Bab 10. Merubah penampilan

1051 Kata
Happy Reading "Jangan banyak bicara, aku tidak membayar mu untuk mengomentari siapa pasanganku, Alex," ucap Alvaro tajam. Alex atau biasa di panggil Alexa tertawa, dia benar-benar mengejek Deby dengan tatapannya. Deby bisa menyimpulkan jika pria jadi-jadian itu adalah orang yang cukup dekat dengan Alvaro, mengingat bagaimana beraninya lelaki itu. "Aku memang tidak butuh bayaran mu untuk menilai seperti apa pasanganmu, Alvaro, tapi kali ini seleramu benar-benar payah, aku lebih suka wanita yang terakhir kali kau bawa itu. Dia cantik dan ramah, dia bahkan bisa mengambil hatiku dan ku beri dia salah satu koleksi ku, tapi aku menyuruhnya untuk tidak bicara padamu. Ehmm ... Siapa ya namanya? Ah, Selina. Ya, namanya Selina, kan?" Alvaro menatap tajam ke arah Alex, bahkan tatapannya langsung menggelap kala pria ngondek itu menceritakan tentang Selina. Meskipun Alvaro memang banyak jalan bersama wanita cantik, tetapi dia paling tidak suka dengan Selina, wanita yang sebulan lalu dekat dengannya beberapa hari saja. Wanita itu terlalu berani terhadap Alvaro, bahkan sudah berlagak seperti kekasihnya saja. Padahal semua wanita yang dekat dengannya sudah di beri peringatan agar tidak melampaui batas. Alvaro tidak akan segan-segan membuat karir wanita itu hancur jika sampai melanggar. "Sudah cukup, kau menyinggung perasaan kekasih ku," ujar Alvaro merangkul pinggang Deby, pria itu bahkan menarik tubuh Deby lebih dekat dengannya. Alex melotot sempurna, dia tahu jika Alvaro tidak pernah mau melakukan kontak fisik secara terbuka seperti ini. Mungkin ini baru pertama kali yang dia lihat setelah Alvaro bercerai dengan Emily. "Ke-kekasih? Dia kekasihmu?" tunjuk Alex pada Deby. Deby mengangkat dagunya dan tersenyum mengejek pada Alex. Apakah Alex kira Deby akan down dan takut ketika Alex dengan terang-terangan menghinanya. "Ya, aku adalah kekasih Alvaro, jadi tutup mulut amis mu itu, jangan suka menghina orang karena belum tentu orang yang kau hina itu tidak lebih baik darimu, lagian Alvaro juga sangat mencintai ku, wanita yang kau anggap buruk, tapi bisa membuat Alvaro klepek-klepek!" ujar Deby membuat sudut bibir Alvaro berkedut. Sungguh dia tidak menyangka jika Deby begitu berani dan berhasil membalas ucapan Alex. "Kau!!" Alex semakin murka dan menunjuk Deby dengan wajah yang merah. "Jangan pernah ... " "Sayang, aku nggak mau beli baju di sini, sepertinya bahan dan kualitasnya sangat buruk, biasanya pemiliknya yang buruk mencerminkan hasil rancangannya yang juga buruk, ayo cari tempat lain," Deby menyela ucapan Alex. Wanita itu menarik Alvaro keluar dari tempat tersebut. Alvaro tidak bisa menahan senyumnya saat melihat akting Deby yang menurutnya begitu bagus, ternyata wanita itu begitu menyenangkan. Pikirannya. "Hei, aku juga tidak sudi jika rancangan ku di pakai oleh wanita buluk sepertimu!" teriak Alex. Namun Deby tidak mendengarkan seruan pria itu. Deby terus berjalan menggandeng Alvaro menuju ke mobil, mereka pun masuk dan akhirnya pergi dari butik tersebut. "Kenapa dia sangat menyebalkan," gerutu Deby. "Dia memang seperti itu," jawab Alvaro yang nampak fokus ke depan. "Jadi menurutnya aku sangat buruk di banding para wanita yang kau ajak ke sana, huh. Menyebalkan! Apa dia kira dirinya sudah paling bagus!" Alvaro hanya diam saja, dia tidak terlalu ambil pusing dengan ucapan Alex tadi, karena memang itu bukan pertama kali dirinya membawa seorang wanita untuk membeli pakaian di sana. Tentu saja Alvaro selalu membawa wanita yang berbeda karena dia akan membawa mereka di salah satu perjamuan penting hanya untuk menemaninya saja. Meskipun mereka hanya teman wanita yang dipilih Alvaro, tetapi pria itu tidak pernah mengakui wanita-wanita itu sebagai kekasihnya. Setelah beberapa saat, akhirnya Alvaro menghentikan mobilnya di depan sebuah toko pakaian. Kali ini bukan butik, tetapi sebuah toko pakaian yang cukup terkenal. Tidak mau berlama-lama, Alvaro meminta Deby mengambil beberapa dress yang menurutnya cocok. Tentu saja Deby sangat senang, dia tipe wanita yang pintar dandan dan bisa menyesuaikan baju yang bagus dan cocok untuknya sendiri. "Setelah ini kita ke salon, aku ingin merubah penampilan mu menjadi sedikit berkelas," ujar Alvaro. Deby menurut saja, bukankah dia sudah mendapatkan bayaran untuk menjadi kekasih pria itu dan merubah penampilannya? Akhirnya Deby di dandani di sebuah salon kecantikan. Entah salon itu milik siapa, tetapi sepertinya sang pemilik juga sangat kenal dengan baik dengan Alvaro. "Tolong potong poni ku sedikit, keliatannya lebih bagus kalau aku memiliki poni," ujar Deby kepada penata riasnya. Akhirnya setelah hampir satu jam Deby di permak wajahnya, dia benar-benar pangling dengan dirinya sendiri. Sungguh Deby tidak pernah menyangka jika dia akan secantik ini kalau di dandani ala-ala artis. Karena biasanya Deby hanya dandan memakai bedak ines dan lipstik wardah saya. Blush on juga memakai lipstik. "Apakah ini aku?" gumam Deby menatap pantulan tubuhnya di depan cermin. "Iya Mbak, itu mbaknya, cantik banget 'kan?" Deby mengangguk pelan. Dia hampir saja menitikkan air matanya kalau tidak ingat wajahnya sudah penuh dengan make up mahal. Apalagi dia memakai dress mahal yang dibelikan oleh Alvaro. Sedangkan di luar, Alvaro melihat jam dipergelangan tangannya dan sudah menunggu Deby selama satu jam, tetapi wanita itu belum keluar juga. Saat dia dia menunggu di mobil, karena biasanya tidak pernah menunggu lama seperti ini. Pria itu memutuskan untuk keluar dari dalam mobil dan menghampiri Deby di dalam salon itu. Namun, tiba-tiba langkahnya berhenti kala melihat sosok wanita cantik yang keluar dari dalam salon dan wanita itu sampai membuatnya diam di tempat. "Hai, Mas. Aku sudah selesai, ayok!" ujar Deby melingkarkan tangannya di lengan pria itu. "Eghem, ayo!" "Eh, tapi belum di bayar!" "Nggak perlu, salon itu milik sepupu ku sendiri, jadi siapapun yang ku bawa, gratis tidak membayar." Deby ber Oh ria, ternyata menjadi orang kaya itu enak ya, apalagi banyak dari keluarganya pasti kaya-raya. Ah, bukankah sebentar lagi dia juga akan menjadi kaya. "Ehm, bagaimana kakekmu itu? Apa dia orang tua yang galak?" tanya Deby. Sebenarnya sejak tadi dia penasaran ingin menanyakan hal itu. Deby takut jika Kakek Alvaro tidak akan menyukainya. "Kakek adalah orang yang keras, sejak kedua orang tuaku meninggal saat aku berusaha dua belas tahun, kakek yang mengasuhku. Jadi beliau adalah orang yang paling aku hormati," jawab Alvaro. "Ish, aku juga paham kalau itu mah, maksudnya gimana kalau kakek nanti tidak menyukai ku? Gimana kalau dia tahu kalau aku adalah wanita dari kalangan orang miskin yang telah kau beli keperawanannya seharga satu miliar?" mendengar ucapan Deby mata Alvaro menjadi gelap. Tentu saja tidak boleh ada yang tahu tentang mereka, terutama kakek. Alvaro tidak tahu bagaimana jika sampai kakek nya tahu semuanya. "Kalau kau tidak menceritakan apa pun, Kakek tidak akan pernah tahu, dan aku rasa Kakek pasti akan menyukaimu." Bersambung.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN