Desa dan Apa yang terjadi padanya

1630 Kata
Jadi Rya mengatakannya padaku, di dunia ini… mandi bukanlah hal yang bisa dilakukan oleh rakyat biasa. Mandi adalah sebuah bentuk kemewahan yang hanya bisa dimiliki oleh mereka yang memiliki strata sosial tinggi, baik itu raja ataupun para bangsawan. Para rakyat biasa hanya di perkenankan untuk membasuh tubuh mereka dengan kain basah jika mereka ingin membersihkan diri mereka. Rya pun sempat menanyaiku hal-hal yang aneh, seperti… “Ichigaya, tidak! Yang mulia Eishi… apa jangan-jangan anda adalah seorang bangsawan?” Tiba-tiba aku dan Rya menjadi canggung saat itu, dia sampai berpikir bahwa aku adalah seorang bangsawan hanya karena urusan cara membersihkan tubuh. Dunia ini begitu terbelakang dan ketat akan peraturan yang menegaskan perbedaan status. Bangsawan disini begitu di hormati dan rakyat biasa hanya bisa dipandang sebelah mata, keadilan di dunia ini sungguh berat sebelah. Saat aku memikirkan hal itu sembari membasuh tubuhku, aku jadi tidak mau memikirkan soal toilet yang di gunakan di dunia ini. Kira-kira seberapa buruknya itu? Kalian pasti bisa membayangkannya, bukan? Setelah selesai membersihkan diri aku langsung pergi ke teras, bau masakan Bibi Merry sudah tercium dari koridor tempatku berjalan, aromanya begitu wangi dan memancing perutku untuk segera berteriak. “Selamat pagi, Ichigaya! Kau terlihat lebih baik daripada dirimu yang kemarin, apa kau sudah membasuh tubuhmu?” “Selamat pagi, Paman Jerome. Aku merasa lebih baik setelah membasuh tubuhku, aku merasa segar dan nyaman.” Segar dan nyaman, tapi tidak wangi. Di dunia ini sama sekali tidak ada sabun atau benda yang kegunaannya sama, jadi orang-orang di dunia ini hanya mengandalkan air saja untuk membersihkan mereka atau cucian mereka, seperti halnya baju dan juga piring. Aku jadi terpikir untuk membuat sabun lain kali, kira-kira seberapa senang orang akan menggunakannya? Yah… karena aku adalah seorang Crafter, kurasa aku harus melakukan berbagai cara untuk menciptakan hal-hal baru, sekaligus ini adalah sebagai kesempatan untukku menaikkan level dan juga mencari skill baru. “Apa yang akan kau lakukan setelah sarapan, Ichigaya?” ujar Paman Jerome sambil mengunyah makanannya. “Benar juga, kurasa aku akan jalan-jalan mengelilingi desa Nimiyan, saat aku baru sampai aku langsung pergi ke toko Tuan Bern dan berdiam diri disana terlalu lama, aku belum melihat-lihat desa dengan seksama.” “Kalau begitu kau bisa mengajak Rya dan Tuare bersamamu, mereka tau keadaan desa, dengan begitu kau tidak akan tersesat saat berada di desa ini, meskipun desa Nimiyan tidak terlalu besar, tapi ada beberapa tempat yang tidak boleh di datangi, sebaiknya kau mengajak mereka untuk memberi taumu apa yang tidak boleh dan apa yang boleh kau lakukan selama berada di desa.” “Terima kasih, Paman Jerome. Kurasa itu bukanlah ide yang buruk.” “Rya, Tuare. Apa kalian tidak keberatan untuk mengajakku berkeliling desa?” imbuhku sambil melihat pada kedua gadis cantik itu. Si4l, mengajak dua gadis cantik untuk menemaniku jalan-jalan, kalian pikir seberapa beruntungnya aku ini? “Tentu saja kami tidak merasa keberata sedikitpun,” balas Rya dengan senyum manisnya. “I-ini bukan karena aku mau menemanimu atau apa, aku ingin ikut denganmu hanya untuk memastikan kakakku baik-baik saja, jadi jangan besar kepala karena aku mau ikut denganmu ya,” kata Tuare sambil memalingkan wajahnya dengan memperlihatkan pipinya yang agak mengembung. Gimana ya… mungkin dia seperti apa yang orang sebut dengan Tsundere. Akhirnya kami bertiga pun memutuskan untuk pergi mengelilingi desa bersama. **** Desa Nimiyan di pagi hari, ternyata tidak jauh berbeda dengan keadaan desa di malam hari. Disini terlalu sepi, hanya ada satu dua orang tua berlalu Lalang di dalam desa, sama halnya seperti kemarin aku tidak bisa melihat ada seorang remaja atau anak-anak kecil yang bermain di luaran desa, aku heran… di desa yang cukup besar dengan banyak rumah-rumah penduduk, tapi hanya ada sedikit warga yang bisa di jumpai di jalan. “Rya… apa keadaan desa selalu sepi seperti saat ini? Aku tidak pernah menemui banyak orang semenjak aku datang ke desa,” ujarku. “Beberapa bulan yang lalu Desa Nimiyan tidak terlihat seperti sekarang, kau bisa dengan mudah menjumpai para warga yang tengah beraktivitas, biasanya kau juga akan mendengar tawa riang anak-anak kecil yang bermain Bersama, berlarian di sekitar sini.” “Eh… jadi desa ini sebelumnya ramai, ya. Kenapa sekarang menjadi sangat sepi?” “Desa mulai sepi kira-kira tak lama setelah Kak Rya jatuh sakit,” celetup Tuare. “Saat itu bukan hanya kakak saja yang jatuh sakit, bahkan beberapa orang di desa mengalami penyakit yang serupa, sebelum akhirnya mereka meninggal. Orang tua, remaja, anak-anak… penyakit itu tidak pilih-pilih.” Wajah Rya begitu terkejut saat mendengar hal itu. “A-aku tidak tau kalau hal seperti itu bahkan terjadi di desa.” “Itu karena Kakak sudah tidak sadarkan diri untuk waktu yang lama. (Tuare mulai meneteskan air mata) saat orang-orang di desa mulai meninggal dunia satu-persatu karena penyakit itu, aku mulai ketakutan, aku tidak bisa membayangkan hari dimana kakak akan menyusul mereka, dadaku… dadaku sangat sesak saat aku memikirkannya.” Rya lalu memeluk Tuare yang mulai menangis. Aku paham, saat anggota keluarga kita yang tersayang jatuh sakit, yang merasa kesakitan bukan hanya mereka, tapi kita pun turut merasakannya, pemikiran tentang kejadian yang mungkin terjadi membuat kita gelisah dan bahkan menjadi cemas yang berlebihan, dan perasaan itu sungguh menyiksa. Tunggu dulu, seseorang berlari ke arah kami bertiga, dia tampak begitu ketakutan, apa yang terjadi? Bukankah aku tau orang itu… dia adalah seorang penjaga gerbang masuk bernama Lyod. “Beberapa orang mulai berjatuhan, jika melihat dari tanda-tandanya, mereka semua terkena penyakit langka yang sudah merenggut banyak nyawa orang di desa ini,” ujar pria yang terengah-engah itu. “Rya! Apakah itu kau? Bagaimana kau bisa sembuh? Bukankah kau menderita penyakit yang sama?” Imbuh Pria bernama Lyod yang terlihat begitu ketakutan. “Kak Lyod, tenangkan dirimu dulu. Benar, aku adalah Rya, dan aku sudah sembuh dari penyakit itu, apa kau bisa mengatakan apa yang sudah terjadi?” “Saat aku berjaga seperti biasa di depan gerbang, aku melihat Kakek Teemo jatuh pingsan di jalan begitu saja, saat ku dekati dia dan menyentuhnya, dia begitu panas. Aku tau perasaan itu, tidak salah lagi, itu adalah wabah yang belakangan ini menjangkiti desa Nimiyan kita. Aku dan Torn segera mengantar Kakek Teemo ke rumahnya, saat aku melewati rumahku aku melihat Ibu dan adikku yang masih kecil tergeletak dengan cara yang sama.” “Aku benar-benar kalut dan sangat ketakutan, bagaimana ini masih terus terjadi, apa pada akhirnya Ibu dan adikku akan lebih dulu menyusulku? Aku tidak bisa membiarkan hal itu terjadi. Rya… kau sudah sembuh, kan? Kau pasti tau cara menyembuhkan mereka, bukan? Tolonglah… tolong sembuhkan mereka semua! Kumohon!” Seorang pria menangis dengan tubuhnya yang terlihat gontai, padahal sehari yang lalu aku melihatnya layaknya seorang penjaga yang gagah berani, semua itu hilang karena orang yang disayanginya berada dalam masalah. Aku tidak bisa diam saja setelah melihat ini, aku… akan membantu mereka. “Kak Lyod… aku tidak bisa membantu keluargamu,” ujar Rya dengan ragu sambil melihat ke arahku. “Aku bisa! Aku bisa menyembuhkan keluargamu, tunjukkan padaku dimana jalannya!” Pria bernama Lyod itu seakan mendapatkan semangatnya kembali, dia akhirnya menunjukkan sedikit senyumnya, pria itu mengangguk dan langsung berlari sambil menyuruh kami mengikutinya. Kami sampai di sebuah Gudang, atau tepatnya… ini seperti tempat yang biasa digunakan untuk menyimpan kuda atau sapi, begitu banyak jerami di tempat ini. “Tuan Tamu, mereka semua terbaring di sana. Torn dan aku sudah berkeliling desa, dan kami menemukan lima orang dengan gejala yang sama, dan kami membawanya kemari,” ujar Lyod. “Rya!!! Apakah itu Rya? Dia sudah sembuh dari wabah penyakitnya, bagaimana kau sembuh?” ujar Torn. “Kawanku, Rya bilang Tuan Tamu adalah orang yang telah menyebuhkan penyakitnya. Tuan Tamu bilang dia ingin menyelamatkan warga lain yang punya penyakit yang sama, kita semua terselamatkan,” balas Lyod pada Torn. Torn mendekatiku, wajahnya sangat penuh dengan harapan, sepertinya dia juga tidak kalah putus asanya seperti Lyod. “Tuan Tamu, apakah anda seorang pendeta yang mampu melakukan sihir penyembuhan dan anda sebenarnya bukanlah seorang pengembara biasa? Jika benar begitu maka, saya mohon… sembuhkan orang-orang yang ada di desa. Saya tidak ingin melihat adanya orang desa yang meninggal dunia, ataupun mereka yang meninggalkan desa karena desa sudah terjangkit wabah. Kami mohon dengan sangat, Tuan Tamu. Kami pasti akan membalasmu dengan balasan yang setimpal.” Torn juga menundukkan kepalanya padaku, di saat kesulitan melanda seseorang dan mereka tidak tau harus berbuat apa, secara langsung naluri mereka membuat mereka tertunduk tidak berdaya, jujur aku tidak tahan melihat ini semua. Orang-orang tua yang tidak berdaya harus menahan siksa dari penyakit yang di derita, bahkan anak-anak yang seharusnya bermain dengan riang… apakah mereka akan menghabiskan sisa hidup mereka terbaring di atas jerami ini? Sekarang aku mempunyai kekuatan yang dibutuhkan, aku berani merangkul mereka dan menepuk bahu mereka untuk menawarkan bantuanku. Karena aku adalah… seorang Crafter! Dan hal yang sangat ingin kubuat adalah… kebahagiaan! “Tuan Torn, aku sangat menghargai perasaanmu, kau tidak perlu terlalu memikirkan bagaimana kalian akan membalasku nanti, yang terpenting sekarang bantu aku untuk mengobati mereka. Dan ada satu hal yang harus kau tau, aku bukanlah seorang pendeta, aku tidak memiliki sebuah sihir penyembuhan. Tapi aku mampu menyembuhkan mereka.” “Selama anda bisa membantu menyembuhkan mereka, maka saya tidak akan peduli jika anda bukanlah seorang pendeta sekalipun,” ujar Lyod. “Saya juga, selama anda bisa menyembuhkan mereka, tak peduli siapapun anda, kami para warga Nimiyan Village akan merasa sangat berhutang budi, kalau begitu… apa yang harus kami lakukan untuk membantu anda, Tuan?” imbuh Torn. “Untuk sekarang, bisakah kalian menemui Tuan Bern di tokonya, katakan padanya untuk membawa potion yang dia buat bersamaku kemarin, dan juga jika ada bahan-bahan yang tersisa aku ingin kalian membantu Tuan Bern membawanya, katakan padanya bahwa Eishi sedang membutuhkannya sekarang, kalian mengerti?” “Mengerti!!!” Dengan serempak mereka berdua bergegas pergi ke Toko Tuan Bern, kuharap tidak akan ada sesuatu yang lebih buruk terjadi saat ini.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN