Bab 27

3491 Kata
Mesya membuka matanya ketika mendengar suara ayam jantang yang berkokok dengan suara nyaring. Astaga, dia tidak terbiasa dengan suara ayam seperti ini. Biasanya Mesya terbangun karena suara alarm yang dia setel. Tapi sekarang Mesya terbangun karena suara ayam berkokok. Sebenarnya Mesya merasa sangat terganggu karena dia masih ingin tidur, tapu menyadari jika di sisinya tidak ada Adrel, saat itu juga Mesya kembali terbangun. Jam dinding masih menunjukkan pukul 4 pagi. Kenapa suaminya pergi sepagi ini? Adrel tidak terbiasa bangun terlalu pagi. Kadang-kadang Adrel memang akan bangun pagi untuk membuat sarapan spesial untuk Mesya, tapi tidak seperti itu setiap hari. Karena merasa penasaran, Mesya akhirnya berjalan keluar dari kamarnya. Membawa serta selimut yang masih membungkus tubuhnya karena udara di desa benar-benar dingin. Sangat berbeda dengan udara di kota yang panas dan penuh dengan polusi. Mesya melangkahkan kakiny dengan pelan untuk menelusuri tempat yang sekiranya sedang Adrel datangi di rumah ini. Yang pertama Mesya datangi adalah toilet mengingat jika di rumah ini tidak terdapat toilet di setiap kamarnya. Sayangnya, ketika ada di depan pintu toilet, Mesya tidak melihat adanya Adrel di sana. Jadi, dimana pria itu berada. Mesya kembali melangkahkan kakinya menuju ke depan, mencoba untuk mencari Adrel di ruang tamu. Dan.. benar. Pria itu memang sedang duduk di sofa sambil menatap kosong ke arah pintu rumah yang dibiarkan terbuka sehingga membuat angin bisa berhembus dengan kencang. Mesya mengernyitkan dahinya. Apa yang sedang dilakukan oleh Adrel? Apa pria itu tidak merasa kedinginan? Mesya melangkahkan kakinya untuk mendekap suaminya dari arah belakang. Mencoba membuat Adrel terkejut dengan sentuhan tangannya yang terasa sangat dingin. Di luar dugaan Mesya, Adrel malah menarik tangannya dengan cepat sehingga Mesya terhuyung dan hampir kehilangan keseimbangan. Entah apa yang sedang dilakukan oleh Adrel karena saat ini Mesya berakhir dengan terjatuh di atas sofa dengan posisi yang sangat tidak menyenangkan. Punggungnya sampai terbentur sehingga menimbulkan sensasi rasa sakit yang mengejutkan. Mesya memekik karena merasa kage, mendengar suara Mesya, Adrel jadi tersadar dengan apa yang dia lakukan. Gerakan refleks yang dilakukan oleh Adrel malah membuat Mesya terluka. Pria itu menatap Mesya dengan pandangan terkejut. “Sya? Kamu nggak pa-pa?” Sekalipun Mesya merasa jika punggungnya sakit, melihat Adrel yang menatapnya dengan pandangan khawatir seperti itu, Mesya tidak bisa menahan senyumnya. Sekalipun punggungnya masih berdenyut nyeri, Mesya mencoba untuk bangkit dari posisinya. Mesya duduk lalu menatap Adrel dengan pandangan geli. Ini semua dia lakukan agar Adrel tidak merasa terlalu khawatir. Untuk seorang pria seperti Adrel, melihat Mesya terluka akan membuatnya merasa sangat bersalah. Apalagi setelah tahu jika Mesya terluka karena dirinya sendiri. Pria itu akan menyalahkan dirinya sendiri nanti.. “Nggak pa-pa.. tadi aku cuma kaget aja” Mesya menjawab sambil tersenyum. Menyembunyikan raut wajahnya yang sebenarnya sedang menahan sakit. Punggung Mesya akan membiru nanti. Menyembunyikan luka di tubuhnya dari Adrel adalah hal yang sangat sulit mengingat jika Adrel akan sangat teliti mengenai apapun yang menyangkut diri Mesya. Memiliki suami yang sangat menjaga dan juga perhatian seperti Adrel adalah hal yang sangat menyenangkan. Pria itu akan memperhatikan apapun yang terjadi pada Mesya. Apapun.. apapun yang Mesya rasakan, Adrel pasti akan tahu dengan mudah. Oleh karena itu, menyembunyikan sebuah luka adalah hal yang sulit. “Bener nggak pa-pa?” Benar, apa yang ditebak oleh Mesya. Saat ini Adrel sedang memerikan tangan dan juga kaki Mesya, mencoba mencari tahu apakah ada luka yang disebabkan oleh kejadian barusan. Mesya tersenyum geli, pria itu tampak sangat khawatir dengan keadaan Mesya. Di luar sana, ada banyak suami yang memilih untuk tidak peduli dengan keadaan istrinya. Mereka tidak mau mengerti apa yang dirasakan oleh istrinya. Tapi, di sini Mesya mendapatkan suami yang sangat spesial. Suaminya berbeda dengan yang lain. Ketika ada suami yang bisa dengan tega menyakiti fisik istrinya sendiri tanpa merasa bersalah sedikitpun karena mereka merasa, tubuh istrinya adalah hal yang dia kuasai. Ada banyak suami yang tidak bisa menghargai istrinya dengan baik. Di sini, di sini Mesya sedang menikmati tatapan khawatir yang Adrel berikan karena kesalahan yang tidak disengaja oleh pria itu. Ya ampun, bukankah akan sangat tidak tahu diri jika Mesya tidak bersyukur kepada Tuhan? Jika bukan karena kebaikan Tuhan, Mesya tidak akan mendapatkan seorang suami seperti Adrel. Adrel bukan pria yang akan memaksakan kehendaknya pada istrinya hanya karena merasa dia memiliki hak penuh atas istrinya. Adrel juga bukan pria yang sering menuntut Mesya untuk menjadi seperti yang dia mau. Tidak.. kadang, saat Adrel pulang dan ternyata Mesya masih memakai pakaian buruk karena dia baru selesai masak, bukannya mengomel seperti pria lain yang ingin istrinya untuk selalu tampil cantik dan menarik, Adrel justru akan tertawa lalu ikut membantu menyelesaikan pekerjaan yang sedang Mesya lakukan. Adrel mencintai Mesya bagaimanapun keadaan Mesya. Pria itu akan selalu memuji bagaimanapun penampilan Mesya saat di rumah. Mesya tersenyum, tidak sembarang orang yang bisa memiliki suami seperti Adrel. Mesya harus selalu bersyukur karena bisa bertemu dan akhirnya menghabiskan waktu mereka bersama untuk terikat dalam janji suci pernikahan. “Iya, nggak pa-pa kok. Lagian ini juga salah aku, aku yang pengen kagetin kamu..” Mesya memeluk Adrel yang tampaknya mulai kembali tenang ketika tidak menemukan satupun luka di tubuh Mesya. Pria itu duduk di samping Mesya dan langsung membalas pelukan istrinya yang tampak kedinginan karena pintu rumah ini masih Adrel bukan padahal sekarang jam dinding menunjukkan jika masih pukul 4 pagi. Mesya tahu, saat sedang di desa, Adrel sangat jarang bangun pagi. Udara dingin di tempat ini selalu membuat Adrel kembali terlarut dalam mimpinya. Rasanya, ranjang di tempat ini seakan menahan diri Adrel untuk tetap terbaring hingga lebih siang. Tapi, kali ini sepertinya berbeda. Adrel tampak sedang gelisah ketika Mesya menatap matanya. Ada sesuatu yang sedang mengganggu pikiran Adrel. Apa yang sedang disembunyikan oleh Adrel? Pria itu tampak sangat tidak tenang. “Maaf ya?” Mesya tersenyum ketika mendengar ucapan maaf yang diucapkan oleh Adrel. Pria itu selalu saja memperlakukan Mesya dengan sangat baik. Di saat orang lain akan malas mengatakan maaf padahal mereka benar-benar salah, Adrel justru sebaliknya. Pria itu bisa dengan mudah mengatakan maaf. Ketika Adrel sudah mengatakan maaf, artinya Adrel benar-benar merasa bersalah. Siapapun yang mendengar suara Adrel pasti akan berpikir jika Adrel sedang meminta maaf untuk hal yang besar. Padahal tidak, dalam setiap kesalahan yang Adrel lakukan, pria itu akan selalu memohon maaf dengan serius.   Mesya menganggukkan kepalanya. Setelah itu, karena masih merasa kedinginan, Mesya kembali masuk ke dalam pelukan Adrel. Mencoba mencari hangat tubuh suaminya yang terasa sangat menenangkan. Mesya suka ketika lengan Adrel mengurung dirinya. Pria itu seperit sedang menjaga Mesya dari segala bahaya yang mungkin akan melukai wanita itu. Memiliki suami yang terasa sangat bertanggung jawab dan juga mengayomi adalah hal yang selalu diharapkan oleh setiap wanita. Banyak dari mereka yang selalu mencari orang yang tepat, orang yang mereka anggap sempurna dan juga cocok untuk dijadikan teman hidup. Sayangnya, tidak sedikit dari mereka yang salah memilih. Ketika sudah di tengan jalan mereka baru akan mengerti. Setelah menjalani separuh jalan, semuanya baru akan terlihat. Mesya memang masih sangat baru dalam berumah tangga dengan Adrel, tapi selama lima tahun ini, tidak pernah ada perlakukan Adrel yang menyakiti dirinya. Pria itu tidak akan pernah menyakiti Mesya dengan sengaja. Apapun yang Adrel lakukan, pria itu selalu berusaha untuk melakukan yang terbaik bagi Mesya. Adrel tidak pernah menutupi apapun dari Mesya. Jika bisa, pria itu akan selalu mengungkapkan apa yang dia rasakan. Oleh karena itu, kemarin saat Adrel terlihat dengan menyembunyikan sesuatu, Mesya merasa sangat curiga. Mesya takut jika ada sesuatu yang salah dengan rumah tangga mereka. Tidak, seorang wanita tidak akan pernah bisa berhenti khawatir. Ada banyak hal yang membuat pikiran wanita terus saja berjalan ke arah yang negatif. Tapi dengan Adrel, Mesya selalu merasa jika dia sangat tidak perlu melakukan semua itu. Baru kemarin, baru kemarin Mesya merasa terkejut dengan sikap Adrel yang terlihat seperti tidak mau membagi masalahnya. Mesya harap tidak ada hal buruk yang terjadi.. “Kamu kenapa di sini sendirian? Ini masih terlalu pagi buat bangun, Adrel. Masih malem malahan..” Mesya menatap Adrel yang tampak memejamkan mata sambil memeluk tubuh Mesya. Sama seperti Mesya, Adrel tampaknya juga kedinginan. Terasa dengan sangat jelas jika tangan Adrel sedang sangat dingin akibat duduk di ruang tamu dengan pintu yang dibuka lebar. Sebenarnya apa yang diinginkan oleh pria itu? Ada sesuatu yang membuat Mesya merasa penasaran. Adrel seperti sedang memikirkan satu masalah besar yang membuat pria itu harus merenung sendirian. Sungguh, jika benar Adrel sedang memikirkan satu masalah, Adrel harusnya membagi itu semua dengan Mesya. Sesuai dengan perjanjian mereka jika selamanya, tidak akan ada masalah yang disembunyikan satu sama lain. Jika masalah itu menyangkut rumah tangga mereka, tidak ada yang boleh disembunyikan. Mesya menghela napas. Tidak bisa seperti ini, Adrel tidak boleh menyimpan masalahnya sendiri. Sejak awal, mereka sudah membuat perjanjian bersama agar selalu bisa ditepati bersama juga. Jika Adrel memilih untuk menyembunyikan masalahnya, apa yang bisa Mesya lakukan selain bertanya dan mencoba mencari tahu? “Aku nggak bisa tidur” Masih dengan menempelkan kepalanya di leher Mesya, Adrel menjawab dengan suara pelan. Suaranya sangat serak, tampaknya Adrel sedang kelelahan. Lalu, apa yang membuat pria itu tidak bisa tidur padahal cuaca di sini sedang sangat mendukung agar mereka bisa tidur dengan sangat nyenyak hingga matahari muncul di atas kepala. Sejujurnya, tinggal di desa yang ada di puncak gunung membuat Mesya harusnya merasa terbiasa dengan udara dingin yang menyapa. Tapi ternyata, sejak dulu Mesya selalu berlebihan jika sedang kedinginan. Sekarang, setelah terbiasa tinggal di kota, rasanya Mesya lebih kedinginan lagi kalau harus tidur di rumah ini. Ya, sebenarnya sangat sangat menyenangkan bisa tidur tanpa pendingin udara, bahkan udaranya sudah jauh lebih dingin dari yang Mesya rasakan ketika dia menyalakan pendingin udara. Rumah ini memang membawa banyak kenangan lama di dalam ingatan Mesya, rasanya, baru kemarin dia duduk di ruang tamu bersama dengan Bapak dan Ibu. Tidak terasa, semuanya berjalan dengan sangat cepat. Sekarang Mesya sudah kembali ke tempat ini, tapi.. semuanya tidak ada yang sama. Mesya sudah banyak kehilangan kebiasaan lama yang dia miliki. Tidak ada lagi Bapak dan Ibu yang akan menemaninya duduk di tempat ini. sekarang, jika tanpa Adrel, udara dingin di desa ini pasti akan menyakitinya tanpa ampun. Mesya jadi ingin kembali ke masa kecilnya.. Ah, atau mungkin ke masa remajanya. Seharusnya dulu Mesya membawa Bapak dan Ibu ke kota untuk tinggal bersamanya. Tidak peduli kalau dua orang itu akan menolak, Mesya harusnya memaksa mereka berdua agar tidak mau ke kota bersamanya. Meninggalkan desa ini.. dan semua yang ada di sini. Sayangnya, dengan alasan menunggu sawah, Bapak dan Ibu menolak ketika Mesya menawarkan untuk tinggal ke kota bersama dengannya dan juga Adrel. Bahkan, sering kali Mesya memaksa kedua orang tuanya untuk ikut. Usia mereka semakin tua. Mesya tidak mungkin membiarkan mereka begitu saja. Dulu, Dira memang tinggal di rumah ini bersama dengan suaminya, tapi Mesya sangat yakin jika Dira tidak pernah mengurus Bapak dan Ibu dengan baik. Mesya sangat tahu bagaimana sifat Kakaknya itu. Ya, sekalipun sekarang Mesya sudah berusaha melupakan apa yang terjadi di masa lalu dengan menerima Kakaknya untuk kembali ke dalam dunianya dan memperbaiki segalanya, sayangnya semua itu tetap tidak akan bisa membuat Mesya lupa pada apa saja yang dilakukan oleh Dira pada orang tuanya. Harusnya dulu Mesya memang memaksa orang tuanya. Tidak masalah kalau di awal-awal mereka pasti akan merasa tidak nyaman tinggal di kota yang besar, yang penting.. di sana Mesya bisa bebas membawa orang tuanya kemanapun dia mau. Bisa segera pergi ke rumah sakit dengan cepat mengingat jika rumah Mesya terletak di pusat kota yang bisa membuatnya pergi ke manapun dengan cepat tanpa kesulitan menemukan orang yang akan mengemudikan mobilnya. Ah, menyesal seperti ini memang sangat tidak menyenangkan. Mesya tidak suka ketika dia harus kembali berangan-angan dan memikirkan apa yang sekiranya terjadi jika dulu dia melakukan hal yang berbeda. Umur memang di tangan Tuhan, tapi seandainya dulu Mesya melakukan sesuatu yang berbeda, apakah akan ada hasil yang berbeda juga? “Sya, kamu kenapa?” Mesya mengerjapkan matanya. Tampak sangat terkejut dengan Adrel yang sekarang sedang menatap matanya seakan ingin tahu mengenai apa yang sedang Mesya pikirkan. Ah, tidak.. itu hanya pikiran yang sering timbul dan mengganggu Mesya tanpa alasan yang jelas. Sekarang Mesya sedang bersama dengan Adrel, tidak seharusnya dia memikirkan sesuatu yang jelas tidak akan bisa kembali terulang. Ya, orang tuanya memang sudah meninggal. Apalagi yang sekarang bisa dia lakukan? Mesya sudah berusaha untuk memperbaiki apa yang ada dengan kembali menerima kehadiran Dira. Kakaknya itu pasti juga sedang mengusahakan hal yang sama dengan dirinya. Sekalipun memang sering berlaku aneh, Mesya sangat yakin jika Dira pasti juga berusaha untuk melakukan sesuatu yang baik mengingat jika sekarang, satu-satunya orang yang mengenal Dira dengan sangat baik adalah Mesya. Tidak ada aliran yang sama dalam darah mereka, tapi ada kasih sayang yang akan terus mengikat mereka untuk kembali lagi setelah banyaknya masalah yang harus mereka hadapi. Dulu Bapak dan Ibu sudah membekali kasih sayang yang sama antara mereka berdua. Bertahun-tahun berlalu, sekarang Mesya merasa jika hubungan persaudaraan di antara mereka berdua tidak akan bisa terlepas dengan mudah. Ah, seharusnya Mesya mengingat hal ini. Bukankah hari ini seharusnya mereka mengunjungi keluarga kandung Dira? Sudah sangat lama Mesya tidak melihat mereka. Seperti yang dulu pernah dikatakan oleh Bapak dan Ibu, sekalipun Mesya bukan anak di keluarga itu, Mesya juga tetap harus berlaku dengan baik dan sopan selayaknya yang seorang anak lakukan. Dira adalah anak mereka, Bapak dan Ibu mengambilnya sebagai anak mereka. Lalu, sebagai balasan akan kebaikan hati mereka yang telah menyerahkan putri mereka, Mesya harus bersikap sopan, bahkan kalau bisa.. setiap bertemu dengan mereka Mesya harus menyapa dan memanggil mereka sama seperti Dira memanggil mereka. Ya, Mesya sangat tahu jika Bapak dan Ibu tidak henti-hentinya mengucapkan terima kasih atas apa yang sudah mereka lakukan. Sebagai orang yang juga belum memiliki anak, Mesya sangat tahu bagaimana perasan Bapak dan Ibu ketika mereka mendapat seorang putri, ya.. walaupun itu memang bukan putri kandung mereka sendiri. Bapak dan Ibu merasa memiliki hutan yang sangat besar sehingga semua bantuan yang telah mereka serahkan tetap terasa kurang jika dinilai dari apa yang sudah mereka berikan. Baiklah, mungkin Mesya memang harus mengajak Dira datang ke rumah orang tuanya dengan catatan Dira harus sudah bersikap normal. Mesya tidak ingin orang tuanya wanita itu melihat tingkah Dira yang sangat.. sangat tidak bisa dimengerti. Di beberapa keadaan, Mesya juga tidak mengerti apa yang dilakukan oleh Dira. “Enggak.. aku cuma lagi mikirin Mbak Dira. Dia.. dia kenapa sebenernya?” Mesya mendongakkan kepalanya, berusaha menatap Adrel sambil bertanya satu pertanyaan besar yang selama ini mengganggu pikiran Mesya. Memangnya apa yang terjadi kepada Dira sehingga wanita itu bisa melakukan sesuatu yang kadang membuat Mesya merasa kebingungan. Ada satu masa lalu yang masih membuat Mesya merasa ketakutan ketika melihat Dira mulai bertingkah aneh. Entah kenapa, pengakuan Adrel beberapa waktu lalu semakin membuat Mesya merasa ketakutan. Adrel mengatakan mengenai lilin yang mati ketika Dira sedang menjalani pengusiran setan yang terjadi bertahun-tahun yang lalu. Mesya masih mengingat dengan jelas jika saat itu paranormal yang ada di kamar Dira mengatakan agar Mesya dan Adrel menjaga lilin yang dinyalakan agar tetap menjaga jiwa Dira. Mesya tidak pernah tahu kalau lilin itu mati ketika dia sedang memejamkan matanya. Hari itu, kengerian yang besar terjadi. Mesya tidak mengerti kenapa saat itu paranormal membiarkan Adrel ikut setelah dia memilih Mesya untuk menjaga lilin itu. Entahlah, Mesya juga tidak mengerti mengapa dia yang akhirnya dipilih setelah awalnya Bapak yang mengajukan diri untuk masuk ke dalam ruangan itu. Hari itu, Mesya benar-benar melihat sesuatu yang menakutnya terjadi di depan matanya. Sungguh, rasanya seperti ada sesuatu yang juga berusaha untuk menarik jiwa Mesya keluar. Mesya berusaha keras untuk tidak terpengaruh, sekalipun terasa sangat sulit, pada akhirnya Mesya memang bertahan sampai akhir. Katanya, ada sesuatu yang sedang berusaha berkuasa di dalam diri Dira. Untunglah semua itu segera ditangani dengan cepat karena kalau tidak, Dira bisa benar-benar kehilangan jiwanya sendiri. Sayangnya, ada satu hal yang masih membuat Mesya merasa penasaran. Saat itu paranormal mengatakan jika jiwa Dira tidak akan kembali sepenuhnya kalau lilin sampai mati, tapi.. Adrel mengatakan jika lilin itu sempat mati selama beberapa detik sebelum Adrel kembali menyalakannya. Ada stau hal yang terus mengganggu pikiran Mesya hingga saat ini. Apa saat itu Dira memang benar-benar kembali sepenuhnya? “Kenapa? Memangnya dia kenapa, Sya? Dia itu cuma lagi banyak pikiran karena sedang ada masalah. Aku rasa cuma itu aja, sih” Mesya menggelengkan kepalanya. Ada sesuatu yang terus mengganggunya. Membuat Mesya merasa jika perasaannya yang ketakutan ini memang benar terjadi. Tapi, sebelum Mesya benar-benar menemukan apa yang terjadi, Mesya tentu tidak akan semudah itu mengatakan kegelisahannya. Entah kenapa, semua ini terasa sangat berbeda. Mesya bisa mengatakan apapun yang dia inginkan pada Adrel, tapi sekarang.. seperti ada ketakutan tersendiri yang terus menghentikan Mesya untuk berbicara. Iya, ada sesuatu yang lain.. Menurut Mesya, Dira memang sedang ada banyak masalah, tapi.. kelakuan aneh wanita itu jelas sangat mencurigakan. Mesya hanya tidak ingin ada sesuatu yang terjadi pada Kakaknya. Mereka dua saudara, apapun yang terjadi, Mesya selalu berharap jika Dira akan tetap baik-baik saja. Tidak ada hal buruk yang boleh terjadi. Mesya menghela napas sekilas. Bagaimana cara memberi tahu Adrel tanpa mengingatkan hal yang terjadi di masa lalu? Jujur saja, setelah kejadian mengerikan yang pernah menimpa Dira bertahun-tahun yang lalu, Mesya sudah tidak pernah lagi mengalami kejadian supranatural seperti saat itu. Mesya memang mengakui jika dimanapun dia berada, hal-hal seperti itu akan terus mengikutinya. Tapi, sampai sekarang Mesya memang tidak pernah benar-benar merasakan kengerian yang sama seperti yang terjadi bertahun-tahun yang lalu. “Aku merasa ada yang salah dengan dia. Mungkin harusnya kita bawa Mbak Dira untuk konsultasi ke psikiater..” Mesya kembali menatap Adrel, mencari tahu bagaimana tanggapan suaminya tentang apa yang Mesya pikirkan. Sebagai seorang istri, sekalipun dia memang berhak memiliki keinginan yang berbeda dengan Adre, selama ini Mesya selalu berusaha bertanya pendapat suaminya terlebih dahulu sebelum dia memutuskan sesuatu. Ya, memang seperti itulah yang selama ini terjadi. Mesya juga tidak akan menghilangkan kebiasaan baik yang selalu dia lakukan hanya karena beberapa waktu ini dia sering berbeda pendapat dengan Adrel. Meskipun datang ke desa juga akan membuat Mesya merasa senang, tapi entah kenapa alasan yang diberikan oleh Adrel tetap saja membuat Mesya merasa tidak bisa menerimanya. Ada sesuatu yang masih disembunyikan oleh suaminya. Mesya memang tidak tahu apa yang sedang disembunyikan oleh Adrel, tapi Mesya merasakan semua itu. tidak ada yang bisa disembunyikan dari dua orang yang telah disatukan oleh Tuhan. Bukankah benar begitu? Apapun yang terjadi, Mesya sangat yakin jika Adrel akan melakukan semuanya untuk kebaikan Mesya. Hanya, ada beberapa hal yang memang membuat Mesya merasa penasaran. Mengenai perasaan suaminya itu.. Mesya sungguh tidak tahu. Berkali-kali mencoba bertanya, satu-satunya hal yang terus dikatakan oleh Adrel adalah jawab yang sama. Pria itu berpendapat jika Dira memang sedang tertekan dengan keadaan yang ada sehingga dia terus bersikap aneh. Lalu, mereka pulang ke desa agar Dira bisa mulai memperbaiki semua hubungan yang telah dirusak oleh wanita itu sendiri. Kata Adrel, tinggal di antara orang-orang yang mencintainya akan membuat Dira merasa jauh lebih baik. Wanita itu akan mulai menyadari jika selain Damar, masih ada orang-orang yang akan terus menyayangi wanita itu. Sayangnya, setelah semua yang dijelaskan oleh Adrel, masih saja ada beberapa hal yang tidak bisa diterima oleh Mesya. “Kita baru sampai di sini kemarin, Sya. Aku lihat Mbak Dira juga baik-baik saja. Bahkan beberapa kali dia juga tersenyum kalau diajak bicara sama beberapa keluarga. Dia akan senang tinggal di sini. Selain membantu dia untuk memperbaiki hubungannya sama keluarga ini, kamu juga membantu dia untuk hidup di suasana yang lain..” Mesya menghembuskan napasnya sekali lagi. Memangnya Dira akan benar-benar baik-baik saja kalau mereka ada di sini? Menurut Mesya, orang yang sedang mengalami banyak masalah, mereka cenderung tidak bisa mengekspresikan apa yang mereka rasakan dengan benar. Sebagai orang yang mulai mengetahui dunia medis, Mesya jelas akan lebih percaya jika Dira lebih baik ditangani oleh dokter yang sudah ahli dalam dunia seperti itu. seharusnya Dira memang dibawa ke psikiater saja. Datang ke rumah ini malah akan semakin membuat Dira terbeban. Wanita itu juga pasti kembali mengingat tentang Damar. Ah, Mesya sepertinya memang salah dalam mengambil keputusan. Tapi karena sudah terlanjut terjadi, sangat tidak mungkin kalau mereka memutuskan kembali ke kota begitu saja. Mungkin tidak masalah jika mereka memang harus tinggal di sini selama beberapa hari. Semoga saja Dira tidak melakukan sesuatu yang mungkin akan membuat keluarga di desa ini jadi khawatir. Jujur saja, kadang Mesya juga merasa sangat aneh dengan kakaknya. Di beberapa keadaan dia terlihat baik-baik saja, berbicara dan menangis seperti orang normal, tapi.. di keadaan yang lain dia benar-benar tidak terlihat seperti seorang manusia. Mesya tidak tahu lagi apa yang harus dia lakukan kalau sampai di rumah ini Dira melakukan sesutau yang aneh. “Aku juga pengen Mbak Dira baik-baik saja.. Tapi semua ini terlalu membuat aku bingung. Aku nggak tahu apa yang terjadi..” Mesya mengusap wajahnya sendiri. Apapun yang terjadi saat ini, sungguh.. Mesya sungguh tidak mengerti. Ada hal yang masih mengganggu pikirannya. Sayangnya Mesya sendiri juga tidak tahu cara yang tepat untuk mengungkapkan apa yang dia rasakan pada Adrel. Ini semua terasa sangat menyiksa karena Mesya memang tidak pernah seperti ini. mereka berdua memang dua tubuh, tapi hati mereka telah disatukan. Menyembunyikan perasaannya dari Adrel adalah hal yang sangat sulit untuk dilakukan. Sejak awal bertemu dengan Adrel, Mesya memang merasakan ada yang berbeda dengan hatinya. Mesya terlalu takut untuk menerima semua itu sehingga dia memutuskan untuk menjauhi Adrel. Semakin lama, Mesya semakin terbiasa untuk menghindari Adrel. Terasa sangat tidak nyaman ketika harus berada di tempat yang sama dengan Adre. Mesya tahu, ada sebuah ancaman nyata yang tidak terlihat tapi tetap terasa jika dia ada di dekat Adrel. Ada hal berbeda yang ditawarkan Adrel, sayangnya.. Mesya tidak mau terjebak dalam tawaran pria itu. Sekalipun pada akhirnya Mesya memang tetap jatuh ke dalam pelukan Adrel. Pria itu melumpuhkan dirinya, membuat Mesya jatuh ke dalam pelukannya. Hingga saat ini, belum ada pria asing yang membuat Mesya terjatuh sehebat yang Adrel lakukan. Apakah mereka memang diciptakan untuk satu sama lain?
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN