Nora Genit!

1033 Kata
“Hahaha.” Amanda tertawa, Leia memukulnya dengan buku. “Salahmu sendiri, kenapa bersahabat dengan wanita!” sambar Leia. Stuart dan Thomas pun mencoba memahami keadaan, memilih cuek dan meninggalkan mereka berdua. Amanda dan Leia pun segera ikut dan berdiri di samping mereka. Leia di samping Stuart dan Amanda di samping Thomas. “Kami akan mengajakmu ke kafe sahabat kami, namanya Nora. Dia sangat cantik, kau harus jaga mata,” tandas Stuart. Amanda melotot, mereka bahkan tidak memiliki hubungan lebih dari teman. Thomas tertawa menatap ke arah Amanda. Mereka berhenti di parkiran. Stuart mengajak Thomas ke mobilnya. “Aku bawa juga, kalau mau salah satu dari kalian menumpang, aku akan senang,” katanya. Leia langsung mendekatkan Amanda pada Thomas. Wanita itu membelalak sambil menggeleng. Leia membalasnya dengan anggukan. “Sampai ketemu di kafe!” kata Leia meninggalkan sahabatnya bersama Thomas. Amanda pun tersenyum, melirik ke arah pria itu. Hari ini, Amanda pakai kacamata berwarna abu muda, posisi rambut juga menutupi sisi kanan wajahnya. Thomas tidak terlalu memperhatikan matanya. “Mari ke mobilku,” katanya. Amanda mengangguk, menggigit bibirnya sambil berjalan. Rasanya gugup bisa bersama dengannya. “Apa kabar, Amanda?” tanya Thomas. “Eh, haha! baik, aku baik. Kau bagaimana?” tanyanya balik. “Aku sangat sehat, apalagi kalau baru makan.” “Hahaha, benar juga.” Amanda masih melihat tanda hijau itu di keningnya, meski sampai sekarang dia tidak tahu arti dari cahaya itu, tetapi Amanda tidak merasa curiga lagi. Lima belas menit kemudian. Mereka tiba di kafe, Nora menyambut ketiga sahabatnya dengan senang. Karena pekerjaan, Nora tidak bisa sering berkumpul. Amanda, Stuart dan Leia mengerti dan tidak mau menuntut hal lebih. “Eh, siapa ini?” tanya Nora. “Kenalkan, namanya Thomas, dia teman Amanda,” jawab Leia mewakili. Thomas bersalaman dan memperkenalkan namanya, “Thomas!” “Hai, Thomas. Aku Nora.” Wanita itu tersenyum manis padanya dan langsung memeluknya. Amanda memperhatikan senyum itu sedikit berbeda. Segera wanita itu menepis pikiran negatifnya. Leia menganga dan menatap ke arah Stuart. Hal itu sudah dibayangkan sebelum mereka tiba tadi. Leia langsung memisahkan mereka dan mengajak Nora menunjukkan meja mereka. Nora membawa keempat orang itu ke lantai 2. Sudah disiapkannya untuk duduk bersama. Thomas tidak tertarik sama sekali pada siapapun saat ini karena tadi pagi dia sudah makan. masih kenyang rasanya dan lebih bisa mengontrol diri. Nora mempersilakan mereka memesan makanan. “Hari ini aku yang traktir,” katanya. “Ada acara apa kau traktir kami?” tanya Stuart. “Aku baru saja memenangkan lotre,” jawabnya tertawa bahagia. “Hahaha, begitu rupanya.” Leia mengangguk. “Thomas, kau juga jangan ragu untuk memesan, aku tidak akan membatasi keinginan kalian,” katanya dengan tatapan manja. Pria itu tersenyum, mengangguk cepat dan melihat menu di sana. Sekali lagi, dia tidak lapar, jadi Thomas hanya memesan minuman. Amanda terlihat bingung dengan makanan yang akan dipesannya. Thomas membantunya memilih. “Ini saja, enak!” katanya. Amanda mengangguk lalu menulis pesanannya dan menyerahkannya pada Leia, wanita itu dan Stuart segera menuliskan orderan mereka juga. “Nanti malam akan ada party!” katanya. “Lagi? di mana?” tanya Leia. “Di sini, mereka mengundang penyanyi terkenal kota ini dan pasti akan sangat menyenangkan,” jawab Nora. “Wah, hebat!” Stuart akan mengikutinya. “Kalian ikut kan?” tanya Nora pada sisanya yang masih terdiam. “Mmh, aku merasa Amanda tidak bisa,” kata Leia ingin menyelamatkan hubungan antara Thomas dan Amanda. Takut dirusak oleh Nora. “Aku bisa,” jawab Amanda menggugurkan usaha Leia. Wanita itu kecewa mendengar jawaban Amanda. “Hore! Kalau begitu aku akan pesankan tiket kalian agar bisa berpesta bersama!” kata Nora. “Thomas, kau bisa ikut?” tanya Leia. “Ya, aku akan ikut.” Pria itu harus berbaur demi mendapatkan tujuannya bersama Amanda. Mereka tak perlu pergi dari kafe itu sampai acara tiba. Hanya saja beberapa menit ruangan disterilkan agar bisa menyaring pengunjung yang memiliki tiket dan yang tidak. Keempat orang itu berdiri di halaman kafe sambil mengobrol. “Tetanggaku baru saja meninggal tadi pagi,” ujar Stuart. “Oya, kenapa?” tanya Amanda. “Diterkam hewan buas. Iih, seram!” Stuart merasa ngeri. Amanda langsung ingat kalau dia juga seperti diperhatikan oleh seseorang di kamarnya. Amanda menceritakan perasaannya tadi malam dan Stuart ketakutan sementara Leia tertawa ringan. Thomas menatapnya tajam. Ternyata itu yang dirasakan dia kalau aku melihatnya tidur, gumamnya dalam hati. “Aku dengar, banyak serigala berkeliaran akhir-akhir ini,” ujar Leia. Thomas menoleh padanya, Amanda juga. Mereka tidak merespon perbincangan itu, hanya Stuart dan Leia saja. “Kenapa bisa berkeliaran? Tidak ada kasus penebangan hutan, habitat mereka aman.” “Haha, kau ini sangat tidak mengerti cerita mitos jaman dulu ya,” ujar Leia. Amanda dan Stuart mengerutkan alis. Mereka tidak tahu masalah itu. “Mitos apa?” tanya Amanda. “Bulan depan adalah bulan istimewa bagi serigala. Katanya hanya terjadi sekali dalam 50 tahun. Kita sebagai manusia tidak akan bisa melihatnya, tapi mereka bisa membedakan setiap bulan yang datang.” “Masalahnya pada kita apa?” tanya Stuart. “Mereka akan lebih cepat lapar dan memangsa korban lebih banyak. Mereka mencari sebuah hati yang bisa membuat keabadian,” jawab Leia. Thomas penasaran, Leia bisa tahu masalah itu sampai detail. “Kau tahu dari mana?” tanyanya menyambar percakapan. “Aku punya berbagai buku terkait serigala dan manusia serigala,” jawab Leia tersenyum. “Waah, serius?” Amanda tidak percaya. “Benar, kalau kau mau, kau bisa pinjam dariku.” “Hahahaha.” Stuart mendadak terbahak-bahak. “Kau masih percaya ada manusia serigala?” tanyanya geli. “Ya, masih! Kenapa?” “Di era sekarang itu, tidak ada namanya manusia serigala. Dalam dunia kedokteran itu disebut kelainan hypertrichosis!” jawabnya. “Halaaah, itu kan kenanya ke pria saja. Gimana kalau perempuan punya rambut super banyak? Apa dia Hypertrichosis juga? Tentu tidak!” sanggah Leia. Thomas berada dalam percakapan yang melibatkan dirinya. Pria itu berusaha tenang. “Udah, jangan bicarakan itu. kalian buat aku takut,” kata Amanda. Leia tertawa. “Haha, kalau kau takut, jangan khawatir, ada Thomas di sampingmu,” sahutnya berusaha mendekatkan mereka. Thomas tersenyum, dia sama sekali tidak tertarik pada Amanda meski wanita itu sudah sedikit ada rasa pada Thomas. Rasa suka padanya.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN