Bab 48

2464 Kata
Mesya menatap Dira yang sedang mengernyitkan dahinya di depan pintu kamar. Mesya tersenyum sekilas. Mesya memang belum mengatakan kalau dia dan Adrel akan pergi ke acara arisn. Ya, Mesya terbiasa hidup hanya dengan Adrel saja sehingga dia sering lupa kalau di sini ada Kakaknya. Ya, Mesya hidup bertahun-tahun hanya bersama dengan Adrel sehingga sebelum melakukan apapun, Mesya tidak terbiasa mengatakan pada orang lain. Masih untung sekarang Mesya ingin untuk berpamitan pada Kakaknya. “Mbak Dira, aku mau pergi dulu sama Adrel. Ada acara arisan..” Kata Mesya sambil tersenyum. Mesya menunggu dengan cemas. Sungguh, respon yang diberikan oleh Dira akan menggambarkan apa yang terjadi pada wanita itu. “Oh, iya.. nggak pa-pa..” Dira balas tersenyum juga. Mesya kembali tersenyum lebar ketika mendapati Kakaknya memang berbicara dengan baik. Tatapan Dira juga tampak fokus. Tidak seperti biasanya dimana wanita itu akan berbicara melantur dan terus menatap ke sekeliling dengan ketakutan. Sungguh, kalau seperti ini Mesya akan sangat senang sekali. Dira akan baik-baik saja. Itu artinya mereka tidak memiliki masalah apapun sekarang. “Makanannya udah aku pesenin, Mbak. Nanti kalau udah dateng, Mbak Dira tinggal ambil aja di depan..” Mesya berbicara sambil tersenyum lagi. Kalau seperti ini, rasanya akan jauh lebih menyenangkan. Tidak akan ada lagi ketakutan yang harus Mesya rasakan. Diara juga begitu, wanita itu tampaknya sudah baik-baik saja sehingga tidak ada satupun hal yang perlu dicemaskan. Entahlah, sekarang mungkin memang saat yang tepat untuk memperbaiki semuanya. Sebelumnya Mesya masih sempat berselising dengan Dira karena banyak hal. Sekarang wanita itu sudah kembali, sepertinya Dira tidaka akan membuat masalah lagi karena wanita itu sudah menguasai dirinya sendiri. Oh astaga, itu artinya selama ini Mesya berbicara dengan makhluk supranatural yang berada di dalam tubuh Dira? Ya ampun, kejadian mengerikan seperti itu tidak boleh sampai terjadi lagi. Mesya tidak ingin mengalami semua itu lagi. Rasanya sangat mengerikan. Mesya tidak mau hal itu terjadi lagi. Sekarang, yang harus Mesya lakukan adalah membuat Dira percaya untuk selalu mengatakan apa yang terjadi pada Mesya. Apapun itu, Dira harus selalu menceritakannya pada Mesya agar tidak ada hal buruk lagi yang akan terjadi. Tidak, Mesya tidak ingin kalau Kakaknya harus mengalami semua itu lagi. Sekarang Dira memiliki Mesya, sudah seharusnya wanita itu mengatakan apa yang menjadi beban pikirannya pada Mesya. Mesya masih memiliki Adrel dan Adrel memiliki Mesya. Mereka saling memiliki sehingga tidak ada satupun hal yang perlu dikhawatirkan. Sementara itu, Dira tidak memiliki siapapun selain Mesya dan Adrel. “Makasih, ya, Sya..”Kata Dira sambil menatap Mesya. Mesya kembali tersenyum. Astaga, itu hanya masalah makanan saja. Sekarang Kakaknya itu memang tampak sedikit jauh lebih baik dari yang dulu Mesya ingin. Ya, dulu Dira tidak akan pernah mengucapkan terima kasih pada siapapun. Wanita itu, entahlah.. dia memang sangat sulit diatur. “Nggak masalah. Itu cuma makanan, Mbak Dira..” Mesya kembali tersenyum. Kalau seperti ini, semuanya terasa sangat menyenangkan. Dira adalah wanita normal yang bisa diajak berbicara dengan baik. Bukan wanita aneh yang terus saja menatap sekitar. Beberapa kali Dira juga mengatakan hal-hal yang menyebalkan. “Bukan, aku mau ucapin terima kasih buat semuanya. Kamu baik banget. Maaf udah buat kekacauan besar di dalam hidup kamu..” Mesya mengerjapkan matanya. Hei, apa yang dikatakan oleh Kakaknya itu? Mesya memang sudah tahu kalau Dira sedang sendirian. Kalau bukan Mesya, siapa yang akan membantu wanita itu? Mana mungkin Mesya akan membiarkan Kakaknya sendirian menghadapi satu masalah yang lumayan rumit ini? Dira ditinggalkan oleh suaminya di saat terendah ini. Mesya tidak akan sanggup menjalani itu semua seandainya masalah ini menimpa Mesya. Kehilangan Adalah hal yang paling mengerikan yang pernah ada. Mesya tidak akan sanggup menjalani harinya tanpa seorang Adrel. Mungkin kalau memang terpaksa, Mesya akan tetap menjalaninya, tapi semua hal yang tidak akan sama lagi. Akan ada banyak kesakitan yang harus Mesya tanggung. Hanya dengan Adrel, Mesya bisa menjalani ini semua. Adrel selalu menguarkan Mesya di saat Mesya merasa tidak sanggup lagi. ada banyak hal di kehidupan Mesya yang membuat wanita itu merasa tidak sanggup. Untunglah adrel selalu ada di saat yang sangat tepat. Pria itu selalu berada di samping Mesya dan mengatakan kalau semuanya akan tetap baik-baik saja dan Mesya tidak perlu merasa khawatir akan apapun juga. Benar, pria itu memang selalu menepati janji. Kalau Adrel mengatakan semuanya akan baik-baik saja, semua itu memang akan baik. Tidak pernah ada hal buruk yang terjadi pada mereka. Sebesar apapun masalah yang datang, Adrel akan tetap berada di samping Mesya dan semuanya akan kembali baik-baik saja. Lalu sekarang, ada satu orang yang mengalami masalah besar. Dalam kehidupan seorang wanita, suami adalah segalanya. Dira pasti sangat bersedih ketika dia harus kehilangan suaminya di saat terendah dalam hidupnya. Iya, Mesya sangat tahu akan sulit menerima semua itu. Tapi tidak masalah, kalau memang Damar meninggalkan Dira begitu saja ketika wanita itu sedang mengalami masalah besar, sebagai saudaranya Mesya tidak akan melakukan hal yang sama. “Mbak Dira, jangan ngomong begitu. Kita saudara, dari dulu kita saudara..” Mesya tersenyum sambil merangkul bahu Kakaknya. Tampaknya, sekalipun mereka pernah bertengkar dan saling memutuskan hubungan satu sama lain, Dira dan Mesya tetap akan menjadi saudara sampai kapanpun. Mereka dibesarkan bersama, dengan kasih sayang yang sama. Apapun masalah yang terjadi, mereka tetap akan jadi saudara yang akan selalu saling membantu dalam setiap kesulitan masing-masing. Tidak masalah kalau mereka pernah bertengkar, dalam sebuah hubungan.. semua orang juga pernah bertengkar, bukan? Mungkin saat itu Dira memang sedang salah mengambil langkah. Ya, satu kesalahan yang langsung membuat semuanya jadi hancur. Sekarang, Mesya dan Dira sudah sama-sama dewasa, untuk apa mereka terus memperpanjang masalah yang harusnya sudah bisa diselesaikan dengan cara yang mudah? Mesya menghela napas. Iya, Ibu dan Bapak pasti sangat bangga karena melihat apa yang Mesya lakukan. Sekalipun sudah tidak bisa bertemu dengan orang tuanya di bumi ini, Mesya harap mereka akan tetap bahagia. Mesya sangat menyayangi mereka. Sekarang, Mesya ingin melakukan hal-hal yang akan membuat mereka bahagia. “Kalau aku bilang aku akan buat satu lagi masalah, apa kamu bakal mengusir aku?” Mesya mengernyitkan dahinya sesaat. Apa yang dikatakan oleh Kakaknya ini? Mesya sangat tidak mengerti dengan apa yang dikatakan oleh Kakaknya. Meskipun begitu, Mesya hanya bisa tersenyum lalu menggelengkan kepalanya. “Enggak. Aku akan bantu Mbak Dira. Memangnya apa yang akan terjadi?” *** Mesya tertawa bahagia ketika melihat suaminya tampak menjadi sasaran beberapa wanita yang sejak tadi terus menggoda dirinya. Adrel bahkan sampai menyembunyikan dirinya di balik tubuh Mama agar wanira-wanita itu tidak lagi menggoda Adrel. Ah, tampaknya acara arisan hari ini bertemakan keluarga. Beberapa wanita bahkan ada yang membawa anak mereka yang masih kecil. Mesya beberapa kali juga ditanyai oleh beberapa anak kecil itu. kata mereka, mereka ingin bermain dengan Mesya. Astaga, mereka pikir Mesya juga adalah salah satu anak dari anggota arisan yang ada di sini. Tidak, Mesya memang adalah menantu Mama, tapi Mesya juga anggota di kelompok ini. bagaimana mungkin mereka mengira kalau Mesya seusia dengan kakak mereka? Beberapa anak yang datang tadi memang memanggil Mesya dengan sebutan ‘kakak’. “Kamu beruntung banget punya suami kaya Adrel..” ada juga seorang wanita yang yang jadi ikut menggoda Mesya. Ah, itu bukan godaan.. itu adalah kalimat pujian yang di dalamnya juga ada rasa iri. Mesya memang sangat beruntung karena bisa memiliki Adrel sebagai suaminya. Iya, lagi pula tidak banyak wanita beruntung yang bisa mendapatkan posisi seperti Mesya. Mendapat suami yang tampan memang adalah hal yang mudah. Ada banyak sekali pria tampan di luar sana. Tapi, mendapat suami baik dan pengertian, itu adalah hal yang sangat sulit untuk didapatkan. Mesya tidak akan memiliki kesempatan dua kali untuk semua ini. Sekarang Mesya mendapatkan Adrel, semuanya terasa sangat mudah kalau Mesya memiliki pria itu. “Haha.. iya, aku emang beruntung karena punya suami kaya orang ini..” Ingin membuat keadaan semakin panas, Mesya menanggapi seorang wanita muda yang tadi sempat melemparkan kalimat padanya. Mesya mengulurkan tangannya untuk mencubit pipi Adrel hingga pria itu meringis kesakitan. Beberapa wanita di sana membuat keadaan lebih dramatisir dengan cara mengeluarkan suara-suara aneh yang semakin menunjukkan jika mereka iri dengan posisi Mesya sekarang. Meskipun Mesya baru saja mencubit pipinya, Adrel tampak tidak marah sama sekali. Pria itu hanya tersenyum lalu kembali memeluk pinggang Mesya. Asalkan dia berada di dekat Mesya, sepertinya semuanya akan baik-baik saja. Mesya tertawa geli ketika melihat tingkah suaminya. Adrel sama sekali tidak protes. Pria itu hanya diam saja sebelum kembali menempelkan tubuhnya ke arah Mesya. Acara arisan memang sudah selesai sejak bermenit-menit yang lalu. Sekarang mereka hanya tinggal ngobrol santai seperti yang biasanya mereka lakukan setelah selesai melakukan arisan. Lagi pula restoran ini disewa sampai malam, akan sangat rugi kalau mereka langsung pulang begitu saja. Sama seperti yang biasanya, mereka akan berkumpul sambil menikmati makanan yang sudah tersedia. Biasanya acar kumpul ini tidak akan seramai sekarang. biasanya hanya ada wanita-wanita saja. Tapi sekarang, ada banyak pria yang juga ikut berkumpul dengan mereka. Lalu juga ada banyak anak-anak yang tampak asyik bermain bersama. Jika sudah seperti ini, Mesya akan kembali teringat pada keadaannya. Sungguh, Mesya sangat ingin hamil. Dia juga ingin tahu rasanya memiliki anak. Sayang sekali, Tuhan tampaknya memang belum ingin membiarkan Mesya merasakan semua itu. Ya, entahlah.. Mesya tidak mengerti kapan dia akan mendapatkan apa yang dia mau. Yang pasti, sekarang Mesya hanya bisa berdoa dan memohon kepada Tuhan. “Mesya, lihat anak-anak kaya begini, kamu nggak pengen punya anak?” seorang wanita dengan rambut merah sebahu tampak menunjuk ke beberapa anak-anak yang sedang bermain. Sungguh, Mesya memang sudah terbiasa mendengar kata-kata semacam ini. tapi, entah kenapa Mesya tetap saja merasa sedih setiap kali mendengarnya. Apa mereka tidak mengerti jika saat ini Mesya sedang dalam saat yang sangat sulit. Mendengar kalimat itu, Adrel segera merengkuh Mesya untuk mendekatinya. Mesya tahu kalau pria itu sebenarnya ingin menjawab wanita yang tadi. Tapi, sejak awal Mesya memang sudah pernah mengatakan agar Adrel tidak perlu terlalu serius untuk menanggapi wanita seperti mereka. Lagi pula Adrel juga jelas sangat memikirkan hubungan Mesya selanjutnya dengan para wanita yang ada di sini kalau Adrel sampai mengatakan jawaban yang menyakitkan juga. Sungguh, di saat seperti ini yag bisa Mesya lakukan adalah terus bersabar. Mereka memang tidak tahu kalau kalimat itu menyakitkan bagi Mesya. Rasanya sama seperti menunjukkan kegunaan tangan pada orang yang tidak memiliki tangan. Mesya menghela napas. Dia sudah bosan mendengar pertanyaan semacam itu. Sekalipun memang bersedih, akhirnya Mesya memberanikan diri untuk berucap. “Iya, pengen. Doakan ya?” Mesya menjawab sambil tersenyum tipis. Beberapa wanita yang ada di sana tampak langsung menyadari raut wajah Mesya. Sungguh, ini bukan topik yang menyenangkan untuk dibahas. Kenapa wanita tadi tidak mengetahui hal itu? Wanita berambut pendek tahu tampaknya sadar kalau sekarang banyak wanita lain yang menatapnya dengan tajam. Selain karena Mesya adalah menantu salah satu anggota senior di sini, Mesya juga sangat disegani karena perilakunya yang sopan. Mesya berasal dari desa sehingga dia selalu tahu cara berbicara yang sopan. Sekalipun orang itu menyebalkan, selagi Mesya bisa menahan emosinya, Mesya akan tetap berbicara dengan sopan. “Tenang aja, Sya. Aku dulu nunggu punya anak sampai 8 tahun menikah. Aku ngomong begini bukan untuk meremehkan usaha dan juga penantian kamu. Aku ngomong gini supaya kamu tetep semangat aja. Emang nggak mudah menjalani ini semua, apalagi kalai ada mulut-mulut orang yang kadang nyakitin” Mesya meringis ketika mendengar omongan salah seorang wanita yang lain. Perlu dicatat, sekalipun mereka berada di kelompok yang sama, tidak semua wanita di sini akur. Ada yang saling bermusuhan karena sering saling bersaing. Ada yang bermusuhan karena sering berbeda pendapat. Ya, di sini anggota semuanya wanita. Sehingga akan sangat wajar kalau ada beberapa perselisihan. Bahkan beberapa bulan lalu ada yang sampai bertengkar dan saling menjambak. Meskipun seperti itu, setiap anggota di sini tidak ada yang tiba-tiba keluar begitu saja. Kalau keluar, itu namanya kalah. Oleh sebab itu, mereka lebih memiilih untuk tetap bertahan saja di dalam kelompok ini. Ya, sekalian sebagai ajang pamer untuk satu sama lain. Beberapa wanita yang duduk di dekat Mesya juga akhirnya memberikan kata-kata semangat untuk Mesya. Merasa tidak tahan dengan keadaan yang ada, wanita berambut pendek tadi memutuskan untuk pergi dari perkumpulan itu. Bukankah Mesya sudah mengatakan kalau kumpulan ini terdiri dari banyak sekali orang? Iya, saking banyaknya, setiap mau berkumpul, mereka sampai harus menyewa satu restoran. Itu semua karena satu tempat saja tidak akan cukup untuk mereka semua. Seperti yang saat ini terjadi. Mesya dan Adrel sedang duduk di salah satu sofa bersama dengan beberapa wanita yang lainnya. Tapi, di meja lain juga ada banyak wanita lain yang sedang berkumpul juga. Mereka saling menggerombol untuk berbicara satu sama lain. Iya, arisan ini memang lebih mirip seperti sebuah pesta. “Nggak usah dipikirin” Adrel meraih Mesya untuk dipeluk. Pria itu juga mengecup puncak kepala Mesya. Kalau sudah seperti ini, apa lagi yang diinginkan oleh Mesya? Dia memiliki suami yang sangat pengertian. Kenapa Mesya perlu merepotkan dirinya untuk memikirkan omongan orang yang sama sekali tidak berguna itu? Huh, ada banyak ujian dalam kehidupan ini. Mesya tahu kalau sekarang dia mendapatkan satu ujian terberat selama rumah tangganya. Apa setiap orang memiliki pemikiran sama dengan wanita yang tadi? Astaga, andai saja dia mengerti bagaimana inginnya Mesya memiliki anak. Tapi, mau bagaimana lagi? Kehidupan ini tidak diatur oleh keinginan Mesya saja. Kalau memang ada yang bisa mengatur kehidupan ini, maka dia adalah Tuhan. Mesya memang tidak pernah berhenti berdoa dan meminta, tapi.. kalau memang belum diberi, dia mau melakukan apa? Andai kehidupan ini semudah keinginan Mesya yang selalu dipenuhi oleh Adrel. Semuanya pasti akan sangat baik-baik saja. “Ya, jelas mikir. Aku ‘kan juga punya otak..” Mesya membalas pelukan Adrel. Pria itu tampak mengusap punggung Mesya dengan pelan. Entahlah, kalau sudah seperti ini rasanya Mesya mau pulang saja. Keadaan hatinya sedang sangat tidak baik. Sungguh, melihat anak-anak kecil yang berlari ke sana dan ke mari, itu sangat menyenangkan. Mesya suka melihat mereka. Rasanya sangat terhibur kalau bisa mendengar suara tawa mereka. Kadang ada juga yang bertengkar. Iya, hanya dengan melihat mereka saja Mesya merasa senang sekali. Nanti, kalau Mesya sudah memiliki anak, dia akan melakukan segala hal yang terbaik untuk anaknya. Tunggu, melakukan segala hal yang baik bukan berarti menuruti semua keinginan anaknya. Manusia kadang terjebak dalam pengertian yang salah. Mesya tidak ingin melakukan hal yang salah pada anaknya. Bagi Mesya, mendidik seorang anak adalah hal yang paling sulit untuk dijalani. Sekalipun begitu, Mesya tetap ingin merasakan semua itu. dia juga ingin mendidik seorang anak yang akan selalu membuatnya tertawa bahagia. Tapi itu semua tampaknya belum bisa terjadi. Mesya masih harus terus berdoa lebih dulu. “Jangan sedih. Mereka nggak tahu apa yang mereka bilang..” Mesya tersenyum. Iya, Mesya tahu apa yang dikatakan Adrel memang benar. Dalam masalah ini, bukan hanya Mesya yang merasa tertekan. Adrel pasti juga sama. Tahun ini suaminya itu sudah berusia 30 tahun. Waktunya sudah sangat tepat untuk memiliki seorang anak. Tapi, sayangnya semua itu masih belum bisa terwujud. Sungguh, apa lagi yang harus Mesya lakukan untuk mendapatkan seorang anak? Untuk Mesya jadi teringat dengan Kakaknya. Dira sudah sepuluh tahun menikah. Tapi wanita itu juga tidak memiliki anak. Ya, Dira memang sempat hamil dan melahirkan, tapi pada akhirnya bayi wanita itu meninggal. Mesya tidak tahu bagaimana rasa sakitnya Dira saat itu. Mesya memang sedih karena dia tidak kunjung memiliki anak, tapi Dira jelas lebih sedih lagi karena wanita itu kehilangan seorang anak. Ya Tuhan, saat itu Mesya tidak ada di samping Dira. Apa yang terjadi pada wanita itu, Mesya sama sekali tidak tahu. Mesya menghela napas sekilas. Beginilah kehidupan, ada hal yang menyenangkan, tapi juga ada yang menyedihkan. Sudahlah, selama ini Mesya selalu mendapat banyak hal baik. Seharusnya Mesya sudah bersyukur karena itu semua. “Iya, nggak pa-pa..” Sekalipun mengatakan kalau dirinya tidak apa-apa, Mesya tetap saja mengusap air matanya yang menetes secara tiba-tiba. Iya, wanita memang akan selalu seperti itu. Mengatakan tidak apa-apa padahal hatinya sedang sangat sakit.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN