Sesuai janji, minggu ini aku akan mengajak Ken keluar untuk bertemu Dila. Sejak pukul setengah tujuh pagi, aku sudah pulang dari rumah mertua. Untungnya, kedua mertuaku tidak bertanya lebih lanjut tentang acaraku hari ini. “Tante Dila lama banget, Pa.” Ken mulai mengeluh. Saat ini aku dan Ken sudah standby dia pinggir jalan dekat komplek perumahan Dila. Dia bilang sebentar lagi, tetapi sampai detik ini belum datang juga. “Pa, Tante Dila ditelfon.” “Iya, bentar— eh, itu dia, Ken!” Ken segera menoleh ke arah yang aku tunjuk dengan dagu. Kulihat Dila sedang berjalan cepat-cepat. Dia memakai celana jeans dan baju biru lengan tiga perempat dengan panjang di atas lutut. Dia juga memakai sepatu putih dan tas berwarna senada. Sedangkan untuk rambutnya, dia biarkan tergerai begitu saja.