3 ; About Yena

1700 Kata
Bruk …. Arjun yang sebelumnya sedang sibuk membaca berkas dibuat terkejut lantaran Gavin meletakkan amplop coklat berukuran besar di mejanya. Menatap lelaki yang sudah duduk seenaknya di kursi yang berada tepat di hadapannya. “Pesanan lo,” ucap Gavin, menunjukkan smirk andalannya. Arjun tidak banyak bertanya. Meninggalkan berkasnya begitu saja beralih membuka amplop itu. Di dalamnya ada beberapa foto yang sepertinya baru dicetak, beberapa kertas berisi narasi panjang lebar yang membuat Arjun muak. Kembali meletakkan kertas narasi itu. Lebih memilih menatap beberapa foto yang menampilkan tiga subjek berbeda. Perempuan cantik berambut panjang, lelaki yang sepertinya seusianya, dan seorang gadis kecil. “Lo bisa jelasin ini, secara rinci?” Gavin berdecih. Tapi tidak bisa menolak. Mengambil alih amplop coklat itu beserta isinya. “Lo tahu brand fashion Vieena, yang tiga tahun terakhir mendapat sorotan dari publik karena berhasil merambah pasaran hanya dalam waktu empat tahun berdiri?” Arjun mengangguk. Sedikit tahu mengenai brand fashion yang mengeluarkan beberapa produk pakaian formal dan semi formal, tas, sampai kosmetik yang akhir-akhir ini banyak diperbincangkan. Oh ya jangan lupakan model laki-laki dari brand itu yang sesekali membuat para perempuan memekik kagum. “Vigo Abrian, pendirinya.” Gavin menunjukkan sebuah foto laki-laki yang Arjun akui memiliki wajah tampan, tapi jelas masih kalah tampan dengannya. Ya itu yang terpikirkan oleh otak Arjun saat ini. Wajah tampan itu mengingatkan Arjun pada model pakaian laki-laki yang kemarin muncul pada videotron saat mobilnya berhenti di lampu merah. “Baru sekitar setahunan terakhir Vieena mendirikan butik khusus pakaian pengantin, jas-jas formal, dan dress mahal. Orang-orang nyebutnya VB atau Vieena Boutique. Ini Chava Rieena, desainer utama Vieena. Otak di balik produk-produk Vieena.” Gavin kembali menunjukkan foto seorang perempuan yang sudah Arjun hapal. Detik itu juga, Arjun terpesona pada foto Yena yang terlihat semakin cantik. “Dan yang ini Savyanna Adeliene. Gue nggak tahu persis anak kecil ini siapa karena Vigo tertutup banget sama kehidupan pribadinya. Di internet gue nggak dapat penjelasan lengkapnya. Cuma ada salah satu berita sekitar setengah tahunan setelah Vieena berdiri, soal pernikahan tertutup Vigo dan Yena, tapi di sini dijelasin kalau belum ada konfirmasi dari keduanya.” Mata Arjun langsung membulat tajam. Apa katanya tadi? Pernikahan Vigo dan Yena? Jadi Yena sudah memiliki laki-laki lain? Di saat Arjun kembali untuk memperbaiki semuanya, ternyata Yena sudah melarikan hatinya ke laki-laki lain? “Kalau berita itu bener, bisa disimpulkan anak kecil ini anak mereka,” ucap Gavin untuk kesimpulan akhirnya. Arjun menyorotnya dengan tatapan tajam membuat Gavin hanya mampu menghela napas malas. “Gue ketemu mereka di butik tadi.” Gavin kembali membuka suaranya. Ingin melanjutkan argumennya yang sepertinya tepat dengan kenyataan yang ada. “Menurut lo peran apa yang lebih realistis selain jadi suami Yena, ditambah anak kecil ini di tengah-tengah mereka?” Arjun menyandarkan punggungnya pada sandaran kursi. Masih belum percaya dengan kenyataan yang baru saja didengarnya. Pikirannya masih sesekali menentang, mungkin anak kecil itu bukan anak Yena. Anak orang lain yang dekat dengan Yena. Atau anak dari kakak perempuan Yena. Iya Arjun ingat Yena memiliki kakak perempuan. Tapi yang Arjun tahu kakak perempuan Yena belum menikah. “Mereka menikah sekitar tiga setengah tahun lalu, dan lo perhatiin Jun, anak kecil ini kayaknya sekitar tiga atau empat tahun,” tambah Gavin membuat kepala Arjun semakin terasa berat. “Oh ya satu lagi fakta yang diumumkan langsung sama Vigo waktu acara peresmian dibukanya Vieena.” Gavin menunjukkan layar ponselnya pada Arjun. Berisi berita lama dari internet, masih mengenai seluk beluk berdirinya brand Vieena. “Nama Vieena diambil dari gabungan nama Vigo dan Rieena. Di hari itu juga Vigo ngumumin pertunangan mereka secara resmi,” jelas Gavin setelah membaca secara singkat isi beritanya. “Benar-benar pasangan idaman,” decak Gavin dengan nada kagum. “Untuk kesimpulannya, silahkan lo pikirin sendiri, Jun. Kalau menurut gue sih mereka benar-benar menikah saat itu dan sengaja nggak dipublish.” Gavin ikut bersandar sembari menatap wajah Arjun yang terlihat kusut. “Mendingan lo pikirin masa depan lo sama calon istri lo itu, daripada lo ngejar Yena yang jelas-jelas udah punya suami dan anak.” Gavin beranjak. Membereskan beberapa kertas dan foto berisi keluarga Vigo. “Gue keluar. Masih banyak kerjaan,” pamitnya yang tidak ditanggapi oleh Arjun. Lelaki itu masih sibuk memikirkan Yena dan suaminya. Jadi Yena benar-benar sudah menikah? Dan tidak ada celah lagi untuknya kembali masuk ke dalam kehidupan Yena yang sekarang? Di tengah rasa kesalnya, ponsel Arjun berdering. Menampilkan nama yang benar-benar Arjun benci. Dengan malas lelaki ini meraih ponselnya. Menggeser tombol hijau membuat seseorang di seberang sana memekik dengan suaranya yang membuat gendang telinganya mengalami kerusakan. “Arjun! Semalam kamu ke mana? Kamu nggak tahu kalau aku udah nunggu sejam lamanya di El Resto, dan kamu nggak datang? Kamu benar-benar ya!” Seseorang di balik telepon itu menjeda kalimatnya. Arjun bisa mendengar helaan napas beberapa kali. Mungkin sedang menetralkan pernapasannya yang memburu akibat marah-marah. Arjun tidak ambil pusing. Menunggu dalam diam sembari menyiapkan telinganya. “Dapat berapa paha sama d**a kamu ha?” Arjun mengernyit. Dari mana perempuan itu tahu kalau semalam Arjun pergi ke club malam? Hanya untuk melepas lelah. Percaya tidak percaya, Arjun tidak pernah berbuat macam-macam pada perempuan di luaran sana. Tidak ada yang menarik. Arjun memiliki standar tinggi untuk perempuan pilihannya. Seperti Yena contohnya. Mari ingat sedikit soal Yena, si perempuan mengagumkan yang pernah disakitinya secara tidak sengaja. Hm atau secara sengaja sebenarnya. Tapi Arjun enggan mengakui itu. Arjun lebih memilih alasan, saat itu keduanya berusia sangat muda. Masih sangat sulit untuk berkomitmen hidup bersama. Dan ya berakhir menyakitinya. Ingat sekali lagi, Arjun tidak sengaja. Yena itu perempuan yang cantik luar biasa. Arjun sudah mengakuinya sejak lama. Tingginya yang hanya sebatas leher, membuat postur yang mungil itu sangat pas berada dalam pelukannya. Jangan lupakan pahatan wajahnya yang nyaris sempurna. Mata bulatnya yang membuat lupa diri, pipi berisi yang lembut, dan bibir mungilnya yang sangat manis. Jangan tanya berapa kali Arjun sudah mencoba bibir manis itu. Bahkan saat ini Arjun masih mengingat jelas saat kedua bilah bibir mereka bertemu dan ...“Arjun kamu ngapain? Aku bisa denger suara aneh kamu itu ya!” Fantasi Arjun terpecah seketika. Mengusap wajahnya kasar. Astaga. Apa yang Arjun pikirkan? Apa mengagumi milik orang lain masih diperbolehkan saat ini? Sepertinya Arjun terlalu berharap lebih. Tidak tahu bagaimana reaksi Vigo saat tahu istrinya masih menjadi bahan fantasi tidak benar untuk laki-laki lain. Salahkan saja wajah mempesona Yena yang berlebihan itu. “Apa kamu nggak bisa kasih aku respon ha? Kamu bisu atau mulutmu hilang?” Ya Tuhan. Kenapa makhluk bernama perempuan itu benar-benar menyebalkan? Telinga Arjun sudah sangat-sangat malas mendengarkan ocehan tidak penting dari balik ponselnya. “Iya, Yara kenapa?” Embusan napas kesal. Perempuan bernama Yara yang disebutnya tadi diam untuk beberapa saat. Kemudian kembali mengeluarkan kalimat supernya. “Darah tinggi aku lama-lama ngobrol sama kamu.” “Iya maaf. Apa … sekarang kamu mau ngomong apa?” “Kita ke butik siang ini!” Kalimat bernada memerintah. Arjun tentu saja tidak bisa menerima itu dengan senang hati. Memang siapa yang menyetujui pernikahan menyebalkan ini? “Yara kerjaan aku masih banyak dan siang ini aku ada rapat untuk ….” “Untuk menghindari aku lagi gitu? Nggak usah banyak alasan. Aku udah minta jadwal kamu hari ini ke Gavin, dan kamu nggak ada jadwal rapat atau apapun itu. Aku nggak mau tahu, pokoknya kamu harus datang! Ya? Oke, kamu diam berarti setuju. Kita ketemu di VB.” Otak Arjun seketika mengirimkan sinyal baik saat mendengar kalimat terakhir Yara. VB? Perempuan itu mengatakan VB ‘kan tadi? “Oke aku tutup teleponnya.” “Yara sebentar!” “Ya, apa?” “VB itu Vieena Boutique?” Lagi-lagi terdengar suara helaan napas dari Yara. “Kamu pikir butik mana lagi yang punya singkatan VB? Jangan bilang kamu nggak tahu soal model iklan yang … oh astaga Vigo muncul. Ya Tuhan kenapa bisa ada makhluk seganteng ini?” Arjun memutar bola matanya malas. Sudah berapa kali mendengar pekikan kagum perempuan saat tidak sengaja melihat wajah si pendiri brand baru itu. “Kamu tahu banyak soal model iklan itu?” Terpaksa Arjun mengeruk informasi dari tunangannya. Karena tidak bisa dipungkiri jiwa detektif seorang perempuan jauh lebih berfungsi dibandingkan laki-laki. Mereka memiliki semacam insting yang kuat, bisa menebak sesuatu yang rumit dari proses pemikiran yang memiliki alur terlampau panjang. Yang pasti tidak bisa dimengerti dengan mudah oleh kaum laki-laki. “Vigo Abrian namanya. Astaga Arjun kenapa senyumannya semanis itu?” “Ayyara apa kamu lupa dengan siapa kamu bicara?” “Ya, ya, ya aku pikir kamu nggak peduli berapa banyak laki-laki yang aku kagumi. Tapi karena ini pertama kalinya kamu protes, Vigo dadah. Sampai bertemu nanti.” Arjun bisa mendengar suara Ayyara yang sepertinya baru saja meletakkan tabletnya. Sumber pekikan hebohnya tadi. Arjun bukan cemburu, ingat itu. Tidak ada kata cemburu dalam hidupnya. Hanya saja, Arjun merasa disepelekan. Bagaimana bisa tunangannya memekik heboh, mengagumi lelaki lain saat berbicara dengannya? “Kamu mau tanya apa?” “Model iklan itu?” “Aku udah bilang ‘kan, Vigo Abrian namanya,” jelas perempuan itu. Ada nada sebal yang bisa Arjun dengar. “Soal istri, anaknya mungkin?” “Wah ada apa ini? Apa kamu merangkap jadi pegawai sensus saat ini?” Arjun mendesis sebal. Selanjutnya terdengar suara tawa Ayyara dari seberang sana. “Oke, oke. Hm sebentar, istrinya itu bernama Chava Rieena. Kamu tahu? Yena ini desainer utama Vieena yang bakalan kita datengin nanti. Ya Tuhan. Aku nggak masalah nggak ketemu Vigo, yang penting bisa ketemu istrinya. Dan yang lebih penting Arjun, gaun pengantinku nanti akan dirancang langsung sama Yena.” Arjun semakin pening. Jadi Yena benar-benar sudah menikah dengan pemilik brand itu? “Lalu, untuk putri kecil mereka Savyanna. Ivy panggilan akrabnya.” “Mereka benar-benar suami istri?” “Maksud kamu? Ya jelas suami istri, Arjun. Vigo bahkan memposting foto cincin pernikahan mereka di akun sosial medianya.” Arjun tidak tahu lagi harus merespon seperti apa. Dunianya seolah berhenti berputar saat itu. Tidak bisa menerima kenyataan yang benar-benar ada. Yena sudah menjadi milik orang lain, dan akan sangat tidak benar jika Arjun kembali untuk membawa Yena bersamanya. Bukankah memang kesalahan awal ada padanya? “Udah, ‘kan? Kalau kamu penasaran, siang nanti datang ke VB bareng aku. Aku tutup.” ***
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN