Bab 54

1806 Kata
Mesya sungguh tidak tahu lagi. Sekarang, apa yang akan mereka lakukan? Mesya dan Adrel sudah berada di dalam mobil. Tidak berguna jika mereka terus memohon pada Delila. Wanita itu memiliki pendirian yang teguh. Sekali dia mengatakan tidak, itu artinya tidak. Sampai akhirnya mungkin juga akan tetap tidak. Lalu sekarang bagaimana? Adrel tampaknya juga masih belum mengerti mereka harus melakukan apa sekarang. pria itu hanya diam sambil menatap pintu rumah Delila dengan harapan wanita itu akan berubah pikiran dan mau datang untuk membantu mereka. Tapi, setelah hampir satu jam mereka diam di dalam mobil, akhirnya Adrel sadar kalau Delila tidak akan pernah mengubah apa yang akan menjadi keputusannya. Iya, wanita itu tetap berada di dalam rumahnya. Mesya menghembuskan napasnya dengan gelisah. Apa yang harus mereka lakukan sekarang? Apa? Dira sedang ada di rumah. Setelah kejadian kemarin, Mesya sungguh tidak tahu apa yang akan terjadi saat dia pulang nanti. Tubuh Kakaknya itu dikendalikan oleh kekuasaan yang tidak Mesya kenali. Tidak, dia memang bukan Dira. Mesya tahu jika Kakaknya tidak ada di dunia ini. Kakaknya ada di alam yang lain. Tidak mudah membawa Dira kembali ke sini karena Mesya sama sekali tidak tahu apa yang harus dia lakukan. “Adrel?” Mesya akhirnya bersuara setelah bermenit-menit mereka tenggelam dalam pikiran masih-masih. “Iya?” Adrel menjawab sambil menolehkan kepalanya ke arah Mesya. “Kita harus apa sekarang?” Mesya menolehkan kepalanya sambil menatap Adrel. Sungguh, mereka tidak memiliki satupun cara yang bisa membantu agar semua ini terselesaikan. Apakah mereka memang harus kembali ke desa dan meminta bantuan Bude Karti untuk menemukan orang yang bisa membantu Dira? Tidak, Mesya tahu jika nanti Bude Karti akan merasa keberatan. Dira sudah banyak membuat masalah selama mereka di desa. Satu-satunya alasan yang membuat Mesya ingin kembali pulang ke kota adalah semua ini. Mesya tidak ingin Dira kembali membuat masalah di desa. Ya Tuhan, apa yang harus mereka lakukan sekarang? Mesya sungguh tidak menyangka kalau Kakaknya akan membawa masalah sebesar ini. Sungguh, Mesya memang sangat ingin membantu Kakaknya, tapi bagaimana caranya? Apa yang bisa mereka lakukan? Tidak, tidak,, Mesya tidak boleh menyerah begini. Mesya tahu jika saat ini mereka sedang mengalami masalah besar, tapi Mesya tidak boleh berhenti mencari cara untuk segera menyelesaikan semuanya. “Aku nggak tahu, Sya..” Adrel menatap Mesya dengan pandangan menyerah. Tidak, kalau Adrel saja sudah mengatakan tidak tahu, apa yang bisa Mesya lakukan untuk membantu Kakaknya? Wanita yang sekarang sedang ada di rumahnya, wanita itu bukan Dira. Dia hanya menggunakan tubuh Dira. Entahlah, semua ini sangat membingungkan. Mesya sendiri tidak mengerti mengapa bisa sampai seperti ini. Ada banyak hal yang masih ingin Mesya tanyakan pada Kakaknya. Sayang sekali, sekarang Mesya tidak bisa bertanya padanya. Apa? Apa yang bisa Mesya lakukan sekarang? Tidak ada yang mau membantu Mesya untuk menyelesaikan masalah ini. sekarang, untuk kembali pulang ke rumahnya sendiri saja Mesya merasa takut. Lalu, kalau tidak pulang ke rumahnya, Mesya mau kemana? “Kita harus lakuin sesuatu.. Aku nggak mungkin biarin Mbak Dira kaya gitu, Adrel..” Adrel mengusap puncak kepala Mesya dengan pelan. Mereka memang harus melakukan sesuatu. Tapi.. apa yang bisa mereka lakukan? Baik Adrel maupun Mesya, mereka berdua sama-sama tidak tahu apa yang harus dilakukan sekarang. Keadaan Dira akan semakin buruk kalau mereka tidak segera menemukan bantuan. Sekarang, apa yang bisa mereka lakukan? Tidak mungkin terus diam dan membiarkan Dira tetap seperti itu. Kemarin, karena air minum yang dibawa oleh Dira, Mesya sampai harus mengalami satu lagi kejadian yang sangat mengerikan. Tidak, Mesya tidak akan sanggup kalau masih harus mengalami semua itu. “Sya, kamu yakin sama apa yang kamu lihat kemarin? Aku nggak melihat satupun hal aneh pada Mbak Dira..” Mesya menghembuskan napasnya pelan. Kenapa Adrel tidak melihatnya? Sudah jelas keadaan Mesya yang seperti sekarang ini, semua itu karena perbuatan Dira. Iya, tubuh Dira. Entahlah, Mesya sungguh tidak percaya kalau Kakaknya akan sampai seperti ini. Dimana Dira sebenarnya? Apakah wanita itu memang benar-benar berada di alam baka? Kenapa.. kenapa Dira harus ada di sana? “Aku melihat semuanya. Aku lihat kalau Mbak Dira punya wajah menyeramkan, Adrel. Tolong, kamu harus percaya sama aku..” Mesya menatap Adrel dengan pandangan memohon. Jika bukan Adrel, siapa yang akan percaya padanya? Semua ini memang sangat sulit untuk dimengerti. Iya, Mesya tahu akan hal itu. tapi mau bagaimana lagi? Mesya tidak akan bisa memaksa Adrel untuk mengerti apa saja yang tidak bisa dilihat pria itu secara langsung. Bukan hanya hal yang bisa dilihat saja yang harus dipercayai. Kadang, ada banyak hal tidak terlihat yang juga tetap harus dipercayai. “Sya, aku bener-bener nggak tahu lagi harus melakukan apa. Aku nggak tahu orang yang bisa membantu kita selain Delila. Aku udah lama kenal sama dia, baru kali ini dia menolak membantu seseorang” Adrel tampak putus asa. Jujur saja Mesya juga tidak tahu kenapa Delila sampai menolak membantunya. Wanita itu terlihat ramah dan menerima Mesya juga adrel dengan sangat baik. Sayang sekali, dia tetap tidak mau membantu Mesya dan juga Adrel. Tapi kenapa? Kenapa dia sampai tidak mau membantu? Dari apa yang Mesya lihat, Mesya merasa jika ada sesuatu yang sangat tidak masuk akal. Wanita itu, kenapa dia bisa memiliki lukisan wajah Dira yang sedang menyeramkan? Sangat tidak mungkin. Sungguh, Mesya sangat yakin kalau kemarin hanya dirinya saja yang melihat semua itu. tidak mungkin ada orang asing yang tiba-tiba bisa melukis wujud Dira begitu saja. Delila mengatakan kalau yang membuat lukisan itu adalah Kakaknya. Sepertinya Mesya memang harus bertanya pada Kakak wanita itu. iya, mungkin Mesya bisa mendapatkan jawaban dari Kakaknya Delila. “Adrel, kayaknya kita harus tanya sama Kakaknya Delila. Dia bilang, Kakaknya yang bikin lukisan Mbak Dira. Aku yakin ada sesuatu yang nggak benar dengan semua itu. bayangin aja, gimana bisa dia lukis orang yang belum pernah dia tahu sebelumnya? Aku rasa dia udah tahu sesuatu..” Mesya menatap Adrel dengan pandangan memohon. Ada sesuatu yang sekarang sedang membara di dalam diri Mesya. Dia seperti kembali menemukan satu solusi lain yang mungkin saja akan berguna untuk semua ini. Sayangnya, setelah lama menunggu respon Adrel, yang wanita itu dapatkan hanya gelengan kepala saja. Kepana? Kenapa Adrel tidak mau mendatangi Kakaknya Delila saja. Mesya yakin kalau sama seperti Delila, Kakaknya mungkin juga bisa membantu mereka. “Selama aku kenal Delila. Aku nggak pernah tahu siapa Kakaknya. Delila Cuma menceritakan tentang Kakaknya sesekali, tapi aku nggak pernah ketemu sama dia. Aku nggak tahu siapa Kakaknya Delila. Aku juga nggak tahu dia tinggal dimana. Kita nggak akan bisa ketemu sama Kakaknya, Sya” Mesya mendesah putus asa. Tidak, kenapa semuanya menjadi sangat sulit seperti ini? Mesya sangat tidak suka kalau jadi seperti ini. Kenapa? Kenapa Dira sampai membuat masalah yang sebesar ini? Apa yang sebenarnya terjadi hingga Dira harus berada di alam baka? Kaki wanita itu juga terikat. Mesya sungguh tidak tahu apa yang terjadi. “Aku.. aku akan tanya langsung sama Delila. Kalau dia nggak mau membantu, kita minta bantuan Kakaknya aja” Mesya menatap Adrel sejenak sebelum membuka pintu mobil dan kembali ke dalam rumah Delila dengan memanggil wanita itu. Mesya tahu jika di belakangnya, Adrel sedang berusaha untuk menghentikannya. Tidak, Mesya tidak akan berhenti saat ini. Ada sesuatu yang harus dia pastikan. Ini semua tentu bukan sebuah kebetulan biasa. Mesya yakin, salah satu dari mereka akan bisa membantu Dira. Mesya akan melakukan apapun untuk bisa menemukan Kakaknya Delila. Termasuk dengan langsung masuk ke dalam rumah ini tanpa meminta izin pada pemiliknya. “Mesya, kamu nggak bisa melakukan ini..” Adrel masih berjalan sambil berusaha menghentikan langkah Mesya. Tidak, Mesya tidak akan berhenti sebelum dia menemukan Delila dan Kakaknya. Mesya tidak akan membiarkan Kakaknya terus terjebak dalam alam yang sama sekali tidak dimengerti oleh Mesya. Mesya tidak tahu apakah itu memang benar alam baka atau bukan. Yang pasti, Mesya sekarang harus menemukan Kakaknya Delila. “Delila! Tolong bantu aku!” Mesya masih terus melangahkan kakinya menuju ke dalam lorong tempat banyak lukisan yang terpasang dengan rapi. Lorong ini cukup gelap, ditambah dengan ratusan lukisan mengerikan, semua itu membuat suasana di dalam lorong ini semakin mencekam. Mesya masih terus melangkahkan kakinya sekalipun beberapa kali Adrel bisa menangkap lengan Mesya dan kembali berusaha untuk menghentikan Mesya. Tidak, Mesya tidak akan berhenti begitu saja. Ada sesuatu mengerikan yang sekarang sedang menjerat Kakaknya. Apakah Mesya harus diam saja kalau seperti ini? Tidak, Mesya tidak akan diam saja. Apapun itu, Mesya akan tetap berusaha untuk mencari bantuan. Satu-satunya orang yang Adrel tahu bisa membantu masalah mereka ada Delila, hanya wanita itu yang bisa menyelesaikan masalah yang sedang menjerat Mesya. Jadi, apapun yang terjadi Mesya akan mendapatkan bantuannya. Tidak peduli apapun yang terjadi, kalau bukan Delila maka Mesya akan mendapatkan bantuan dari Kakak wanita itu. “Sya, jangan seperti ini..” Adrel berhasil meraih lengan Mesya dan membuat wanita itu berhenti melangkah. Mesya menatap Adrel dengan pandangan memprotes. Tidak, Adrel tidak boleh menghentikan Mesya. Pria itu tidak tahu bagaimana takutnya Mesya ketika melihat Kakaknya sendiri terjebak di dalam alam yang tidak bisa Mesya mengerti. Ada banyak hal yang semakin mengganggu pikiran Mesya. Dia takut kalau semuanya terlambat, maka Dira tidak akan pernah kembali. Mereka menghancurkan hubungan mereka sendiri tiga tahun lalu. Mesya sungguh tidak tahu kalau sekarang Kakaknya sedang memiliki masalah besar dalam hidupnya. Sejak kecil, sekalipun lebih sering bertengkar dengan Dira, Mesya tetap saja menyayangi Kakaknya itu. tidak akan Mesya biarkan semuanya jadi kacau. Tidak, tidak akan. Selagi Mesya masih bisa berusaha, sekalipun sekarang kakinya sedang sangat sakit karena Mesya memaksakan dirinya untuk berjalan dengan cepat, Mesya tidak akan keberatan. Yang paling penting, Mesya harus mencari bantuan untuk Kakaknya “Tolong bantu aku, Delila!” Mesya menemukan Delila yang tampak masih terdiam di tempat duduk mereka tadi. Wanita itu mengangkat cangkir teh tanpa melihat ke arah Mesya. Menemukan Delila yang terdiam seakan dia tahu kalau Mesya dan Adrel akan kembali ke tempat ini, semua itu membuat Mesya memberanikan dirinya untuk kembali melangkahkan kakinya. Lagi, satu lagi langkah menyakitkan yang tidak bisa dia hentikan. Kakinya yang terluka akibat tusukan kaca kemarin malam. Rasanya sangat menyakitkan, tapi.. Mesya tidak akan menjadikan luka ini sebagai alasan. Tidak, tidak akan dia hentikan langkahnya untuk mendekati Delila. “Tolong bantu aku, Delila” Mesya kembali melangkahkan kakinya mendekati Delila. Menatap wanita itu yang sedang melayangkan matanya ke arah jendela kaca besar yang ada di depannya. Mesya menunggu respon yang akan diberikan oleh wanita itu. tidak, kalau memang Delila tidak mau membantunya, mungkin Mesya memang harus meminta bantuan pada Kakak wanita itu. “Delila..” Adrel juga ikut mendekati wanita itu. Beberapa detik berlalu, Mesya masih tetap berada di posisi yang sama. “Tidak ada yang bisa membantu kamu, Mesya. Ini bukan perkara yang mudah..” Delila berbicara sambil menolehkan kepalanya ke arah Mesya. Tidak, pasti akan ada orang yang bisa membantunya. Tidak mungkin tidak ada, bukan? Apapun yang terjadi, Mesya akan tetap mencoba mencari bantuan. Dira.. tubuh wanita itu memang ada di rumah Mesya sekarang. Mesya dan Adrel sudah berusaha keras untuk memperlakukan wanita itu dengan sangat baik sekalipun sesekali Mesya memang merinding ketakutan. Benar, tubuhnya memang milik Dira. Tapi rohnya jelas bukan Dira. Mesya hanya takut kalau semakin lama, semuanya akan semakin sulit. Mesya sungguh tidak tahu lagi harus melakukan apa. Bertemu dengan Delila, menemukan lukisan Kakaknya ada di rumah wanita itu, semua ini terasa seperti sebuah jawaban dari semua ketakutan Mesya. Delila.. sekalipun memang wanita itu menolak, Mesya tahu salah satu antara Delila atau Kakaknya, mereka pasti akan membantu Mesya. “Mesya, kamu nggak tahu apa yang sedangkan kamu hadapi sekarang..” Delila ikut berdiri menyentuh tangan Mesya sambil tersenyum seakan wanita itu ingin mencoba menenangkan Mesya. Tidak, tidak akan ada yang bisa menenangkan Mesya sebelum masalah ini selesai.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN