Bab 42

1807 Kata
Mesya mengernyitkan dahinya ketika terbangun tanpa Adrel yang ada di sampingnya. Dengan mata yang masih mencoba terbuka dengan sempurna, Mesya mengusapkan tangannya ke wajah. Astaga, kenapa Adrel selalu saja menghilang seperti ini? Belakangan ini suaminya itu selalu saja bangun lebih awal dari Dira. Udara dingin yang langsung menyentuh kulit Mesya ketika dia membuka selimut tebalnya membuat Mesya kembali mengingat masa kecilnya. Dulu, Mesya tidak akan pernah mau bangun ketika hari masih terasa dingin. Tinggal di pegunungan membuat Mesya harus akrab dengan udara dingin ini. Ya, semuanya memang sudah Mesya rasakan sejak dia kecil. Tapi, sejak dulu Mesya juga akan selalu merasa kedinginan. Sekarang, setelah dia terbiasa tinggal di kota dengan cuaca yang lumayan panas, Mesya malah tambah kerepotan kalau harus menghadapi udara dingin seperti ini. Mesya mengangkat tubuhnya, melihat jika ternyata hari memang sudah terang. Ya ampun, biasanya Mesya akan terbangun ketika mendengar suara ayam yang berkokok. Sekarang, kenapa Mesya bisa bangun sangat siang? Dengan pelan Mesya menjatuhkan kakinya, mulai beranjak dari ranjang untuk keluar dan mencari Adrel. Langkah Mesya terhenti ketika dia mendapati bahwa ada beberapa tas koper yang berdiri di dekat pintu kamarnya. Tunggu dulu, seingat Mesya kemarin koper itu tidak berada di sana. Mesya kembali melangkahkan kakinya untuk keluar dari kamar. Ada sesuatu yang sedang ingin Mesya pastikan. Adrel, dimana pria itu? Ketika Mesya melewati pintu kamar Dira, secara tiba-tiba Dira keluar dari kamarnya sambil membawa tas besar yang Mesya tebak berisi dengan pakaian. Wanita itu tersenyum tipis ketika melihat Mesya. Mesya membalas senyuman Dira. Untuk sesaat Mesya kembali mengernyitkan dahinya lagi. Apa yang terjadi? “Mbak Dira lihat Adrel?” Mesya bertanya sambil melihat ke arah sekitar, dimana suaminya itu? “Adrel? Enggak, aku nggak lihat. Aku baru bangun, Sya..” Mesya menganggukkan kepalanya. Setelah itu Mesya kembali melangkahkan kakinya untuk mencari keberadaan Adrel. Astaga, karena terus mencari Adrel, Mesya sampai lupa bertanya pada Dira mengenai tas besar yang dibawa oleh wanita itu. Sudahlah, nanti Mesya akan kembali dan bertanya pada Kakaknya itu. Mesya mengernyitkan dahinya ketika melihat Adrel sedang berada di halaman rumah. Pria itu tampak sedang membersihkan mobil sambil memanasi mesinnya. Sejak kemarin, Adrel memang belum membersihkan mobilnya sama sekali. Kemarin hujan turun dengan sangat deras. Rumah Mesya yang ini belum memiliki garasi sehingga mobilnya hanya bisa diletakkan di halaman rumah saja. Ketika hujan, maka mobil itu akan basah. Lalu, ketika panas, maka mobil itu akan sangat kepanasan. Dulu Adrel sempat ingin membangun garasi di rumah ini karena saat itu mobil Mesya selalu saja kehujanan dan kepanasan. Ya, itu sudah bertahun-tahun yang lalu. Ketika Ibu sedang jatuh sakit dan Adrel langsung membelikan Mesya mobil baru yang berguna untuk membawa Ibu ke rumah sakit jika memang wanita itu ingin pergi. Sayangnya, saat itu keadaan Mesya masih belum bisa mengemudi sendiri. Dia hanya mengandalkan Damar yang bisa mengemudikan mobil itu. sekalipun itu adalah mobil Mesya yang dibelikan oleh suaminya, orang yang sering membawanya malah Damar dan juga Dira. Tidak masalah, dulu Mesya memang merasa tidak masalah kalau mobilnya digunakan oleh Kakaknya. Mesya juga akan memberikan uang bensin ketika Dira memintanya. Padahal yang menggunakan mobil itu adalah Dira dan Damar, tapi mereka selalu minta uang bensin ke Mesya. Sungguh, saat itu yang Mesya pikirkan hanya orang tuanya saja. Keadaan Ibu semakin tidak stabil sehingga Mesya selalu malah kalau harus bertengkar dengan dua orang menyebalkan itu. yang penting, kalau Ibu sedang membutuhkan mobil itu, Damar harus mau mengantarnya. Tidak Mesya sangka, Kakak iparnya itu memang sangat tidak tahu diri. Hampir setiap sore dia selalu menggunakan mobil Mesya, tapi ketika Mesya meminta bantuannya untuk membawa Ibu ke rumah sakit, Damar malah menolak begitu saja. Sejak saat itulah Mesya kehilangan rasa hormatnya pada kakak iparnya itu. Sungguh, Mesya sangat kesal hingga rasanya saat itu dia ingin mencekik leher Damar. Memangnya apa sulitnya membawa ibu ke rumah sakit? Mobil yang digunakan adalah mobil Mesya. Uang bensinnya juga akan diberi oleh Mesya. Ibu juga akan berobat dengan uang Mesya. Kalau Damar meminta bayaran untuk mengantarkan Ibu ke rumah sakit, Mesya juga akan selalu memberikannya. Pria itu memang sangat tidak sadar kalau dia selama ini selalu saja menumpang makan di rumah Ibu dan Bapak. Huh, memangnya apa yang bisa dilakukan oleh Damar? Pria itu tidak pernah benar ketika mengurus sawah. Dia tidak mau bekerja di luar dan lebih memilih bermalas-malasan di rumah. Dan yang paling memalukan adalah, Damar pernah mencuri ayam milik Bude Karti. Ya Tuhan, pria itu memang sangat menyedihkan. Mesya tidak mengerti kenapa Dira bisa jatuh cinta pada pria seperti itu. Padahal, jika dibandingkan dengan Damar, Adrel jelas lebih baik dalam segala hal. Dulu Adrel juga terlihat dekat dengan Dira sehingga Mesya beberapa kali berpikir kalau Adrel menyukai wanita itu. Jika Mesya jadi Dira, mungkin saat itu Mesya akan lebih memilih untuk mengejar Adrel. Sebenarnya Dira dan Adrel sudah berteman dengan sangat baik sehingga mungkin akan lebih mudah jika Dira mengejar Adrel. Ah, tapi jodoh memang tidak akan pernah tertukar bukan? Adrel diciptakan untuk Mesya, bukan untuk Dira. “Mesya? Kamu udah bangun?” Mesya mengerjapkan matanya. Ah, jadi dia melamun ya? Pikiran tentang masa lalu memang masih sering Dira ingat. Ada banyak hal di masa lalu yang rasanya masih belum selesai. Mesya sangat bahagia di saat itu. Ada orang tuanya yang selalu menyayanginya, keluarga di sini juga masih sangat lengkap. Tidak terasa, semua itu berlalu dengan sangat cepat. Sekarang bukan lagi mereka yang menjadi tempat Mesya berpulang. Hanya ada Adrel yang akan selalu membuka pelukannya untuk Mesya kembali pulang. Memiliki satu orang yang sangat dicintai, ternyata rasanya begitu menyenangkan. Mesya tersenyum lalu menyambut Adrel yang tampak berjalan mendekatinya. Dengan cepat Adrel mengecup puncak kepala Mesya. Sungguh, menikmati semua ini bersama dengan Adrel, rasanya sangat menyenangkan. Mungkin suatu saat kebahagiaan mereka akan menjadi lebih lengkap lagi dengan adanya suara tawa anak kecil di antara mereka berdua. Iya, sekarang Mesya memang sedang berdoa untuk semua itu. “Iya, udah. Kamu ngapain?” Tanya Mesya sambil melihat Adrel yang baru saja membersihkan mobilnya. Adrel memang sangat menyukai hal-hal mengenai otomotif. Dulu, sebelum menikah dengan Mesya, Adrel memiliki beberapa koleksi motor besar dengan model yang cukup keren. Adrel juga suka mengoleksi mobil-mobil mahal yang lumayan bagus. Setelah menikah dan memutuskan pindah rumah, Adrel akhirnya menjual satu demi satu koleksinya itu. Bukan, bukan karena dia sudah tidak sanggup membiayai koleksinya itu. Tapi, dibandingkan mengurusi benda-benda itu, Adrel lebih memilih untuk menghabiskan waktunya bersama dengan Mesya. Lagi pula, garasi di rumah mereka terlalu kecil untuk menampung semua koleksi Adrel itu. Akhirnya dengan besar hati Adrel mulai melepaskan koleksinya satu demi satu. Sekarang di rumah hanya tinggal dua mobil saja. Satu milik Mesya dan satu milik Adrel. “Bersihin mobil. Katanya kamu mau pulang..” Mesya mengernyitkan dahinya? Pulang? Sekarang? Kemarin Adrel tampak tidak setuju dengan apa yang Mesya inginkan. Sekarang, kenapa pria itu tamak setuju? Mesya sedikit kebingungan ketika melihat koper miliknya sudah tertata rapi di dekat pintu kamar. Lalu, tadi dia juga sempat melihat Dira yang juga membereskan tas miliknya. Jadi Adrel akan pulang ke kota sesuai dengan apa yang Mesya inginkan? Ah, Adrel memang sangat suka membuat keputusan yang menyenangkan Mesya. Kemarin pria itu tampak masih ingin berada di desa, tapi sekarang? “Pulang ke kota?” Mesya bertanya. “Iya, pulang ke kota. Tadi malem pas mau tidur, Adrel tiba-tiba ketuk pintu Mbak Dira, katanya kamu mau pulang ke kota. Jadi pagi-pagi harus cepat berangkat..” Dira yang tampak berjalan dari dalam rumah sambil membawa tas bawaannya menjawab pertanyaan Mesya. Apa? Jadi tadi malam Adrel sudah meminta Kakaknya untuk berbenah? Astaga, tidak.. Mesya sangat tidak menyangka kalau suaminya bisa seperti ini. Mesya pikir kemarin ketika Adrel seakan menolak permintaan Mesya, pria itu tidak akan menurutinya. Tapi sekarang, lihatlah apa yang dilakukan oleh suami Mesya ini. “Loh? Katanya kemarin nggak mau?” Mesya bertanya sambil menatap Adrel. Pria itu tersenyum sambil kembali mengecup puncak kepala Mesya. Beginilah Adrel. Pria itu memang tidak akan bisa menolak apa yang Mesya mau. Adrel tidak akan membuat Mesya kecewa. Tidak, tidak akan pernah. Apapun yang diinginkan oleh Mesya, selagi pria itu tidak merasa keinginan Mesya adalah sesuatu yang merugikan, Adrel akan selalu menurutinya. Oleh sebab itu, kemarin Mesya merasa sangat bingung karena mendapati Adrel yang cukup keras kepala. Pria itu berlaku layaknya dia tidak mau mengerti apa yang sedang Mesya takutkan. Sungguh, ada hal yang memang tidak akan bisa dimengerti dengan mudah sekalipun sudah dijelaskan dengan sejelas mungkin. Mesya sangat tahu jika apa yang dia alami kemarin pasti bukan hal yang mudah untuk Adrel mengerti, tapi.. setidaknya pria itu mau mendengarkannya dan mencoba mengerti dengan apa yang terjadi. Mesya sungguh ketakutan.. kemarin dia harus mengalami sesuatu yang tidak pernah dia alami sebelumnya. Sungguh, Mesya memang sangat ketakutan. Lalu, yang paling mengecewakan adalah saat Adrel seakan tidak mau mengerti dengan apa yang terjadi. Dira juga mengalami hal