aku sungguh tak masalah, aku akan—aaww! Keterlaluan kau!” melemparkan bantal sofa ke arah Xie Yun yang melangkah menaiki tangga. Lalu mengusap sisi kepalanya yang tadi terkena tinju. An Lu hanya tersenyum melihat Fuxiang yang sok mengaduh. Dia melangkah mengekor Xie Yun, menaiki undakan tangga bercat hitam. Rumah yang bersih, bahkan tak ada hiasan atau apa pun. polos dengan cat warna putih yang terlihat sangat bersih. “Xie Yun, rumah besar ini, siapa yang membersihkannya?” tanyanya dengan terus melangkah. Xie Yun membukakan pintu. “Aku dan Fuxiang bekerja sama tiga hari sekali untuk menyapu debu. Masuklah,” suruhnya, memelengkan kepala menuju ke dalam kamar bercat hijau muda. An Lu masih menatap berkeliling, ada televisi besar, sound musik, dan ruang musik yang tertutup oleh kaca. Lalu di sebelah ruang musik itu ada ruang tertutup yang entah apa. An Lu melangkah masuk tanpa menatap Xie Yun, membiarkan Xie Yun menutup pintu. Tak langsung mengganti baju, An Lu lebih dulu memerhatikan kamar yang memang tak terlihat jika milik manusia. Di ruangan besar ini, hanya ada sofa berwarna hitam, itu hanya sebuah dan tak ada yang lainnya. An Lu menggelengkan kepala, tentu merasa lucu. Dia mulai melepas tas ranselnya, lalu menanggalkan semua pakaiannya yang basah. Memakai kaos Xie Yun yang kebesaran di tubuh. Risih, karna tak memakai dalaman. Jika ingin tetap memakai dalaman, sama saja nanti kaos Xie Yun ini akan basah, kan? “An Lu, jika sudah, aku akan memasukkan baju basahmu ke dalam oven.” Suara Xie Yun di luar kamar membuat An Lu berhenti menatap dia tonjolan di bagian dadanya yang terlihat menantang karena tak memakai BRA. Dia memunguti pakaiannya, membuka pintu dan mengulurkan pakaian basah itu. “ini,” ucap An Lu. Xie Yun menerima pakaian basah An Lu, tapi tatapan kagumnya tak bisa disembunyikan. Tubuh An Lu yang cukup berisi terlihat sangat menggoda. Dia melangkah masuk ke dalam kamar, menarik lengan An Lu dan memepetnya ke dinding. “Xie Yun,” pekik An Lu dengan jantung yang kembali berdebar tak biasa. Bibir yang sudah terbuka ingin mengatakan sesuatu itu dengan sangat cepat terbungkam. Xie Yun meraubnya, menyesapnya dengan hati-hati. menjatuhkan pakaian milik An Lu yang tadi ada digenggaman. Mencekal tangan An Lu yang berusaha mendorong dadanya. Meletakkan dua tangan itu ke lehernya, agar mengalung di sana dengan tanpa melepaskan ciumannya sedetik pun. “Eeggh, euum ….” Lengkuh An Lu saat dia mulai kehabisan nafas dan bibir bawahnya mulai terasa sedikit kebas. Tangan Xie Yun melingkar dipunggung belakang An Lu, menekan tengkuk gadis itu. Sedangkan tangan yang lain meremas bulatan yang ada di balakang milik An Lu. Membuat An Lu kembali mendesah dengan mulut yang membuka. Lalu desahan-desahan terdengar memenuhi ruangan yang tak ada cahayanya. Dengan begitu mudah, tangan Xie Yun mengusap kulit pantatt An Lu. Meremas-remas, lalu mengusap pinggang An Lu secara langsung. “Xie Yun,” seru An Lu saat ciuman mereka terlepas. kaos yang belum lama membungkus tubuh itu, sudah jatuh tergeletak begitu saja di atas lantai. Xie Yun menatap kagum pada tubuh putih An Lu yang tak terbungkus apa pun di hadapannya. Ini lebih menggoda dibandingkan dengan lukisan Qiu Ying milik Fuxiang. “An Lu, aku ingin membangkitkan kekuatanmu. Kau bersedia, kan?” An Lu menengadah, menatap wajah Xie Yun yang kembali menunduk, lalu mengecup bibirnya. Tangannya mencengkeram baju seragam yang menempel di tubuh Xie Yun saat tangan Xie Yun meremas salah satu payudaranya. “Xie Yun, bagaimana caramu membangkitkan kekuatan di tubuhku?” tanyanya dengan suara menggebu. Tangan Xie Yun terus meremas d**a An Lu yang tak bisa di bilang kecil. Kepalanya makin menunduk, mengecup futing yang menengang itu dengan kedua mata menatap An Lu. “Mamasukimu.”
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN