Sejak ia mengirim pesan tentang keinginannya mengikuti Danu ke kota hingga dua pekan saat ini, suaminya tidak pernah membahas masalah itu lagi. Ia pun bersabar, mencoba menerima dan mengerti, tidak memaksa yang mungkin justru akan menyakiti hati suaminya atau memberatkannya. Ningsih tidak ingin menjadi istri durhaka yang akan mendatangkan kemarahan Yang Kuasa.
Ia sudah merasa tertegur dengan kejadian dua pekan yang lalu, seseorang telah menodainya, menginjak kehormatan yang paling ia jaga. Ia benar-benar merasa mendapatkan azab karena telah berlaku dingin pada suaminya ketika mengetahui berita hangat waktu itu hingga pulang ke desa.
Meskipun beribu pertanyaan berputar-putar dalam otaknya, mempertanyakan apakah semua kesalahan itu hanya dia yang berhak menanggungnya?
Sesuai janji Danu,