yang mengerikan, bukankah seharusnya Adrel mengerti akan hal itu? Seharusnya Adrel mulai memikirkan perasaan Dira dan Mesya yang tertekan karena kejadian kemarin. Untunglah Adrel mulai mengerti. Sungguh, Mesya sangat mencintai suaminya itu. “Kamu kayaknya takut banget sama apa yang terjadi. Aku nggak mau kamu tertekan, Sya..” Mesya mengerjapkan matanya. Tidak, mereka tidak seharusnya mengatakan apa yang terjadi di depan Dira. Sekarang ini Mesya memang sedang memikirkan hal yang sangat.. entahlah.. Dira sendiri yang mengatakan kalau wanita itu diganggu dengan hal supranatural. Sekarang Mesya sedang memikirkan cara untuk membebaskan Kakaknya itu dari semua ini. Tapi mereka memang tidak seharusnya mengatakan mengenai hal ini pada Dira. Mesya tersenyum tipis. Baiklah, Mesya tahu jika mulai saat ini akan ada banyak hal yang berubah dari hidupnya. Ya, Dira membawa kembali satu masalah di masa lalu yang belum pernah bisa Mesya mengerti dengan baik. Tidak masalah. Perkara ini memang harus diselesaikan dengan benar. “Maaf bikin keadaan kalian jadi sulit, Sya..” Mesya menatap Dira yang tampak tidak enak hati. Tidak, Mesya memang sangat tidak mengerti dengan masalah ini. Dira diganggu dengan keberadaan makhluk supranatural, tapi.. wanita itu tampak sangat baik-baik saja sekarang. Apakah ini tandanya wanita itu memang sudah baik-baik saja? Mesya tersenyum tipis. Sepertinya memang Dira sudah baik-baik saja. Mesya pernah mendengar kalau sekali seseorang diganggu, sampai kapanpun orang itu juga akan tetap diganggu. Tidak Mesya sangka kalau sekarang Dira sudah baik-baik saja. Mungkin mereka hanya perlu kembali ke kota dan menikmati kehidupan mereka yang normal. Baiklah, mungkin memang begitu. Tidak masalah kalau Dira sempat membuat kekacauan yang juga membuat Mesya merasa sangat ketakutan. Tapi, sekarang wanita itu sudah tampak baik-baik saja. Mesya merasa sangat senang karena hal itu. “Enggak. Aku senang kalau sekarang Mbak Dira sudah baik-baik aja..” Dira tampak tersenyum tipis. Wanita itu juga menyadari kalau sekarang dirinya sudah baik-baik saja. Mesya menghela napas. Sepertinya dia memang tidak perlu memikirkan lagi cara untuk membebaskan Dira dari masalahnya. Wanita itu sudah bebas. Dira tidak akan lagi diganggu dengan hal-hal supranatural. Iya, Mesya sangat senang karena semua ini akhirnya selesai dengan mudah. Sekarang yang harus Mesya lakukan adalah kembali ke kota dan memulai kehidupan mereka di sana. Dira akan tinggal bersama mereka selama beberapa saat untuk pemulihan wanita itu. setelah itu, terserah Dira dia mau pergi ke mana. Kalaupun wanita itu memang ingin meminta bantuan Mesya untuk kehidupannya yang selanjutnya, Adrel pasti akan mengizinkan Mesya untuk membantu kakaknya itu. Mesya senang kalau sekarang Dira sudah baik-baik saja. “Aku sekarang memang sudah baik-baik aja, Sya. Aku rasa semuanya juga sudah membaik..” Mesya kembali tersenyum. Kalau memang Kakaknya sudah baik-baik saja, sepertinya sudah tidak ada hal yang perlu Mesya khawatirkan. Dira sudah baik-baik saja, sejak kemarin wanita itu juga tampak sudah normal. Dira tidak lagi terlihat seperti ketakutan. Dira.. wanita itu pasti sudah baik-baik saja.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN