Bab 19. Kelakuan Shinee

1064 Kata
Callista menangis sejadinya saat di kamar mandi, sampai akhirnya dia sadar dia harus keluar jika tidak ingin Maxime marah. Saat melihat wajahnya di kaca wastafel Callista kebingungan sendiri, matanya sembab dan merah dia takut jika Maxime kesal melihat kondisinya. "Bagaimana ini, dia bisa marah kalau melihatku begini. Apalagi dia mau mengajakku pergi, semoga saja dia dapat panggilan penting dan batal pergi." Callista mondar-mandir di kamar mandi, sampai akhirnya terdengar ketukan di pintu dan suara Maxime memanggilnya. Mau tidak mau Callista keluar dari kamar mandi, dia ingin membatalkan rencana mereka pergi dengan kondisinya, tapi dia takut pada Maxime. "Kenapa lama sekali? Apa kamu menyikat seluruh kamar mandi, sampai selama itu?" tanya Maxime mengomeli Callista yang keluar sambil menundukkan kepalanya. "Ma-maaf, aku hanya bingung." "Bingung kenapa?" "Hem, kondisiku begini bagaimana kita pergi. Apa tidak jadi perhatian orang-orang nanti," jelas Callista sambil menunjuk wajahnya. "Peduli apa dengan tanggapan dan reaksi orang-orang, bukan mereka yang membayari barang-barang itu. Lagipula mereka tidak akan berani merespon meski melihatmu dalam kondisi apapun, jadi stop mendramatisir dan segera bersiap-siap sebelum aku kesal." Maxime beranjak dari kamar dan keluar, dia sadar harus segera menjauh sebelum kemarahannya kembali lagi. "Dia bilang aku mendramatisir? Padahal aku tidak ingin orang-orang berpikir buruk tentangnya. Orang lain pasti berpikir aku menangis karena dia, tapi malah dia bilang seperti itu. Terserahlah, aku tidak perduli lagi." Dengan menarik napas panjang, akhirnya Callista menurut. Dia berusaha sebaik mungkin menutupi sembab di matanya dengan make-up, meskipun tetap saja tidak bisa menutupi sepenuhnya. Dia hanya bisa berharap, selama diperjalanan matanya bisa kembali seperti semula. Dia juga tidak ingin terlihat dalam kondisi itu, Callista tidak ingin menjadi pusat perhatian biarpun Maxime mengatakan tidak akan ada yang berani. Selesai bersiap-siap, Callista keluar dari kamar. Dia turun ke lantai bawah, hanya terlihat Maxime dan Lois duduk di ruang tengah, tidak ada Shinee di sana. Callista sedikit lega, setidaknya tidak akan ada keributan lagi. "Syukurlah gadis itu tidak ada, aku malas harus berdebat dengannya lagi. Apa dia tidur?" tanya Callista dalam hatinya. "Sudah selesai? Ayo cepat pergi sebelum Shinee bangun dan membuat keributan," ujar Maxime dan beranjak dari duduknya. Callista hanya mengangguk, mereka berjalan ke pintu keluar. Callista tetap berjalan di belakang Maxime, Lois dan Aron berjalan dibelakang Callista. Tiba-tiba sebuah teriakan menghentikan langkah mereka. "Tunggu!" Maxime menarik napas mendengar suara itu, dia tahu betul jika itu suara Shinee. Maxime menoleh begitu juga yang lainnya, Shinee nampak berlari menuruni tangga dan mendekati mereka. "Kalian mau ke mana? Kenapa aku tidak diajak? Jahat banget kalian, pasti wanita ini yang minta untuk tidak mengajakku, kan?" tanya Shinee menuding Callista dan menatapnya tajam. "Tidak, Shinee. Kami pergi atas permintaanku, lagipula kamu sedang istirahat. Apa kamu tidak lelah sudah dari perjalanan jauh, kita bisa pergi kapan-kapan. Nanti aku akan temani kemanapun kamu mau, sekarang kamu tinggal dulu ya. Sebaiknya kamu istirahat lagi," jawab Maxime mendekati Shinee dan mencoba membuatnya mengerti. "Tidak-tidak, aku tidak mau. Aku mau ikut sekarang, aku tidak mau tinggal. Aku akan marah kalau tidak diajak, lagipula aku yang tahu apa aku lelah atau tidak. Dan aku merasa tidak lelah sama sekali, pokoknya aku ikut, titik!" "Tapi kami sudah mau pergi, sedangkan kamu belum bersiap. Apa kami harus menunggu lagi, hari sudah semakin sore. Lagipula kami hanya akan membeli beberapa kebutuhan Callista saja, aku akan belikan kamu sesuatu juga nanti. Kamu mau apa biar aku belikan saja?" "Tidak! Aku mau ikut, aku tidak mau melihatmu hanya berduaan dengan wanita itu. Pokoknya aku harus ikut, tunggu lima menit saja aku akan turun lagi. Awas kalau kamu pergi, aku akan bakar tempat ini!" "Apa kamu sudah tidak waras? Ingin membakar tempat ini? Baiklah sana siap-siap, berdebat denganmu tidak akan ada ujungnya. Kamu tidak pernah berhasil dibujuk, jadi sana cepat. Lima menit tidak siap aku pergi." "Nah begitu kan enak, ya sudah aku siap-siap. 10 menit, aku harus berganti pakaian dan menggosok gigi." Shinee menawar waktu untuk Maxime menunggu sambil berjalan menjauh, dia bahkan berlari saat menaiki tangga. "Huft, selalu saja tidak bisa dibujuk. Kalau sudah ada dia hidupku tidak bisa tenang, kita tunggu dia sebentar daripada tempat ini rata dengan tanah." Maxime menggerutu sambil berjalan ke arah kursi yang ada di teras dan duduk. "Apa dia benar-benar akan membakar tempat ini?" tanya Callista penasaran sambil menyusul Maxime. "Tentu saja, apa kamu pikir dia hanya mengancam? Dia pernah membakar gudang gandum milik mendiang papinya saat beliau masih hidup. Dia akan melakukan apa yang dia ucapkan, jadi sebaiknya kamu jangan mencari masalah saat dia ada di sini." "Aku pikir dia hanya mengancam, ternyata dia mengerikan juga. Aku tidak pernah membuat masalah, tapi pasti dia yang akan mencari masalah denganku terus karena dia tidak menyukaiku. Aku jadi takut saat sendirian di sini," ucap Callista dengan tatapan menerawang jauh. "Tenang saja, dia tidak akan membunuhmu. Paling dia akan mengerjaimu dan membuatmu tidak betah, tapi tidak perlu khawatir. Aku akan meminta anak buahku menjagamu. Dan kamu kunci saja pintu kamar saat aku tidak ada, jadi dia tidak bisa masuk. Dan kamu akan aman, juga jangan pernah berpikir untuk pergi. Aku akan memberikan hukuman jika kamu mengatakan itu lagi, kamu tidak lupa, kan?" tanh Maxime menatap Callista membuat Callista bergidik membayangkan apa yang Maxime lakukan tadi. Tidak berapa lama, Shinee keluar benar saja tidak sampai sepuluh menit dia sudah siap dan turun. Terlihat dia hanya berganti pakaian, tanpa riasan sama sekali. Meski begitu dia tetap terlihat cantik, malah lebih cantik tanpa make-up seperti itu. "Kamu tidak berdandan?" tanya Maxime sambil berdiri untuk ke mobil. "Nanti di mobil saja, aku hanya akan pakai make-up simpel saja. Kalau tidak mana cukup waktu sepuluh menit untuk siap-siap," jawab Shinee memanyunkan bibirnya. Maxime hanya beradehem kecil, lalu masuk ke mobil yang sudah dibukakan pintunya oleh Lois. Saat Callista hendak naik, Shinee mendorongnya dengan bahunya. "Kamu naik di depan saja, aku yang duduk bersama Max. Atau kamu mau duduk di kursi belakang?" "Kamu saja yang di depan, Shinee. Bukankah kamu sudah lama tidak pulang, pasti kamu ingin melihat-lihat kota ini. Jika duduk di depan kamu bisa puas melihat-lihat," sahut Maxime menengahi. "Tidak, aku mau duduk denganmu. Lagipula melihat dari belakang juga bisa," ujar Shinee ngotot. "Sudah tidak apa-apa aku duduk di depan saja," timpal Callista seraya berjalan ke arah pintu depan samping kemudi. Semua orang hanya bisa menarik napas panjang melihat kelakuan Shinee, dia sama sekali tidak mau mengalah apalagi mendengarkan apa yang dikatakan orang lain. Dia pun langsung duduk di samping Maxime, mengeluarkan alat make-up dari dalam tasnya dan merias wajahnya.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN