Tekad bulat

1998 Kata

Devan membulatkan kedua matanya, ‘apa? jadi Olivia pergi dengan Emir? sejak kapan mereka jadi dekat?’ gumamnya dalam hati. “Van! Lo masih disana ‘kan?” “Hem...” Devan mencoba menahan amarahnya. Ia juga tidak mungkin langsung datang menghampiri Emir dan Olivia. Ia tidak ingin sampai mereka curiga padanya. “Gimana? Lo terkejut gak? Lo setuju ‘kan kalau gue deketin sekretaris lo yang cantik ini?” Sialan lo, Mir! “Lo jangan macam-macam sama Olivia ya. Lo tau siapa Olivia itu. Dia sekretaris pribadi gue. Dia tangan kanan gue. Gue...” “Gue tau. Makanya gue minta izin sama lo dulu. Gue yakin, lo akan setuju. Kita ‘kan teman, Van,” potong Emir. Astaga! Sekarang gue sedang dalam situasi apa sih? Kenapa seakan-akan gue ini adalah barang. Gue gak nyangka, Emir akan mengatakan semua itu kepad

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN