DUA minggu sudah ‘perang dingin’ antara Kinanti dan kelima sahabatnya. Tak saling menyapa. Semua diawali dengan sikap dingin Kinanti juga lontaran kalimat-kalimat yang terdengar ketus. Kinanti sedang marah besar dan semua sahabatnya mengetahui dan memakluminya. Kinanti lebih banyak menyendiri. Dia curahkan pikirannya pada buku pelajaran. Terkadang ditemani dengan majalah kumpulan cerpen kesayangannya. Di rumah, Kinanti lebih banyak mengurung diri dengan mengunci kamar. Sesekali ditemani musik lagu-lagu kesayangannya dari siaran radio yang diputarnya. Cukup menyingkirkan kekecewaan karena merasa sudah dikhianati oleh mereka yang dianggapnya sahabat. Bahkan kedatangan Diani dan Nayla, tak disambutnya. Dia biarkan saja mereka duduk di kursi beranda. Terkadang Kinanri berada di rumah kakak se