Satu jam kemudian, Gael Hartono akhirnya datang menjenguk Danira. “Bagaimana keadaanmu? Dokter bilang kamu belum boleh berjalan selama sebulan.” Danira tersenyum lembut ke arahnya, tapi ketika dia hendak menjawab pertanyaan itu, keningnya bertaut kencang. “Kamu tampak kacau. Gael, bukankah itu adalah pakaian yang kamu pakai kemarin saat konferensi di TV?” Gael tampak canggung, lalu duduk seraya meletakkan sekeranjang buah di atas nakas. “Benar. Kemarin adalah hari yang berat. Bagaimana aku bisa tenang? Konferensi persnya ditunda sampai minggu depan. Kamu mengalami kecelakaan, mau tidak mau aku harus mengutamakanmu dulu. Maaf, aku tidak bisa berjaga semalaman karena ada masalah di kantor. Kamu tidak takut, kan?” Hati Danira seperti dipukul oleh palu! Dengan bibir gemetar gugup, dia ber