Aku Mendengarmu

1046 Kata
Panitia acara sudah mulai bersiap menerima pengunjung malam ini yang akan ikut berpesta di kafe. Amanda sedikit menjauh dari tempat itu karena sedang menerima panggilan dari Frengky. Thomas dan Leia berdiri di dekat pohon sementara Stuart mengamankan tiket masuk. "Ayah, aku akan pulang sedikit telat karena ada acara bersama teman-temanku." "Kau harus bisa jaga diri, jangan pulang lebih dari jam 10." "Iya, Ayah." Frengky menyudahi panggilan, kehadiran Leia dan Stuart tidak membuatnya khawatir. Frengky sudah mempercayai putrinya untuk berteman dengan mereka. Amanda kembali, Leia langsung mengajak mereka masuk karena Stuart sudah mengamankan tiket. Acara ada di lantai 2. Tempat yang awalnya menjadi lokasi nongkrong mereka tadi sore kini sudah berubah lebih lapang karena kursi dan meja dipinggirkan demi menyediakan wilayah penonton. Leia dan Stuart saling melindungi satu sama lain, berdesakan untuk berdiri di depan panggung. Mereka ingin berdekatan dengan penyanyinya. Amanda hanya mengenal Thomas yang ditinggal oleh kedua sahabatnya. Mereka masih di belakang. "Kau mau ke depan?" tanya pria itu. Amanda menggeleng. "Aku di sini saja – jika kau mau ke sana, silakan!” Thomas tertawa kecil, dia ke sini hanya untuk membuat Amanda jatuh hati padanya. Tidak mungkin pergi dan menyia-nyiakan kesempatan. "Aku akan menemanimu," katanya dengan nada sedikit kencang, karena suara pembawa acara sudah terdengar berkoar-koar di panggung. Tidak sengaja Amanda melihat wanita dan pria masuk ke tengah lokasi, cahaya hijau terang itu juga terlihat di keningnya. Seperti tersetrum, Amanda bisa mendengar ucapan mereka dalam hati. Mereka sangat lezat, semuanya akan kumakan, ujar wanita berambut panjang berwarna emas itu. Gila, aku ingin wanita itu untuk makan malamku, ujar pria di sampingnya. Amanda tidak paham dengan kata 'mereka dan wanita itu'. "Kenapa mereka ingin makan manusia?" tanyanya sendiri pelan sambil mencoba berpikir. "Ada apa?" tanya Thomas. Amanda menggeleng dengan senyuman. "Tidak ada, kau ingin minum?" tanyanya. Pria itu melihat ke sekitar, ada manusia serigala yang berasal dari grup lain. Mereka bisa mengejar Amanda jika melihatnya. "Kau di sini saja, nanti kita minum di bawah," pinta Thomas menutupi tubuh wanita itu ketika sepasang manusia serigala lainnya melintas. Amanda tidak paham, tetapi dia merasa senang saat Thomas berdiri di hadapannya. Aroma tubuh dan kekarnya Thomas hampir bisa dirasakannya karena sangat dekat jarak mereka. Amanda menahan diri, menyadarkan diri sendiri bahwa; tidak mungkin Thomas menyukainya. Jika aku bisa mendengar isi hati mereka, kenapa isi hati Thomas tidak bisa kudengar? Mereka punya tanda yang sama, tanya Amanda dalam hati sedikit heran. Thomas menatap perempuan di depannya, menundukkan pandangan serta menyandarkan diri ke meja kosong di belakangnya. Amanda tidak merapatkan tubuh padanya, alias tidak mengambil kesempatan dalam kesempitan. Pria yang berdiri di depannya mulai menjauh, Amanda menarik tatapannya ke atas dan segala arah. Sejak tadi tidak ada yang bisa dipandangnya kecuali tubuh Thomas. Mereka kembali berdiri berdampingan dan menikmati musik yang sudah mulai dimainkan. Nora menghampiri mereka, dengan cepat memeluk Thomas dan Amanda secara bergantian. "Kalian tidak gabung bersama Leia dan Stuart?" tanyanya. "Mereka di depan, aku tidak bisa menembus mereka," jawab Amanda. "Hmm, kalau gitu apa kau mau ke sana?" tanya Nora. Thomas tersenyum, menggerakkan tangannya ke kiri dan kanan secara cepat. Nora pun melipat bibir, kecewa dan terpaksa meninggalkan mereka berdua. Mereka bertahan di sana hingga satu jam, setelah itu Thomas mengajak Amanda keluar. Wanita itu menerima tawarannya, dia tidak terlalu suka dengan keramaian dan band yang sedang tampil. Thomas membelikan minuman di lantai 1 sebelum mereka keluar. Malam ini sangat cerah, langit penuh bintang dan rembulan. Amanda menunggu Thomas di luar, menatap langit dan merasakan embusan angin yang sedang menyentuh wajahnya. Syal Amanda terlepas karena angin yang tiba-tiba datang dengan kecepatan tinggi. Wanita itu hendak menangkapnya, tetapi sudah ada pria yang lebih dulu meremasnya agar angin tak sampai menerbangkannya lebih jauh lagi. “Thomas,” sapanya tersenyum. Pria itu membalas senyumannya dan memberikan syal merah jambu itu pada Amanda. Segera melilit kain rajutan tersebut ke leher dan Thomas memberikan kopi panas yang baru dibelinya. “Makasih ya,” kata Amanda. “Ya, sama-sama.” Thomas menyesapnya, merasa bahwa hujan akan turun. Dia bisa merasakan awan bergerak ke wilayah ini dan akan menyebabkan hujan deras. “Kau pulang dengan teman-temanmu?” tanya Thomas. “Kenapa? Apa kau mau pulang?” tanya Amanda balik. “Tidak, aku pikir malam ini akan hujan deras. Lebih baik kita pulang duluan,” ajaknya. Amanda melihat langit tidak mendung, heran dengan pernyataan Thomas yang mengatakan akan turun hujan. Thomas menatap ke beberapa sudut, dirinya mulai diawasi oleh orang dari kelompoknya. Pria itu melihat satu pria di seberang berpura-pura membaca majalah, satu wanita berpura-pura menghubungi seseorang dan satu lagi di parkiran motor sedang duduk menatap ke arah mereka. Astaga! Kalian kenapa mengikutiku? Tanyanya dalam hati. Amanda juga melihat tiga orang itu juga karena cahaya yang terpancar di keningnya mengalihkan perhatian. Gadis itu bisa mendengar isi hati si pemilik cahaya hijau untuk yang kesekian kalinya, ucapan mereka sangat aneh. Apa lagi yang kau tunggu? Segera rebut hatinya atau kau culik saja dulu. Ayo lah, Thom! Kau terus mengulur waktumu. Astaga, anak ini buat aku naik darah! Lambat sekali langkahnya. Amanda merasakan tubuhnya lemas karena energi yang terkuras. Thomas menangkap tubuh Amanda yang hampir terjatuh. “Kau kenapa?” tanyanya. Amanda tidak mungkin mengatakan hal itu pada Thomas, dia tidak akan percaya. Amanda menggeleng, minta diantar pulang saja. Thomas segera membawanya ke mobil. Pria itu juga tidak ingin terus diikuti. Benar-benar sulit dipercaya, mereka tidak memberinya kesempatan sendiri untuk mendapatkan hati Amanda. Dalam perjalanan, Amanda mengirim pesan pada ketiga sahabatnya. Menyampaikan kabar kalau dia sudah pulang lebih dulu bersama Thomas. Leia dan Stuart membaca pesannya bersamaan. Mereka saling melirik dan tersenyum. Tidak marah sama sekali. Berbeda dengan Nora yang kecewa dengan isi pesan tersebut. Berharap Thomas bisa menjadi miliknya karena aura pria itu sudah menarik gravitasi hatinya. Setelah memberi kabar sahabatnya, Amanda menyimpan ponsel itu di dalam tas. Seketika langit berubah menjadi merah, awan tebal terlihat menyelimuti wilayah tersebut. Amanda menoleh ke arah Thomas, ucapannya menjadi nyata. Padahal sejak tadi tidak ada tanda-tanda akan turun hujan. Tiba-tiba saja angin kencang dan membuat batang pohon berterbangan, Thomas harus cepat menyelamatkan Amanda dan mengembalikannya ke rumah. Suara patahan dan benda-benda berjatuhan di sekitar mereka terkena angin begitu menyeramkan. Jalan mereka terhalangi oleh pohon tumbang. Thomas segera mengalihkan stir dan menginjak rem dengan sangat kuat. Mobil berputar-putar di tengah jalanan sepi. Tidak ada pengendara lain yang terjebak bersama mereka.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN