Get Back

1823 Kata

Hamparan perkebunan tebu dan cabai silih berganti, menjadi pemandangan yang menyejukkan mata. Semilir angin sejuk, membawa aroma khas dan menerbangkan beberapa helai rambutku yang tidak terikat. Sekarang aku berada di atas becak motor yang melaju dengan kecepatan sedang. Dari terminal bus ke rumah, memang masih lumayan jauh. Ada mungkin sepuluh kilometer masuk ke pedalaman desa. Untunglah jalan ke sana sudah di aspal, meski masih saja ada yang rusak di sana sini. Namun begitu, suasana alam bebas yang kulintasi, menjadi obat tersendiri setelah tiga jam perjalanan menggunakan bus yang penuh sesak. "Terima kasih, Pak," kataku sambil mengulurkan tiga lembar uang sepuluh ribuan pada pak Bentor (becak motor). Setelah bentor itu berlalu, aku masih berdiri di depan pintu masuk rumah nenek. Pag

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN