Qiandra mengenyahkan semua rasa terhinanya. Inilah yang harus dia lakukan untuk kehidupan ayahnya. Ia sendiri yang telah menawarkan dirinya pada Ezell. Sejujurnya ia tidak menyangka jika Ezell akan memperlakukannya hingga seperti ini. Ia pikir kakaknya cukup punya hati tapi ternyata ia salah, kakaknya adalah pria yang sangat kejam.
Gerakan tubuh Qiandra seperti seorang penari profesional, dia harus menyenangkan hati kedua teman kakaknya yang tersisa. Qiandra tak tahu kesenangan macam apa yang didapatkan oleh Ezell ketika membuatnya seperti ini. Sudahlah, Qiandra tak ingin memikirkan hal seperti ini.
"Lepaskan bramu!"
Qiandra membeku. Apa-apaan?
"Penari erotis biasa melakukannya, Nona." Celinna yang duduk di sebelah Ezell menambahkan.
Qiandra menarik nafasnya dalam, lakukan Qiandra, lakukan. Tangannya meraih kaitan branya, setelahnya ia melepaskan bra itu. Malu sudah tak ia rasakan lagi. Seseorang tak akan merasa tersiksa ketika ia menikmati apa yang ia lakukan. Dan Qiandra harus menikmati ini agar tak tersiksa.
Demi Daddy. Demi Mommy. Ia menyemangati dirinya dengan tujuan awalnya.
Dada sintal Qiandra terlihat.
"Ezell, bagaimana jika aku meniduri adikmu?" Aeden nampak tertarik dengan Qiandra.
Ezell berdiri dari duduknya, ia melangkah mendekati Qiandra, "Temanku ingin merasakan tubuhmu. Layani dia dan aku akan segera ke rumah sakit untuk melakukan prosedur pencangkokan hati."
"Jangan ingkari kata-katamu. Aku lakukan apapun yang kau katakan."
"Aeden, kau bisa menggunakannya." Ezell meninggalkan Qiandra. "Celinna, ayo pergi." Ia mengajak partner sexnya keluar dari ruangan itu.
"Aih, Ezell berubah menyeramkan hari ini." Zavier menghela nafasnya. "Aku sebaiknya ke clubku saja. Selamat bersenang-senang, kawan." Zavier menepuk pundak Aeden lalu meninggalkannya.
Aeden bangkit, ia mendekati Qiandra. "Pakai kembali pakaianmu dan ikut aku."
Qiandra tak menjawabi kata-kata Aeden, ia hanya memakai pakaiannya lalu mengikuti langkah kaki Aeden.
Sampai di sebuah kamar hotel, Aeden duduk di atas ranjang, "Aku tidak ingin menidurimu. Aku melakukan ini karena aku tahu niatmu datang pada Ezell adalah untuk kesembuhan ayahnya. Tapi, jangan berpikir jika aku menyukai kehadiranmu. Siapapun yang sudah membuat Ezell tak bahagia, aku membenci mereka."
"Kau juga seorang mafia?"
"3 sahabat Ezell adalah mafia. Harusnya kami bisa melenyapkanmu dan ibumu karena sudah merusak kebahagiaan Ezell tapi membunuh kalian tak akan mengembalikan ibunya dan tak akan menghapus kenangan gantung diri itu."
"Membunuh bagi kalian memang hal biasa. Tapi untuk bantuanmu saat ini, aku ucapkan terimakasih."
"Aku hanya membantumu untuk yang pertama dan terakhir kalinya. Setelah ini tak akan ada yang bisa menolongmu dari penderitaan yang akan dibuat oleh Ezell. Kau sendiri yang akan menentukan nasibmu."
Qiandra tahu benar bagaimana melewati penderitaannya. Menjadi penurut adalah pilihan yang tepat. Meski jiwanya adalah jiwa pemberontak, tapi ia akan menjadi penurut kali ini.
Ezell menerima video kiriman dari Aeden. Sahabatnya itu benar-benar meniduri adik tirinya. Tak ada senyum kepuasan disana. Bagi Ezell itu adalah permulaan bagi Qiandra, ia memiliki banyak hal untuk membuat Qiandra menderita.
Operasi akan diadakan dua hari lagi. Ezell lebih suka ayahnya mati tapi ia harus menepati kata-katanya untuk mendapatkan sebuah kepuasan. Ezell akan menyiksa ibu Qiandra melalui Qiandra. Tak peduli apa nanti kata ayahnya, Ezell akan membalaskan kematian ibunya dengan air mata darah Qiandra dan ibu Qiandra.
Malam ini Ezell memiliki transaksi. Bukan hanya Ezell saja tapi 3 teman lainnya juga ikut. Jika 4 mafia ini bersama di satu transaksi maka artinya transaksi ini berbahaya. Orang yang bertransaksi dengan mereka adalah orang yang tak bisa dipercaya tapi sejauh mereka berhubungan belum terjadi masalah.
Yang mereka dagangkan adalah obat bius dan juga heroin. Nilai transaksi kali ini lebih besar dari transaksi mereka sebelumnya. Sepertinya permintaan pasar sedang meningkat.
♥♥
"ZAVIER!" Suara teriakan itu membuat situasi menjadi ricuh. "Kalian berkhianat! Habisi mereka semua!" Perintah Oriel yang tadi berteriak.
Ezell memegangi Zavier yang perutnya tertembak, "b******k!" Ia tahu jika yang diincar adalah jantung Zavier tapi karena tarikan Oriel tembakan itu meleset ke perut Zavier.
Mobil sedan milik Aeden mendekat, Ezell cepat memasukan Zavier ke dalam sana.
"Pergilah! Aku dan Oriel akan mengurus mereka semua."
Aeden segera pergi membawa Zavier.
Di hutan itu terjadi baku tembak. Masing-masing pihak mencoba untuk mengalahkan. Ezell mengarahkan senjata apinya ke pemimpin lawan. Baik Oriel maupun Ezell tak mendengarkan teriakan dari pria yang mengaku bahwa dia tidak tahu apapun mengenai penembakan itu. Pria itu mengatakan jika dia tidak berkhianat.
♥♥
"Bagaimana keadaan Zavier?" Ezell dan Oriel telah kembali dari pertarungan mereka.
"Pelurunya sudah dikeluarkan. Dia demam dan mungkin dia tidak akan sadarkan diri selama 2 hari." Jelas Aeden. "Bagaimana orang-orang itu?"
"Mereka semua tewas." Jawab Oriel. Pria ini mendekati ranjang tempat Zavier dirawat.
"Bukan mereka orang yang menembak Zavier."
Seruan Ezell membuat Oriel dan Aeden melihat ke arahnya serentak, "Aku menemukan selongsong peluru ini dari jarak 200 meter. Senjata yang digunakan adalah M16. Senjata ini adalah digunakan oleh orang-orang militer."
"Kenapa orang itu menargetkan Zavier?" Aeden tak mengerti. Hanya para petinggi militer yang mengenal mereka semua dan dari semua orang itu Aeden yakin jika tak akan ada yang berani menyentuh mereka. "Sepertinya Badan Intelijen sudah mencium pekerjaan kita."
"Direkturnya tak akan berani pada Oriel, Aeden."
"Lalu siapa?"
Ezell nampak berpikir begitu juga dengan Oriel.
"Aku akan mencari tahu siapa orangnya. Berikan selongsong itu padaku."
Ezell memberikan selongsong yang ia temukan pada Oriel.
Setelah beberapa saat Ezell kembali ke kediamannya. Ia memeriksa keberadaan Qiandra, wanita itu sudah tertidur di ranjangnya. Ia kembali menutup pintu kamar Qiandra dan segera kembali ke kamarnya untuk istirahat.
Qiandra membuka matanya, ia tidak tidur sebelumnya, tapi ketika ia mendengar langkah kaki ia segera menutup matanya.
"Agen A03, apa yang kau lakukan di hutan beberapa jam lalu?"
"Memburu hewan yang memakan hewan."
"Siapa yang coba kau sentuh? Aeden, Oriel, Zavier atau Ezell?"
"Ah, kau mengetahui 4 orang itu rupanya."
"Ezellio adalah kakakku."
"Kejutan. Kakaknya mafia dan adiknya agen rahasia. Suatu hari nanti kita pasti akan mendapatkan tugas untuk melenyapkan mereka, Q04."
"Jadi, siapa targetmu?"
"Zavier."
"Ah, si bungsu."
"Sayangnya aku meleset."
"Ternyata penembak jitu Angels bisa meleset juga."
"Sial! Aku harus melakukan percobaan lain."
"Jangan menyentuh Ezell saja."
"Aku tidak janji. Kau tahu sendiri bagaimana pekerjaan kita. Kau saja bisa aku bunuh jika itu perintah."
Qiandra tertawa kecil, "Aku percaya kau akan melakukannya." Nyatanya dia tahu rekannya itu bisa mengkhianati persatuan mereka jika diberi perintah membunuh sesama mereka. Apalagi mereka adalah sahabat baik dan team yang solid. "Dari pada memburunya, ada baiknya kau fokus pada misi."
"Aku paham."
tbc