Bab 30

2641 Kata
Mesya memang sangat ingin langsung bertanya mengenai apa yang Dira lakukan begitu wanita itu masuk ke dalam mobil. Sayangnya Adrel mengusap punggung tangan Mesya seakan pria itu memang ingin Mesya untuk tetap diam terlebih dahulu. Benar, sebaiknya mereka memang pulang lebih dulu. Tidak ada gunanya jika mereka bertengkar di dalam mobil. Itu semua malah akan mengganggu konsentrasi Adrel yang sedang menyetir. Mesya tidak ingin hal itu terjadi, jadi.. yang dia lakukan adalah menghela napas pelan sambil terus mengawasi tingkah Dira yang tampak sangat tidak biasa. Wanita itu terus menatap ke sekitar mereka, melihat apa yang sebenarnya terjadi. Ya ampun, memangnya apa yang terjadi? Dari sinar matanya saja, Mesya jelas melihat jika Kakaknya sedang sangat ketakutan. Sungguh, apa yang terjadi padanya? Mesya sangat ingin bertanya pada Kakaknya. Lagi, Mesya kembali menghela napasnya dengan kesal. Jika Dira sampai melakukan semua itu lagi, Mesya tidak akan segan untuk langsung menegur wanita itu. Menjerit ketika Adrel sedang mengemudi? Oh ya ampun, itu benar-benar hal yang sangat tidak benar. Mereka bisa langsung mengalami kecelakaan jika tadi sedang berkendara di jalan tol. Ah, Mesya memang masih sangat bersyukur karena tadi jalan sedang sepi. Tapi, itu bukan berarti jika Mesya akan diam saja. Semua tingkah Kakaknya seharian ini, sungguh.. Mesya sangat tidak menyukai semua itu. Mobil yang mereka tumpangi mulai memasuki pekarangan rumah Mesya. Mesya baru akan membalik tubuhnya ketika dia mendengar suara pintu mobil yang terbuka lalu kembali di tutup dengan cara yang sangat tidak wajar. Astaga, cukup sudah! Mesya tidak akan lagi menahan emosinya. “Sya.. Sudah, jangan bertengkar. Kita bisa tanya baik-baik” Mesya memang sedang sangat kesal saat ini. jadi, jangan salahkan dia jika sekarang dia jadi menatap marah ke arah Adrel. Astaga, saat sedang emosi seperti ini, semua orang memang terlihat sangat menyebalkan. “Aku nggak mungkin diam aja,  kan? Buat apa dia beli kembang?” Mesya menatap Adrel yang langsung menghela napas. Astaga, ini semua bukan salah suaminya. Untuk apa Mesya malah marah padanya? Sungguh.. ini semua sama sekali bukan salah Adrel. Sangat tidak pantas jika Mesya melampiaskan kekesalannya pada Adrel. Baiklah, sepertinya Mesya memang harus banyak bersabar ketika menghadapi tingkah Kakaknya. Sudah berapa kali Mesya dibuat kesal oleh wanita itu? Mereka padahal baru bertemu selama beberapa hari ini. Tapi, ada saja yang mereka ributkan. Sudahlah, sebaiknya Mesya segera masuk ke dalam rumah untuk berbicara dengan Dira. “Kita nggak tahu apa yang—” “Adrel! Dia beli kembang. Kamu pikir buat apa semua itu?” Dari pada terus ribut dengan Adrel, Mesya lebih memilih untuk segera turun dari mobil. Wanita itu berlari masuk ke dalam rumah untuk segera mencari keberadaan Kakaknya. Entah Dira sedang ada di mana, tapi sekarang Mesya sangat ingin bertemu dengannya. Ada banyak hal yang semakin membuat pikiran Mesya jadi berjalan tanpa terkendali. Astaga, yang Dira beli bukanlah hal yang masuk akal. Untuk apa wanita itu membeli bunga yang biasanya digunakan ketika orang akan pergi ke makan? Sangat tidak masuk akal! Oleh sebab itulah Mesya merasa sangat cemas. Memangnya apa yang akan dilakukan oleh orang normal dengan bunga seperti itu? Kalau memang ingin menghias rumah, Dia bisa membeli bunga yang jauh lebih wajar. Untuk apa membeli sebuah bunga yang biasanya digunakan untuk ke pemakaman? Lagi pula, tingkah Dira saat ini memang sangat tidak masuk akal. Ada apa dengan wanita itu? Mesya merasa sangat cemas dengan apa yang terjadi karena jujur saja, ini cukup mengerikan. Mesya tidak terbiasa menghadapi hal yang mengerikan selama ini. hanya ada beberapa kejadian mengerikan yang pernah Mesya alami. Semua itu selalu berhubungan dengan Dira. Iya, sekalipun memang sudah sangat lama berlalu, semua kejadian mengerikan yang Mesya ingin selalu saja berhubungan dengan kakaknya itu. Astaga, sekarang sekali lagi Mesya harus merasakan kecemasan yang sama dengan yang terjadi bertahun-tahun yang lalu. Masalanya, ada satu hal yang sampai saat ini sering menghantui Mesya. Ada satu ketakutan nyata yang masih saja membayangi Mesya sekalipun sudah bertahun-tahun berlalu. Ada satu kejadian di masa lalu yang sampai saat ini masih Mesya simpan rapat-rapat. Tidak pernah ada yang mengetahui kisah ini karena memang Mesya tidak pernah mau bercerita. Bahkan Bapak dan Ibu juga tidak tahu. Saat itu, Mesya merasa jika memberi tahu apa yang terjadi pada kedua orang tuanya hanya akan menimbulkan satu perkara baru. Keluarga mereka baru saja ditimpa masalah yang cukup membuat Mesya merasa ketakutan. Lalu, mana mungkin Mesya tega mengatakan sesuatu yang tidak kalah menakutkan drai apa yang terjadi sebelumnya? Saat itu, sekalipun sedang merasa sangat ketakutan, Mesya memang berusaha untuk tidak mengatakan apa yang terjadi pada orang tuanya. Tidak. Mesya memang akhirnya tidak pernah mengatakan sesuatu yang menjadi ketakutannya saat itu. Sampai Bapak dan Ibu meninggal, Mesya tetap menyimpan rahasia ini rapat-rapat. Sungguh, saat ini Mesya merasa sangat khawatir jika kejadian ini akan sama seperti yang terjadi bertahun-tahun yang lalu. Kengerian yang sama karena ada satu bagian cerita di masa lalu yang masih Mesya ingin dengan benar. Sepuluh tahun yang lalu... Mesya baru saja keluar dari kamarnya untuk segera menyapu rumah. Hari sudah sore, angin juga berhembus dengan kencang. Sepertinya sebentar lagi akan segera turun hujan. Mesya rasa dia harus cepat-cepat menyapu rumah. Setelah itu dia juga harus segera mandi karena mandi ketika hujan turun terasa dua kali lipat lebih dingin dari biasanya. Sekalipun terbiasa dengan hawa dingin di desa, Mesya tetap akan merasa sangat tersiksa alau dia harus menggigil kedinginan karena mandi ketika hujan sudah turun. Mungkin sebaiknya Mesya segera membersihkan rumah lalu segera mandi. Setelah itu, tidur ketika hujan turun.. Ah, benar.. akan sangat menyenangkan kalau Mesya bisa langsung tertidur sampai pagi. Dengan hawa dingin yang dibawa oleh hujan, Mesya sangat yakin kalau dia tidak akan kesulitan untuk segera terlelap. Mesya bersenandung kecil sambil berjalan menuju ke tempat sapu yang biasa dia gunakan. Ketika sedang melangkahkan kakinya menuju dapur, Mesya berpapasan dengan Ibu yang sedang mengenakan pakaian seba hitam layaknya orang yang akan melayat. Hei, apakah ada orang yang meninggal? Di desa, kalau ada orang yang meninggal, biasanya akan ada pengumuman yang diberikan di pengeras suara yang ada di balai desa. Kadang juga menggunakan kentongan yang akan dibunyikan beberapa kali. Kata Bapak, bunyi kentongan itu ada polanya. Tapi Mesya tidak pernah benar-benar mengerti apa saja pola yang digunakan dalam memukul kentongan. Mesya mengernyitkan dahinya. Memangnya ada tetangga yang meninggal? Kenapa Mesya sama sekali tidak mendengar ada pengumuman? “Ibu mau kemana?” Ibunya tampak sedang menakar beras untuk dibawa ke rumah duka. Benar, sepertinya Ibu memang akan melayat seseorang yang meninggal. Astaga, sekarang cuacanya sedang mendung. Sebentar lagi hujan juga akan turun, Ibu akan pergi kemana? Tetangga yang mana yang meninggal? Ah, kalau cuacanya seperti ini, pasti akan sangat kesulitan untuk segera menguburkannya. Mesya jadi merasa prihatin. Jika memang ada tetangganya yang meninggal, Mesya harap keluarga yang ditinggalkan bisa segera mendapat penghiburan. Memang tidak ada yang tahu kapan manusia akan hidup dan akan mati, semua itu terserah pada Tuhan yang berkuasa, tidak akan ada yang bisa mengatur semua itu. Hanya saja, merasakan kehilangan yang cukup mendadak, semua itu tentu sangat tidak mudah. “Ada orang meninggal. Bapak sudah di sana duluan, Mesya di rumah sama Mbak Dira, ya?” Mendengar apa yang dikatakan oleh Ibu, Mesya segera memundurkan langkahnya. Di rumah bersama dengan Kakaknya? Tidak, Mesya sangat tidak menyukai apa yang dikatakan oleh Ibu. Jujur saja, tinggal di rumah bersama dengan Dira adalah hal yang sangat Mesya hindari selama ini. Oh ya ampun. Itu adalah suatu bencana. Sungguh, setelah kejadian yang menimpa Dira beberapa minggu yang lalu, Mesya selalu saja merasa ketakutan kalau harus tinggal berdua dengannya. Dira memang tidak lagi melakukan atau menampakkan sesuatu yang aneh. Tapi, sampai saat ini Mesya masih mengingat apa saja yang terjadi hari itu. Ketika Mesya hanya tinggal dengan Ibu saja, hanya ada mereka berdua.. Mesya mengingat apa yang terjadi pada Kakaknya. Lalu, ketika Mesya masuk ke dalam kamar Kakaknya dengan seorang paranormal, Ya.. Meskipun akhirnya Adrel ikut masuk ke dalam kamar itu. Saat itu, semua hal yang mengerikan harus dilihat oleh Mesya. Iya, semuanya.. Setelah hari itu, Dira memang terlihat baik-baik saja. Tapi Mesya tentu masih sering ketakutan tidak jelas ketika harus berhadapan dengan kakaknya. Tidak, kalau sampai dia harus berada di rumah ini sendirian, Mesya tidak akan sanggup. Apa yang harus dia lakukan? Mesya sungguh ketakutan. Ada hal mengerikan yang mungkin seharusnya tidak dilihat oleh remaja seusianya. Sayangnya, Mesya memang harus melihat itu semua karena Kakaknya sendiri yang kerasukan. Hari itu, untuk yang pertama dan terakhir, Mesya harus benar-benar siap dengan segala kemungkinan yang terjadi dari ritual pengusiran setan yang mereka lakukan. Jika Mesya berada di ruangan yang sama dengan Dira, tidak menutup kemungkinan kalau Mesya bisa saja ganti kerasukan. Mesya cukup tahu beberapa hal mengenai hal seperti itu. Orang bisa ikut kerasukan kalau dia berada di tempat yang sama dengan orang yang telah kerasukan. Saat itu, Mesya hanya tidak ingin kalau orang tuanya yang harus masuk dan menangani dira. Tidak pernah Mesya sangka kalau keadaan itu memang benar-benar mengerikan. “Mesya mau ikut Ibu aja..” Mesya merengek pada Ibunya. Sungguh, dibanding tinggal di rumah ini berdua dengan Dira, Mesya jelas lebih memilih untuk ikut Ibu ke pemakaman. Sekalipun memang Mesya tidak pernah suka datang ke acara seperti itu, kali ini sepertinya memang lebih baik kalau dia ikut Ibu. Mesya tidak akan sanggup kalau harus menahan ketakutannya. Apalagi sekarang sepertinya akan turun hujan. Mesya jelas akan mengingat kejadian mengerikan saat itu. Lagi pula, hari itu juga turun hujan badai yang cukup mengerikan. Entahlah, Mesya merasakan ketakutan yang sama dengan yang dia rasakan hari itu. Ketika Mesya harus berjalan menerjang hujan untuk memanggil Bapak, saat itu rasanya ada yang tidak beres dengan kakinya. Seperti ada sesuatu yang menahan langkahnya. Mesya merasa langkahnya snagat berat. Meskipun demikian, Mesya jelas tetap memilih untuk terus berlari. Tidak peduli jika petir terus berahutan di langit yang tampak sangat marah dengan tetesan air hujan yang deras. Sekarang, sepertinya langit juga sedang menyiapkan semuanya. Sebentar lagi, sebentar lagi pasti akan segera turun hujan. Mesya yakin akan hal itu. “Hei, nggak boleh. Kamu di rumah sama Mbak Dira. Ini mau hujan, Sya..” Ibu menatap Mesya dengan pandangan memohon. Wanita itu tampaknya benar-benar tidak ingin kalau Mesya ikut ke rumah duka. Mesya menghela napas, sungguh.. Mesya merasa tidak suka kalau dia berada di keadaan yang seperti ini. Menolak permintaan Ibu bukanlah hal yang mudah untuk dilakukan. Tapi, di lain sisi.. Mesya juga tidak bisa kalau dipaksa untuk tetap berada di rumah ini hanya bersama dengan Dira. Tidak, Mesya tidak mau kalau dia sampai mengalami sesuatu yang menakutkan seperti hari itu. Mesya melangkahkan kakinya untuk mengikuti Ibunya, tidak ada yang bisa dia lakukan selain memohon pada Ibunya. Jika dia tidak ikut, huh.. Mesya sungguh tidak tahu apa yang akan terjadi. Kali ini, Mesya memang benar-benar merasa sangat ketakutan. Dira selalu saja menatapnya dengan pandangan yang aneh setiap mereka berpapasan. Oleh sebab itulah Mesya merasa sangat takut. Mesya sangat tahu jika ada sesuatu yang menakutkan yang sedang disembunyikan oleh Kakaknya. Ya, Mesya tahu hal itu.. Sekarang, kalau dia benar-benar harus berada di rumah ini berdua dengan Dira, astaga.. lebih baik dia main saja ke rumah tetangga. “Ibu, aku mau ikut” “Mesya, ini mau hujan.. kamu di rumah saja sama Mbak Dira. Temenin dia, ya?” Mesya menggelengkan kepalanya sekilas. Baru kali ini Mesya benar-benar merasa ketakutan. Kenapa harus ada orang meninggal di saat seperti ini? Sungguh, Mesya sangat tidak menyukai keadaan ini. kenapa juga hujan akan turun? Mesya sebenarnya bisa saja ikut dengan Ibu, tapi.. Ibu dan Bapak selalu melarang Mesya main hujan. Kalau sampai hujan turun, itu artinya Mesya akan kehujanan. “Nggak mau..” Mesya sudah hampir meneteskan air matanya. Tapi, ketika dia sadar kalau menangis hanya akan membuat ibunya jadi bertanya-tanya mengenai apa yang sebenarnya terjadi, Mesya akhirnya lebih memilih untuk diam. Tidak, Ibu tidak boleh sampai tahu mengenai apa yang terjadi. Tidak, Mesya tidak ingin membuat Ibu jadi kepikiran mengenai Dira. Ah, wanita itu memang sangat merepotkan. Kenapa juga dia harus kerasukan? Mesya sangat tidak menyukai apapun yang Dira lakukan hingga wanita itu bisa sampai kerasukan. Menurut Mesya, Dira tidak akan bisa dirasuki kalau dia tidak mengizinkan sesuatu yang asing untuk merasuki tubuhnya. “Kenapa?” Mesya segera menggelengkan kepalanya ketika Ibu bertanya padanya. Sungguh, ini bukan hal yang pantas untuk dia katakan pada Ibu. Setelah kejadian yang menimpa Dira, Ibu sudah banyak memiliki beban pikiran. Sekarang, Mesya tidak akan memberikan hal yang sama dengan yang diberikan oleh Kakaknya. “Aku boleh ikut, Bu?” Dibanding mengatakan apa yang menjadi alasannya, Mesya lebih memilih untuk kembali memohon pada Ibunya. Ibu tampak menghela napas sekilas. Mesya sangat tahu jika saat ini Ibu sedang sangat kebingungan. Ada orang yang meninggal, sebagai seorang tetangga, Ibu jelas berusaha untuk segera datang dan melihat keadaan di sana. Ibu memang selalu seperti itu, kalau ada orang yang sedang kesusahan, Ibu pasti akan cepat datang untuk membantu di sana. Iya, di situlah letak masalahnya, Ibu pasti tidak akan segera pulang karena ibu pasti akan membantu dulu di sana. Mesya tidak ingin ada di rumah sendirian sampai malam. Kalau dulu, Mesya akan membiarkan saja ketika Ibu akan pergi melayat. Tapi sekarang, ada sesuatu yang berbeda. Sesuatu yang terus saja membuat Mesya merasa sangat ketakutan. “Begini saja, Mesya sekarang sapu rumahnya, terus kalau sudah.. kamu boleh main ke rumahnya Bude Karti. Budemu yang melayat karena lagi sakit, kamu ke rumahnya saja. Tapi jangan ganggu dia, ya?” Mesya belum sempat mengatakan iya, sayangnya, Ibu sudah lebih dulu meninggalkan Mesya. Ya ampun, sekarang apa yang harus dia lakukan? Mesya mendengarkan apa yang dikatakan Ibu. Dengan cepat Mesya berlari untuk mengambil sapu yang biasa dia gunakan. Setelah itu, dia segera membersihkan rumahnya dengan cepat juga. Astaga, rasanya memang sangat tidak menyenangkan ketika dia harus membersihkan rumah dengan terburu-buru seperti ini. Mesya sangat sadar kalau ada banyak bagian yang dia lewatkan. Ah, tidak masalah.. besok Mesya akan bangun pagi sekali untuk segera membersihkan rumah sekali lagi. kalau sekarang, sudalah.. yang penting Mesya sudah melakukan apa yang diminta oleh Ibu. Mesya sedang melangkahkan kakinya untuk mengembalikan sapu yang dia gunakan. Tadi, ketika sedang menyapu di pintu kamar Dira, Mesya memang melewatinya begitu saja. Kakaknya itu akan marah kalau Mesya sampai berani membuka pintu kamarnya hanya untuk membersihkan lantai. Tidak, Mesya memang sudah tahu kelakuan Kakaknya. Kalau pintu ditutup, artinya Mesya tidak perlu membersihkan kamar itu. Sayangnya, sekarang pintu tampak sedikit terbuka. Mesya jadi penasaran, oleh sebab itu dia dia jadi melangkahkan kakinya untuk mendekati kamar Dira. Mesya sangat yakin kalau tadi kamar itu tertutup rapat. Sekarang, entah kenapa Mesya mendengar satu suara yang sangat asing di telinganya. Suara ini seperti geraman seseorang. Suara itu berasal dari kamar Dira. Mesya akhirnya kembali melangkahkan kakinya untuk mendekat. Melihat apa yang sedang dilakukan oleh Kakaknya. Jujur saja, sekalipun merasa ketakutan, Mesya tentu juga sangat curiga dengan apa yang Dira lakukan. Bagaimana kalau Kakaknya sedang dalam bahaya? Suara geraman bukanlah suara yang bisa diabaikan begitu saja. Mesya tidak tahu harus melakukan apa karena sekarang hanya ada dirinya dan juga Dira di rumah ini. Mesya akan memeriksa apa yang terjadi, jika memang Dira tidak membutuhkannya, Mesya sebaiknya segera pergi ke rumah Bude Karti. Hanya wanita itu yang sekarang bisa membuatnya terlepas drai ketakutannya mengenai Dira. Entahlah, sekalipun merasa takut, Mesya juga bingung kenapa dia malah melangkahkan kakinya ke arah kamar Dira. Tidak, tidak ada masalah yang akan terjadi. Mesya hanya ketakutan tanpa sebab.. entah apa yang dia lakukan sampai dia bisa ketakutan seperti itu. Mungkin, ketakutan itu terjadi karena dulu dia ada di kamar Dira untuk melihat apapun yang terjadi. Mesya menghela napas pelan. Seharusnya saat itu dia memang tidak perlu masuk. Ah, tapi kalau Mesya tidak masuk kamar Dira, Bapak yang akan masuk. Mesya tidak akan membiarkan orang tuanya sampai terluka jika seandainya saat itu Dira tidak bisa dikendalikan. Sekarang, kembali mendengarkan sebuah suara yang cukup mengerikan, entah kenapa Mesya jadi semakin mendekatkan dirinya untuk melihat apa yang terjadi. “Mbak Dira?” Mesya mendorong pintu kamar Dira sedikit untuk membuat pintu itu lebih terbuka. Bersama dengan terbukanya pintu itu, Mesya mendekatkan dirinya untuk menengok apa yang terjadi. Tepat ketika Mesya melayangkan matanya, dia melihat sesuatu yang sangat tidak wajar. Kakaknya memang ada di sana.. tapi, satu hal yang membuat Mesya merasa jika kakinya lemas hingga tidak bisa digerakkan. Dira ada di sana, wanita itu sedang duduk di lantai kamar. Kakinya terlipat dengan baik seperti biasanya. Satu hal.. satu hal yang tidak bisa Mesya mengerti. Di mulut kakaknya ada sebuah bunga yang tampak sedang dikunyah. Di depan Dira juga ada banyak sekali bunga melati dan mawar yang tampak berserakah. Mesya tidak mengerti apa yang terjadi. Tapi, tepat ketika Dira menggerakkan kepalanya dengan pelan dan menunjukkan apa yang terjadi. Saat itulah Mesya semakin kehilangan kekuatannya untuk segera menjauh dari tempat ini. Matanya.. Mesya bisa melihat dengan jelas kalau sekarang mata milik Dira sedang berwarna hitam sepenuhnya. Apa yang terjadi pada Kakaknya?
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN