BEBERAPA saat, mata Kinanti terpejam. Baru saja mimpi mau dirajut, terasa di bagian atas hidung dan jidat, ada yang menempel. Dia tersentak tapi belum membuka kelopak matanya. Menebak-nebak apa yang ada di bagian wajahnya. Mungkinkah t**i cecak yang jatuh dari atap. Tapi tak mungkin, masa sebesar ini. Dengan perlahan tambah penasaran yang sangat, dibuka matanya dengan perlahan. Dia menjerit sekeras-kerasnya ketika tahu apa yang dengan tak sopan nongkrong di atas hidungnya. Kodok! Serta-merta, kodok pun loncat dari sana dan melarikan diri entah kemana. Teriakan Kinanti pun terhenti. Napasnya ngos-ngosan. Sialan, rutuknya dalam hati. Baru kali ini ada kodok nyasar ke kamarnya. Dasar! Lagi-lagi dia merutuk. Siapa itu yang mengundang kodok? Setelah hilang kekagetannya sambil memegang lehern