Bagas meletakkan tubuh Ningsih di atas tempat tidurnya. Sepertinya ia sangat kelelahan hingga tertidur senyenyak itu di atas karpet. Bahkan saat ia mengangkatnya, tidak terusik sedikit pun. Ia menarik kursi rias, lalu duduk di sisi ranjang. Menatap lekat-lekat wajah wanita yang sangat ia cintai, tampak wajah itu semakin tirus. Gurat-gurat kesedihan dan kesulitan tergambar dari wajahnya yang dibingkai jilbab. Ia tahu, Ningsih berbeda. Banyak hal yang membuatnya menyukai wanita itu, selain karena parasnya yang ayu, dia juga mudah bergaul, dan kuat, mau bekerja keras dan tidak mudah menyerah. Ia juga tahu, bukan hanya ia sendiri yang menyukai Ningsih, banyak pemuda-pemuda desa yang menyukainya. Perlahan, jemarinya terulur, mengusap lembut pipi halus itu. Sesaat Ningsih menggeliat, ia cepa
Unduh dengan memindai kode QR untuk membaca banyak cerita gratis dan buku yang diperbarui setiap hari