Bab 20. Sengaja Membuat Keributan

1170 Kata
Sesampainya di sebuah mall, mereka turun di area parkir Mall. Saat mereka masuk beberapa mata menatap heran, terlebih karena gaya berpakaian Maxime dan anak buahnya yang mencolok dengan setelan berwarna hitam dan kaca mata hitam mereka. Shinee terus bergelayut di lengan Maxime meskipun Maxime sudah melarang karena risih. "Kalian mau beli apa, katakan saja apa yang kalian inginkan?" tanya Maxime pada kedua wanita yang bersamanya. "Beli tas dulu, aku hanya membawa satu tas ke sini karena buru-buru datang kemari." "Memangnya kenapa kamu sampai terburu-buru ke sini, apa ada hal mendesak?" "Aku mendengar kabar kamu bersama wanita lain, apa itu bukan hal mendesak. Aku ingin melihat siapa wanita itu," jawab Shinee cepat. "Loh, memangnya kenapa. Kita tidak ada hubungan apa-apa, lalu apa salahnya kalau aku punya hubungan dengan yang lain. Kenapa itu membuatmu buru-buru ke sini? Aku pikir kamu memang ingin pulang atau ada urusan penting. Harusnya kamu menelponku dan bertanya langsung saja tidak perlu kemari," ucap Maxime kembali mempertegas hubungan mereka. "Sudah, percuma bicara denganmu, kamu tidak akan paham. Itu toko tasnya, ayo kita ke sana!" ajak Shinee menarik tangan Maxime agar lebih cepat. "Pelan-pelan saja, toko itu tidak akan pindah kemana-mana." Callista yang mendengar percakapan mereka hanya tersenyum tipis, Shinee benar-benar seorang gadis yang keras kepala. Meskipun Maxime menolaknya berulangkali, tapi dia tetap kekeuh merasa sebagai tunangan Maxime. Callista mengikuti mereka dari belakang bersama anak buah Maxime yang mengawal mereka. "Ambil apa saja yang kamu inginkan, jangan melihat harganya karena aku mampu membelinya. Jangan membuatku malu dengan hal sepele itu," ucap Maxime pada Callista saat mereka sudah tiba di toko. "Dengar tuh, gadis miskin sepertimu biasanya akan melakukan hal itu. Itu kenapa Max mengingatkanmu," timpal Shinee dengan nada menghina. "Shinee, jaga ucapanmu. Sudah belanja sana sebelum aku berubah pikiran," ujar Maxime mengingatkan. "Iya-iya," sahut Shinee dan langsung berjalan mencari apa yang dia inginkan. Callista pun terpaksa menurut, dia melihat-lihat apa yang menarik hatinya sampai akhirnya sebuah tas yang hanya satu-satunya di sana membuatnya tertarik. Callista berjalan mendekati, lalu meraih tas itu dan melihat-lihat sambil melirik harganya yang ternyata mahal. "Tas begini saja sampai puluhan ribu dollar, tapi memang bagus sih dan sepertinya satu model hanya satu tas saja. Apa namanya ... oh iya limited edition. Aku ambil saja kalau begitu, bukankah dia bilang aku tidak boleh lihat harganya." Callista membatin sendiri, sampai akhirnya ada yang menabraknya pelan dari belakang. "Aku mau yang ini, aku sudah mencarinya sejak tadi." Shinee mengambil tas yang ada di tangan Callista dan melihatnya dengan tersenyum. "Tapi aku yang memilihnya lebih dulu," ujar Callista yang sudah terlanjur tertarik pada tas itu. "Oh, jadi kamu tidak mau mengalah. Kamu bisa pilih yang lain, lagipula tahu apa kamu tentang tas begini. Buat orang sepertimu tas apa saja bagus, jadi pilih saja yang lain. Lihatlah banyak pilihan lainnya," jawab Shinee tidak mau kalah. "Kenapa tidak kamu saja memilih yang lain, karena aku menyukai ini begitu pertama melihatnya. Aku tidak suka yang lainnya," ucap Callista dan mencoba meraih tas dari tangan Shinee tapi langsung dijauhkan Shinee. "Aku juga suka yang ini dan kalau kamu tidak mau yang lain ya sudah, pokoknya aku mau yang ini!" "Ada apa kalian, kenapa saling berebut. Jangan membuatku malu, begitu banyak tas di sini kenapa kalian berebut satu tas itu?" tanya Maxime mendekati mereka rupanya dia memperhatikan keduanya sejak tadi. "Aku mau yang ini, aku mencarinya sejak tadi hanya saja dia yang lebih dulu menemukannya. Dia bisa pilih yang lain, lagipula ngerti apa dia soal tas. Bagi dia semua tas sama saja, berbeda denganku yang paham dengan fashion. Ini tas satu-satunya yang dibuat oleh merek ini, jadi aku mau yang ini!" Shinee bersikukuh dengan keinginannya tentang tas yang direbutnya dari Callista. "Tapi aku lebih dulu menemukannya dan aku hanya menyukai tas itu, aku langsung jatuh hati begitu melihatnya. Meskipun aku tidak tahu itu merek apa dan tidak perduli mau satu-satunya atau tidak, aku hanya tertarik dengan tas itu. Jadi jika tidak mendapatkannya sebaiknya aku tidak membeli apapun," jawab Callista sama-sama bersikukuh dengan keinginannya. Maxime menarik napas panjang, dia meraih tas yang dipegang Shinee dan memberikannya pada Callista yang langsung tersenyum. "Max, aku mau tas itu, kenapa kamu berikan padanya. Apa dia lebih penting dariku?" tanya Shinee kesal karena Maxime memberikan tas pada Callista. "Dengar, Shinee. Seperti katamu, kamu lebih paham mengenai tas. Jadi kamu bisa memilih yang lain yang menurutmu lebih baik dari tas ini, lagipula aku memperhatikan kalian sejak tadi. Dari awal kamu sudah melihat tas itu, tapi itu tidak menarik dan kamu melewatinya untuk mencari yang lain. Namun, setelah Callista memilihnya kamu jadi ingin memilikinya. Aku tahu apa yang kamu pikirkan, jadi jangan mencari alasan lagi. Cepat pilih yang lain atau aku tidak akan membelikanmu apapun!" tegas Maxime membuat Callista tersenyum dan Shinee langsung kesal. "Kamu jahat, Max. Kenapa lebih membelanya, kita sudah saling mengenal sejak kecil. Harusnya kamu lebih memihakku, bukannya wanita yang baru kamu kenal beberapa hari. Apa dia lebih penting dariku?" tanya Shinee dengan wajah dibuat sesedih mungkin. "Karena aku mengenalmu sejak lama, dari itu aku tahu betul jika ini bukan seleramu. Kamu hanya ingin merebut apa yang dia sukai, andai ada yang lain yang dia suka maka kamu juga akan mengambilnya. Jadi please, jangan membuat drama di sini. Jangan membuatku malu dengan keributan tidak penting ini!" jawab Maxime tegas. Sebenarnya apa yang Maxime katakan ada benarnya, hanya saja harga diri Shinee membuatnya tidak ingin mengalah begitu saja. Dia tidak mau terlihat kalah dari wanita yang menurutnya bukan apa-apa dan siapa-siapa itu, hanya saja dia tidak berani lagi menentang Maxime jika tidak ingin membuat pria itu murka. "Dasar jahat, kalian berdua sama saja." Shinee berbalik sambil menghentakkan kakinya, dia berjalan ke tempat tas-tas lain berada. Beberapa pelayan toko hanya melihat saja adegan itu, mereka tidak berani untuk ikut menengahi. Mereka tahu siapa Maxime, karena sudah beberapa kali Maxime ke sana dengan wanita berbeda. "Cepat pilih lagi yang kamu inginkan, jangan membuat keributan lagi. Apa kalian senang membuatku malu?" tanya Maxime pada Callista. "Eh, kenapa jadi aku yang salah. Dia yang sudah merebut pilihanku," sahut Callista tidak mau disalahkan. "Ya sudah, sana pilih lagi." "Tidak, aku hanya ingin yang ini. Yang lain tidak menarik minatku," ucap Callista menenteng tas pilihannya. "Ya sudah, terserah kamu." Maxime berjalan menjauh untuk kembali duduk dan mengawasi mereka. Callista tidak langsung mengikuti Maxime, meskipun dia mengatakan hanya ingin tas itu tapi matanya tetap mencari-cari jika ada yang menarik lagi. Dia sebenarnya ingin mengambil apa saja, menganggapnya sebagai bayaran atas apa yang Maxime sudah lakukan padanya. Hanya saja, dia benar-benar tidak menemukan apa yang disukainya. Akhirnya Callista berjalan mendekati Maxime untuk sama-sama menunggu Shinee memilih apa yang diinginkannya. "Sudah?" "Hem, ini saja. Aku tidak menemukan yang lain yang menarik," jawab Callista. Maxime memberi kode pada Lois untuk membayar apa yang dibeli Callista, tanpa butuh berkata apa-apa Lois langsung paham dan mengambil tas dari Callista untuk membayarnya. Mereka menunggu beberapa saat sampai Shinee selesai memilih beberapa tas, bukan hanya satu tapi tiga tas sekaligus yang dia pilih dan yang lebih mahal dari milik Callista. Ungkapan kekesalannya karena tidak mendapatkan apa yang dia ingin karena Maxime tidak membelanya.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN