Hari ini Melvin bangun kesiangan. Setelah selama beberapa hari belakangan mengalami insomnia dan tidak bisa beristirahat dengan nyaman di rumahnya sendiri, memutuskan untuk menginap di hotel jadi keputusan terbaik Melvin.
Tidurnya semalam begitu nyaman dan nyenyak. Tanpa rasa gelisah, tanpa mimpi buruk, dan hanya tidur dengan tenang hingga ia merasa kepalanya jadi lebih ringan begitu bangun di pagi harinya. Walaupun Melvin terbangun di waktu yang sudah sangat mepet dengan jam kerjanya, hal itu tidak jadi masalah.
Melvin baru saja mendapatkan tidur terbaiknya setelah beberapa waktu, dan itu yang paking penting.
Melvin sendiri tidak tahu apakah alasan ia bisa beristirahat dengan lebih tenang semalam adalah karena ia tidak tidur di kamarnya dan berada di hotel ini, atau justru karena kedekatannya dengan Lea yang terjadi semalam. Namun, sepertinya yang terjadi adalah yang kedua.
It's the closeness that they had, her warmth, her touches, and the pleasure that came along after that.
Lea benar-benar tahu bagaimana caranya membuat Melvin mendapatkan little heaven yang bisa mendistraksinya sebentar dari semua pikiran buruk.
Melvin jadi yang pertama bangun pagi ini. Lea masih terlelap nyenyak di sebelahnya ketika ia membuka mata. Melihatnya yang tidur pulas seperti bayi membuat Melvin tidak bisa menahan senyum. Sempat terlintas di benak Melvin untuk membangunkan Lea dengan cara yang manis. Dan mungkin, setelahnya dia bisa minta morning cuddle or another round of what they had last night.
Namun, begitu sadar ia terbangun di pukul berapa, Melvin tahu jika ia sudah tidak punya waktu lagi untuk itu. Dengan berat hati, Melvin pun pelan-pelan meninggalkan tempat tidur agar tidak membangunkan Lea, dan masuk ke dalam kamar mandi untuk bersiap-siap ke kantor.
Lea masih tidur nyenyak begitu Melvin sudah siap-siap. Sepertinya, tidak hanya Melvin yang bisa beristirahat dengan lebih nyaman semalam, tapi Lea juga. Atau mungkin juga...Lea kelelahan karena meladeni Melvin semalaman. Not gonna lie, Melvin was playing a little bit too rough last night, so...yeah.
Melvin sebenarnya tidak ingin membangunkan tidur nyenyak Lea. Tapi, ia juga tidak mungkin meninggalkan Lea begitu saja untuk pergi bekerja. Jika Lea terbangun nantinya dan mendapati sisi tempat tidur di sebelahnya kosong, rasanya pasti akan seperti habis melakukan hubungan one night stand dimana partner-nya langsung pergi setelah mendapatkan apa yang dimau.
Mereka jelas bukan partner one night-stand. Mereka suami-istri. Karena itu, Melvin harus memperlakukan Lea secara proper. She is his queen now.
Setelah siap berangkat ke kantor, menelepon room service guna memesankan sarapan untuk Lea, dan sarapan yang dipesannya datang, baru lah Melvin mendekat ke sisi tempat tidur Lea untuk membangunkannya.
"Azalea, wake up..."
Diusapnya lembut pipi Lea untuk membangunkan sang istri. Lea pun menggeliat pelan karena sentuhan Melvin itu, dan tidak lama kemudian sepasang matanya terbuka. Ia mengernyit karena masih beradaptasi dengan cahaya lampu kamar yang kini menyala terang. Setelah mengerjap beberapa kali, baru lah Lea sadar ada Melvin yang berdiri di sebelahnya dengan sedikit menunduk.
Menyadari suaminya sudah berpakaian rapi, sementara Lea masih di atas tempat tidur dengan bed cover tebal menutupi tubuhnya, sepasang mata Lea pun langsung segar. Kantuknya seketika hilang karena kontrasnya penampilan mereka sekarang.
"Kamu mau kemana?" Tanya Lea dengan suara serak karena baru bangun tidur. "Kok udah rapi sih?"
"Aku harus ke kantor, pagi ini ada meeting penting. Tadi aku bangunnya agak kesiangan, makanya aku cepat siap-siap. Aku juga nggak bangunin kamu karena kamu tidurnya nyenyak banget."
Lea cemberut. "Masa aku tiba-tiba ditinggal begini?"
Melvin terkekeh. "Ini aku masih bangunin kamu, jadi hitungannya nggak terlalu tiba-tiba."
"Tetap aja."
"Sorry...maunya aku juga tetap di sini. Tapi kehadiran aku di kantor udah ditunggu. I'll make up to you later, okay?"
Melvin pun merunduk untuk memberikan ciuman di pipi Lea dan puncak kepalanya.
Lea pun hanya bisa menghembuskan napas dan menganggukkan kepala. Menerima kalau dirinya harus berakhir ditinggal oleh Melvin.
"Nanti habis supir nganterin aku ke kantor, aku bakal suruh dia balik ke sini untuk nganterin kamu ke rumah. Langsung pulang ke rumah ya. Kalau mau pergi kemana-mana, kabarin aku dulu. Dan kalau ada apa-apa, langsung telepon aku juga. Jangan pergi sendirian juga--"
"I know I know." Lea memotong ceramah Melvin. "Aku mantan anggota Kahraman, remember? I know how to protect myself, Melvin baby. Kamu kenapa jadi bawel begini?"
"Pokoknya hati-hati," ujar Melvin lagi, lalu ia melirik ke atas meja bundar yang ada di sebelah jendela kamar hotel mereka. "Jangan lupa sarapan juga ya."
Lea tidak bisa menahan senyumnya begitu ia melihat tray berisi sarapan yang sudah berada di atas meja itu. Another surprise from her husband.
"Padahal aku bisa sarapan di restoran hotelnya langsung."
"Daripada kamu sarapan sendirian di sana, mending aku bawa sarapannya ke sini. Lebih aman juga, dan kamu nggak perlu repot."
"That's so thoughtful. Thank you, Melvin baby."
Melvin tersenyum. "Anything for you, babe." Sebelum meninggalkan kamar ini untuk berangkat ke kantor, Melvin mengedipkan sebelah mata menggoda pada Lea, "Ingetin aku untuk bawa kamu honeymoon setelah masalah kita selesai ya? Promise, I'll make you happier than this."
"Sampai sekarang aku masih nggak nyangka kalau kamu bisa berubah jadi begini."
Melvin juga sebenarnya tidak menyangka. Tapi, ia paham dengan dirinya sendiri yang selalu gamblang terhadap perasaannya, dan paling tidak suka yang namanya berpura-pura. Ketika tidak menyukai sesuatu, Melvin akan secara all out menunjukkannya. Begitu pun sebaliknya jika ia sudah mulai menganggap sesuatu penting dalam hidupnya.
Pernyataan Lea itu akhirnya membuat Melvin kembali merunduk untuk sekali lagi memberinya sebuah ciuman, kali ini di ujung hidungnya.
"I'll see you later."
Lea hanya meresponnya dengan tawa. Yang di mata Melvin tawanya terlihat secerah dan sehangat matahari pagi.
Dengan tawa Lea itu, Melvin pun memulai harinya dengan suasana hati yang baik.
Dan semoga saja, sepanjang hari juga bertahan seperti itu.
***
Satu kebodohan Melvin semalam karena terlalu sibuk menghabiskan waktu bersama Lea, ia lupa mengisi ulang daya baterai ponselnya sehingga ponsel itu berujung mati total di pagi hari. Dan karena terlalu sibuk bersiap-siap dengan cepat akibat kesiangan, Melvin juga lupa untuk mengisi daya baterai ponselnya sebelum berangkat ke kantor.
Melvin baru sempat melakukannya di mobil, namun ia tidak langsung memeriksa ponselnya yang sudah mati semalaman akibat disibukkan oleh iPad-nya, membaca materi rapat yang akan dihadirinya nanti.
Begitu sampai kantor, Melvin pun langsung menghadiri rapat itu, dan baru keluar dari ruang rapat tiga jam kemudian. Baru lah setelahnya Melvin bisa sedikit bersantai di ruang kerjanya dan memeriksa ponsel yang sudah dari semalam ditelantarkannya.
Niat awal Melvin adalah menelepon Lea untuk memastikan apakah Lea sudah tiba di rumah atau masih di hotel. Walau Lea sendiri sudah bilang ia bisa menjaga dirinya sendiri karena ia adalah mantan anggota Kahraman, tetap saja Melvin ingin memastikan Lea baik-baik saja.
Namun, Melvin terdistraksi oleh banyaknya notifikasi belum terbaca yang ada di ponselnya itu. Melvin belum sempat memeriksanya karena memang ia baru membuka ponselnya lagi sekarang.
Salah satu dari notifikasi yang muncul adalah pesan dari Selatan yang mengirimkan laporan hariannya tentang pencarian Savero. Melvin hanya membacanya sekilas saja dari notifikasi pop-up. Dan sama seperti kemarin-kemarin, laporan yang diberikan Selatan tidak jauh berbeda. Masih belum ada tanda-tanda ditemukannya Savero. Karena itu, Melvin tidak ingin membacanya lebih lanjut karena itu hanya akan merusak suasana hatinya yang sedang bahagia.
Melvin lanjut melihat notifikasi lain yang kebanyakan adalah urusan pekerjaan, serta notifikasi email dari transaksi kartu kredit yang Melvin gunakan kemarin. Hingga akhirnya Melvin selesai scrolling notifikasi hingga ke bagian paling bawah, dan tanpa sengaja genggamannya pada ponsel terlepas hingga benda persegi itu jatuh menghantam meja ruang kerjanya dan menimbulkan suara yang cukup keras.
Melvin terkejut bukan main karena notifikasi yang berada paling bawah itu adalah notifikasi pesan yang berasal dari Savero.
Setelah pulih dari keterkejutannya dan sadar apa yang terjadi, Melvin pun kembali mengambil ponselnya yang ada di atas meja dan membuka pesan yang dikirimkan oleh Savero semalam, lalu membaca sebaris pesan singkat itu.
Now you know, Melvin. Sorry not sorry. Good luck and take care of your family.
Melvin mencengkeram erat ponselnya hingga buku-buku jarinya memutih. Marah mungkin sudah tidak cukup untuk menggambarkan emosi Melvin sekarang. Setelah puluhan telepon tak terjawab dan ratusan pesan yang dikirimkannya pada Savero yang menghilang, hanya sebaris kata itu yang diberikan Savero sebagai jawaban.
Dan dari pesan yang dikirimkan oleh Savero itu, Melvin benar-benar merasa jika Savero mengejeknya. Now you know, katanya. Dengan mudahnya Savero bilang begitu. Seolah yang terjadi adalah sesuatu yang remeh.
Pengkhianatan yang dilakukan oleh Savero kini benar-benar terasa oleh Melvin. Menamparnya bolak-balik, menusuknya hingga ia merasa sesak bukan main. Melvin sungguh merasa bodoh karena sama sekali tidak pernah berpikir jika hal ini bisa saja terjadi.
Melvin pun kembali mencoba menghubungi kontak Savero. Namun sialnya, nomor pria itu sudah kembali tidak aktif dan tidak bisa lagi dihubungi, hingga Melvin berteriak marah dibuatnya. Geram bukan main.
Tentu saja Savero sudah tidak aktif lagi, karena pesan itu pun sudah dikirimkannya dari berjam-jam yang lalu. Pria itu pasti tidak bodoh dan tidak akan membiarkan ponselnya aktif terlalu lama karena hal itu bisa membuat keberadaannya terungkap. Dan Melvin tidak bisa untuk tidak kesal pada dirinya sendiri karena melewatkan pesan dari Savero.
Nyaris saja ia membanting ponselnya ke lantai, namun ia masih ingat untuk menghubungi Selatan dan memberitahukan soal ini.
Di detik teleponnya diangkat, Melvin langsung berujar, "Savero semalam balas pesan gue, lo bisa track lokasinya dari pesan itu?"
"Bisa." Selatan menjawab cepat. "Tapi kita perlu ketemu."
"Ke kantor gue sekarang."
"Okay. Be there in fifteen minutes."
"Gue tunggu."
Setelah teleponnya dan Selatan berakhir, baru lah Melvin membanting ponselnya ke lantai, tanpa peduli jika benda itu berakhir rusak atau tidak. Yang ingin dilakukannya hanya melampiaskan emosi.
Suasana hati Melvin yang dimulai dengan baik pagi ini pun pada akhirnya tetap berubah jadi buruk, bahkan di saat setengah hari pun belum berlalu.
Terima kasih kepada Savero yang telah membuat satu lagi hari dalam hidup Melvin kembali terasa seperti neraka.