Harutas 1

1715 Kata

Sehabis subuh, aku bersama penghuni asrama putri lainnya mengikuti kajian. Kali ini tentang adab berpakaian. Iyalah, aku tahu, banyak pula yang mengingatkan. Namun, lagi-lagi hatiku belum pas kalau harus berjilbab sekarang. Meski disebutkan oleh Ibu pembina bahwa hal itu sebaiknya segera dilakukan, tapi entahlah aku masih ragu. Bisakah aku menjaga sikap seperti Mbak Rani dan Mbak-mbak lainnya? Apakah nanti aku akan kehilangan banyak kesempatan karenanya? Yah tahu sendirilah, dunia pekerjaan kadang masih rasis jika mengenai jilbab. Aku khawatir, jika nanti sulit mendapat pekerjaan. "Jadi kapan?" tanya Si Nitnot lagi. Kami sudah balik ke kamar dan sama-sama melipat mukena. Dia adalah supporter yang nggak pernah bosen menggelitik ku dengan pertanyaan, "Kapan pakai hijab?" "Besok kali."

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN