Akhirnya, keempat pelaku penyerangan itu diangkut oleh para anggota Kahraman ke dalam mobil mini bus yang semula dinaiki oleh Melvin, untuk dibawa ke markas Kahraman. Sementara itu, Melvin, Lea, Selatan, dan satu anggota Kahraman lagi naik ke mobil Lea dan ikut pergi menuju markas Kahraman yang ada di kompleks perkebunan milik keluarga Sadajiwa.
Mereka tidak bisa berlama-lama berada di pinggir jalan karena rentan dilihat oleh orang lain. Meski jalan tikus itu sepi dan tidak ada satu pun orang yang lewat ketika baku tembak terjadi antara anggota Kahraman dan keempat orang bertopeng itu, mereka tetap harus berhati-hati untuk menghindari perhatian yang tidak diperlukan. Selain itu, mereka juga harus cepat pergi sebelum bala bantuan para penjahat itu yang bisa saja datang untuk membebaskan penjahat tersebut.
Karenanya, apa yang sempat Lea katakan pada Melvin, ia bilang akan menjelaskan semuanya dalam perjalanan mereka. Di mobil, Melvin dan Lea duduk di kursi penumpang belakang, sementara Selatan di kursi penumpang depan, dan anggota Kahraman yang satunya menyetir.
Begitu berada di dalam mobil, Melvin justru terdistraksi dari apa yang disampaikan Lea sebelumnya, karena perhatiannya justru terpusat pada celana putih yang Lea pakai hari itu. Ada sedikit robek di bagian betisnya, serta noda darah menghiasi bagian yang robek tersebut.
Lea bahkan tidak sadar jika betisnya terluka karena tadi sempat tersayat pisau salah satu penjahat itu. Ia baru sadar ketika Melvin memegang betisnya untuk memeriksa luka itu. Pedihnya baru terasa ketika Melvin menyentuhnya.
"Oh wow, aku baru sadar kalau luka," ungkap Lea jujur.
Melvin berdecak. "Gimana bisa baru sadar sih? Jelas-jelas tadi orang itu ngelukain betis kamu pake pisau. Untung lukanya nggak terlalu dalam, walau darahnya masih ngalir."
Lea hanya diam dan meringis, lantas membiarkan Melvin mengambil kotak tisu yang memang tersedia di mobil ini dan menyeka darah yang ada di betis Lea dengan tisu dari kotak tersebut. Berhubung di mobil ini tidak ada kotak P3K, maka hanya itu lah yang bisa dilakukan untuk menangani luka di betis Lea itu. Setidaknya dengan membersihkan darah dari lukanya menggunakan tisu bisa menjaganya tetap bersih sampai luka itu bisa diobati nantinya.
Diam-diam, Selatan melihat apa yang dilakukan oleh pasangan suami-istri itu lewat spion dalam mobil. Dan apa yang dia lihat membuatnya langsung melengos tidak nyaman.
"Jujur, kamu tadi keren dan hebat karena bisa ikut ngelawan mereka," bisik Melvin kemudian, sehingga hanya Lea yang bisa mendengarnya.
Lea pun menoleh padanya dan tersenyum karena merasa ada kepuasan tersendiri yang dia rasakan dari pujian itu. "Thanks, I guess?"
Sayangnya, senyuman Lea itu tidak bertahan lama karena apa yang Melvin katakan setelahnya.
"Tapi aku masih mau kamu berhenti dari Kahraman. It's too dangerous for my wife."
Lea jadi mendengus dan memutar bola mata. Dan seperti yang sudah-sudah setiap kali Melvin mengangkat topik pembicaraan ini, Lea memilih tidak merespon, dan mengalihkan pembicaraan.
Mengabaikan perkataan Melvin, Lea justru mencondongkan tubuh ke depan agar bisa melihat ke arah Selatan dengan baik dan bicara dengannya.
"Kamu betulan yakin kalau mereka dari Noir?"
Selatan yang semula memandang ke arah jendela pun melirik sedikit pada Lea, lantas menganggukkan kepala.
"Seratus persen yakin. Salah satu dari empat orang itu, yang paling muda, beberapa aku liat sama Brian Wangsa. Dan waktu aku pernah tugas menyelidiki Noir juga, aku pernah liat orang itu keluar masuk markas Noir," jelas Selatan.
"Apa nggak ada tanda lain yang bisa mengonfirmasi kalau mereka dari Noir? Karena aku yakin, nggak jauh beda sama tiga orang sebelumnya, mereka pasti bakal tutup mulut."
"Setauku, mereka nggak punya tanda khusus, nggak seperti kita yang punya tato untuk menandakan kalau kita anggota Kahraman."
"Berarti, kalau memang mereka dari Noir, niat mereka untuk membunuh?"
"I guess so. Kamu tau sendiri gimana cara kerjanya Noir."
"Berarti, pelakunya juga bukan orang sembarangan, kalau sampai mereka mampu pakai jasanya Noir."
"That's right too."
Lea kembali memundurkan tubuhnya dan bersandar pada sandaran kursi penumpang belakang mobil. Ia menghembuskan napas dan langsung terlihat frustasi setelah percakapannya dengan Selatan.
Sementara Melvin yang hanya mendengarkan percakapan mereka tadi sama sekali tidak mengerti apa yang mereka bahas. Apa itu Noir? Lalu, kenapa nama Brian Wangsa ikut disebut? Apa hubungannya?
"Mind to explain, Mrs. Wiratmaja?"
Bukannya menjawab, lagi-lagi Lea justru menghembuskan napas berat, dan hanya memandang Melvin dengan raut wajahnya yang masih terlihat frustasi itu.
"Intinya, musuh lo itu mau lo mati, dear Mr.Wiratmaja. Karena musuh lo itu pakai jasanya Noir, yang bisa dibilang adalah musuhnya Kahraman. Berkebalikan dengan Kahraman yang menawarkan jasa untuk melindungi, Noir justru menawarkan jasa untuk menghancurkan."
Selatan mewakili Lea menjawab pertanyaan Melvin.
***
Melvin sudah cukup terkejut dengan adanya organisasi semacam Kahraman di negara ini, yang menawarkan sesuatu yang tidak akan bisa ditawarkan oleh perusahaan legal mana pun. Tetapi, cerita tentang Noir justru membuat Melvin jauh lebih terkejut lagi.
Di sepanjang perjalanan menuju markas Kahraman, Lea dan Selatan menjelaskan pada Melvin apa itu Noir. Seperti yang dikatakan oleh Selatan, singkatnya Noir merupakan sebuah penyedia jasa ilegal, sama seperti Kahraman. Dan yang lebih mengejutkan, keluarga Wangsa yang mendirikan Noir dan menjalankan bisnis itu hingga sekarang. Brian Wangsa yang merupakan putra mahkota dari keluarga itu pun merupakan pimpinan dari Noir.
Sebenarnya Melvin tidak terlalu dekat dan hanya sebatas tahu dengan keluarga Wangsa. Keluarga mereka merupakan salah satu keluarga konglomerat old money yang memiliki bisnis dari berbagai macam bidang. Melvin memang pernah sesekali mendengar rumor mengenai keluarga Wangsa yang katanya juga menjalankan bisnis bawah tanah. Selama ini Melvin tidak terlalu memikirkan rumor itu, dan menganggapnya hanya sebatas gosip semata. Siapa sangka, rumor itu justru benar, dan bisnis ilegal yang mereka punya adalah sebuah organisasi bernama Noir.
Berbeda dengan Kahraman yang katanya hanya menerima jasa untuk melindungi kalangan tertentu yang mereka anggap baik, jasa yang ditawarkan oleh Noir justru kebalikannya. Noir bekerja untuk orang-orang yang memiliki niat buruk. Mengirim terror, menghancurkan bisnis seseorang, hingga membunuh sekali pun, Lea bilang mereka melakukan itu semua.
Dan Noir jauh lebih brutal dari Kahraman, lebih tidak peduli pada aturan, dan siap untuk melakukan apa pun untuk memenuhi keinginan klien mereka. Bahkan para anggota mereka pun berani mati demi organisasi mereka. Oleh sebab itu lah, para anggota mereka yang tertangkap tidak akan tutup mulut, karena sudah berjanji untuk menjaga rahasia Noir. Dari yang diceritakan oleh Lea, katanya para anggota Noir juga tidak bisa mengatakan apa pun sehingga rela mati, karena keluarga mereka lah jaminannya. Dibanding Kahraman, Noir memang jauh lebih kejam.
"Nggak sembarangan orang yang bisa pakai jasanya Noir. Bukan karena mereka yang pilih-pilih klien, tapi karena harga mahal yang harus mereka bayar. Kadang, mereka nggak mau dibayar dengan uang, melainkan dengan hal-hal lain yang jauh lebih berharga." Itu penjelasan tambahan dari Lea.
Dalam artian lain, lewat penjelasan itu Lea secara tersirat mengatakan bahwa siapa pun dalang yang telah menyewa jasa Noir dan mengganggu keluarga Melvin, bukan lah orang sembarangan. Mereka pasti kaya raya, atau memiliki hal lain yang bisa digunakan untuk membayar jasa Noir.
"Tapi aku masih nggak ngerti, selama ini keluargaku sama sekali nggak punya masalah dengan keluarga Wangsa. Saingan bisnis pun bukan, karena memang sektor bisnis perusahaan kami beda. Bahkan, pernah interaksi dengan mereka pun bisa dihitung pakai jari. Aku sama sekali nggak peduli mau mereka punya Noir atau bisnis ilegal apa pun itu, tapi kenapa bisa-bisanya mereka menerima tawaran untuk menghancurkan keluarga aku? I can't accept that."
Setelah terdiam cukup lama usai mendengar penjelasan Lea dan Selatan mengenai Noir di mobil tadi, respon itu lah yang diberikan oleh Melvin. Selain kaget dengan rahasia keluarga Wangsa yang baru saja diketahuinya, ia juga tidak terima karena mereka telah menerima tawaran dari klien yang ingin menghancurkan keluarga Wiratmaja. Selama ini Melvin tidak pernah merasa punya masalah dengan mereka, jadi kenapa bisa-bisanya mereka ingin membantu orang lain untuk menghancurkan keluarga Melvin.
Protes tidak terima yang dilayangkan Melvin itu pun sukses membuat Selatan yang turut mendengarnya jadi tertawa. "Lo bodoh atau apa? Mereka nggak akan peduli lo siapa, karena mereka cuma menjalankan bisnis. Kalau ada klien yang menawarkan sesuatu yang mereka inginkan, tentu mereka bakal terima. Dan melihat bagaimana mereka menerima tawaran klien untuk ngehancurin keluarga lo, itu berarti kliennya berani bayar mahal."
Lea mengangguk setuju.
"Dan juga, aku pernah bilang ke kamu kan kalau aku rasa, Brian Wangsa ada dendam tersendiri sama kamu," ujarnya.
"What the heck? Aku aja nggak kenal sama dia!"
"Kamu memang nggak kenal baik sama Brian, kamu sudah mematahkan hati orang yang Brian cinta. Emily Darmono, mantan tunangan kamu, dia lah alasan kenapa Brian nggak suka sama kamu. Dan mungkin juga, karena itu dia menerima misi untuk ngehancurin kamu."
Oh, Melvin mau gila rasanya. Pria bernama Brian Wangsa itu sepertinya sudah tidak waras. Karena pria waras mana yang menjalankan bisnis seperti Noir? Lalu, merasa dendam pada Melvin karena waktu itu Melvin membatalkan pertunangannya dengan Emily Darmono? Padahal, saat itu Brian Wangsa sama sekali tidak terlibat. Mendengar namanya dari Emily pun tidak pernah.
"Mengingat gimana Noir bisa sangat kejam, aku rasa apa yang terjadi kemarin-kemarin baru permulaan. Karena Noir itu hebat, jadi mustahil kalau mereka kalah dengan mudah. Firasatku bilang kalau semua terror kemarin belum ada apa-apanya dan cuma dilakukan untuk tes ombak, karena mereka pasti tau kalau kamu ada di dalam lindungan Kahraman."
Melvin tidak tahu harus merespon Lea seperti apa, sehingga ia pun memilih untuk tidak mengatakan apa-apa lagi setelahnya, dan hanya diam hingga mereka sampai ke tempat tujuan. Membuat perjalanan mereka berubah hening setelah pembahasan mengenai Noir selesai.
Syukurnya, tidak ada penyerangan lain seperti yang mereka khawatirkan. Selain karena mereka langsung keluar dari jalan tikus dan memilih melewati jalanan yang ramai untuk sampai ke tujuan, rasanya para penjahat itu juga tidak dicari karena dianggap gugur begitu saja. Seperti yang Lea dan Selatan bilang, Noir itu kejam, bahkan kepada anggota mereka sendiri.
Sesampainya mereka di kompleks perkebunan milik keluarga Sadajiwa, mobil mini bus yang di dalamnya ada anggota Kahraman dan keempat tersangka penyerangan Lea tadi pergi menuju markas Kahraman. Sementara mobil yang ditempati oleh Melvin, Lea, dan Selatan justru berhenti di depan rumah keluarga Sadajiwa.
Melvin sempat bingung kenapa mereka tidak ikut ke markas Kahraman. Tapi, dia memilih untuk tidak bertanya, dan langsung mengajak Lea untuk keluar dari mobil. Melvin teringat pada luka di betis Lea sehingga ingin cepat-cepat mengobatinya.
Belum juga mereka masuk ke dalam rumah, si bungsu Poppy tiba-tiba saja keluar dan menyambut mereka di depan pintu.
"Aku udah suruh apa yang kalian bilang, ngecek beberapa event yang sekiranya pernah didatangi oleh Brian Wangsa dan tamu-tamu di pesta kalian kemarin," jelas Poppy begitu melihat mereka yang baru datang. "Dan lewat rekaman CCTV lokasi pesta tempat Arthur Wiratmaja meninggal waktu itu, aku lihat Savero bertemu Brian diam-diam. Dan aku akses beberapa rekaman CCTV di pesta tempat lain yang pernah mereka datangi, aku juga lihat mereka ketemu diam-diam di pesta itu."
Seketika saja, penjelasan dari Poppy itu membuat Melvin jadi lupa segalanya, termasuk luka yang ada di kaki Lea. Yang bisa dilakukan Melvin hanya lah mematung di tempat dan menggelengkan kepala, masih mencoba untuk denial.
Tidak. Pertemuan Savero dan Brian pasti bukan berarti apa-apa.
Melvin berusaha keras untuk percaya apa yang ada di dalam pikirannya.