Ch 13
Hari terus berputar tiada jeda dan kata berhenti sejenak untuk waktu yang bergulir. Sinar Surya, cahaya rembulan bergantian menemani kala siang dan malam. Bekerja sama memberikan manfaat untuk semua umat di bumi.
Rasty kian hari semakin rajin datang ke toko milik Deny. Dengan alasan foto *copy*, print data, cetak label dan lain sebagainya hanya demi bisa bertemu dengan Deny. Sudah tiga hari Citrapun tidak bisa datang ke toko, ia masih harus merawat Ira yang masih terbaring lemah.
Mereka hanya berkomunikasi melalu ponsel pintar mereka. Melakukan panggilan video saat Deny bekerja, dan Deny juga selalu menyempatkan datang kerumah Ira saat selesai dengan aktivitas di tokonya. Hubungan mereka berjalan dengan lancar. Tapi tidak dengan kondisi Deny setiap harinya.
Seperti yang terjadi pada siang ini. Deny tiba-tiba tergeletak dilantai sudah tidak sadarkan diri. Rasty yang saat itu datang dan melihat kejadian itu, ia segera meminta bantuan kepada pejalan kaki yang kebetulan lewat depan toko milik Deny.
"Astaga!! Deny?" teriak Rasty saat itu.
"Tolong! Tolong! Pak-pak, tolong pacar saya dia pingsan di dalam." ucap Rasty.
Dua orang laki-laki itu membatu Rasty, membawa tubuh lunglai Dany ke dalam mobil milik Rasty dan pergi ke rumah sakit.
Memakan waktu sekitar dua puluh menit hingga Rasty bisa tiba di rumah sakit terdekat. Sampai di lobi rumah sakit itu Rasty berteriak histeris memanggil para petugas medis.
"Tolong!!! Suster tolong pacar saya dia pingsan dan ada di dalam mobil saya, cepat tolong dia!" teriaknya. Rasty kesal karena petugas itu bekerja dengan lelet.
"Cepat dong sus, bagaimana kalau pacar saya kenapa-kenapa, lelet banget sih, aku aduin kamu ke atasan kami, biar sekalian di pecat." ancam Rasty.
Mereka kocar-kacir dan setengah berlari mendorong brankar menuju mobil Rasty terparkir. Para lelaki mengangkat tubuh Deny dan meletakkannya pada ranjang berjalan itu. Dengan cepat mendorong brankar itu menuju ruang UGD. Memberikan pertolongan pertama pada pasien yang telah tidak sadarkan diri dengan waktu yang tidak diketahui oleh siapapun.
Rasty duduk di ruang tunggu, hatinya gelisah, ia menggoyangkan kakinya agar kecemasan yang dia rasakan bisa sedikit berkurang. Itulah kebiasaan Rasty jika dirinya panik goyang kaki adalah langkah dia untuk menekan situasi.
Cukup lama dokter menangani Deny, sudah lebih dari setengah jam namun belum ada tanda-tanda dokter ataupun perawat keluar dari ruangan itu. Rasty mondar-mandir seperti setrikaan. Tiba-tiba ponselnya berdering, itu membuat dirinya kaget dan kesal.
"Ah! Siapa sih? Orang lagi panik juga!" keluhnya. Ia lantas melihat name tag yang ada di sana. 'kekasihku' melihat itu Rasty tersenyum sumringah. Dia seakan lupa dengan apa yang membawa dirinya ke rumah sakit. Rasty menggeser ikon berwarna hijau dan menerima panggilan itu.
"Iya baby, why? Kau merindukanku?" katanya dengan nada yang dibuat seseksi mungkin.
"Sure, kemarilah aku membutuhkanmu." jawab seseorang di seberang.
Rasty menutup panggilan itu dan mengumpat kecil sambil berjalan keluar dari gedung pusat pengobatan tersebut.
"Dasar buaya ya emang, jika butuh saja telpon-telpon tapi giliran dibutuhkan ngilang entah kemana." umpatnya.
Rasty menuju ke parkiran di mana dia memarkir mobilnya. Begitu berhasil duduk di belakang kemudi dengan kecepatan super ekstra dia melajukan laju mobil itu hingga tiba di hotel milik Jhon. Ya dia adalah selingkuhan Jhon suami dari Kasih yang pernah hampir menodai kesucian Citra.
Rasty membuka pintu kamar hotel itu dengan *cardlock* atau sebuah kartu yang berfungsi sebagai pengganti kunci. Dijaman sekarang banyak hotel yang mengganti kunci dalam bentuk kartu seperti itu. Lebih simpel, efisien, dan elegan. Tinggal tempel dan bunyi klik akan terdengar langsung bisa masuk.
Begitu masuk Rasty langsung di sambut oleh Jhon yang telah menunggunya seper sekian menit hanya dengan balutan handuk saja. Melihat kehadiran Rasty Jhon langsung menyerbu bibir, leher serta d**a Rasty dengan sangat brutal. Rasty membalasnya tidak kalah agresifnya. Ia begitu menikmati pemanasan yang diberikan oleh Jhon itu. Hingga akhirnya terjadilah pertarungan antara mereka.
-----
Di rumah sakit, Deny mulai membuka matanya. Dokter serta perawat yang menjaga merasa lega dengan kesadaran Deny. Mereka telah mencoba untuk mencari seseorang yang membawa Deny kerumah sakit namun mereka tidak menemukan siapapun di sana.
"Syukurlah kamu sudah sadar nak. Bagaimana perasaanmu?" tanya sang Dokter dengan name tag Kevin.
"Lebih baik Dok, siapa yang membawa saya kemari Dok?" tanya Deny. Dia ingat bahwa dirinya berada di toko sebelumnya tapi begitu membuka mata dia sudah di rumah sakit.
"Kami di sini juga masih bingung mencari wanita itu nak, mungkin kau mengenalnya?" jawab Kevin.
"Apa dia berbadan tinggi dan kecil Dok? Lembut juga berwajah manis?" tanya Deny, ia berpikir itu adalah Citra.
"Bukan nak, justru wanita ini jauh dari kriteria yang kau sebut. Dia wanita bar-bar dan sangat kasar." ujar Kevin.
Bar-bar? Kasar? Itu bukan Citra, lalu siapa? Batin Deny.
"Tidak perlu dipikirkan nak, fokus pada pengobatanmu. Bagaimana bisa penyakit sudah separah ini kamu tidak di rawat dirumah sakit." tutur Kevin.
"Saya hanya ingin menikmati hidup saya Dok, menjalani hari-hari bersama seseorang yang saya cintai. Dokter pasti tahu sesuatu bukan? Maka simpanlah untuk dokter sendiri, saya sudah mengetahui semuanya. Saya tidak ingin mendengar apapun dari siapapun Dok. Terima kasih untuk hari ini, saya akan membayar administrasi dan segera pergi. Ada seseorang yang pasti menunggu saya." tutur Deny.
"Tidak nak, kamu tidak boleh pergi. Ini sudah sangat parah. Kami tidak ingin terjadi apa-apa denganmu di jalan nanti. Sebaiknya istirahatlah hingga keadaanmu membaik sepenuhnya." saran sang Dokter.
Deny hanya diam, tidak menjawab ucapan dokter itu. Ia hanya memberikan seulas senyum pada Kevin.
Sampai keadaan membaik? Itu mustahil untuk aku Dok, kau ingin aku menghabiskan uangku hanya untuk pengobatan yang entah sampai kapan ini akan berakhir. Aku tidak akan membiarkan itu terjadi, lebih baik aku memberikannya pada Citra dan mengukir senyum diwajahnya setiap hari dengan segala keinginannya dibanding menghabiskan waktu dan duit hanya untuk sesuatu yang tidak pasti. Batin Deny.
Deny melihat jam yang menempel di dinding, pukul sembilan malam. Ia begitu merindukan gadisnya, ia mencari ponsel miliknya yang dia ingat dia kantongi tadi. Tapi bajunya sudah berganti dengan pakaian khas rumah sakit itu. Deny bangkit dan duduk, ia mencoba meraih pegangan laci dan melihat apakah ponsel itu di simpan di sana oleh perawat. Benar ponsel itu ada di dalam laci nakas itu.
Ia mencari nama 'Nona❤️' di sana. Begitu menemukan ia langsung menekan icon telepon pada layar ponsel tersebut.
"Deny kamu baru pulang?" tanya Citra cemas.
"Waalaikumussalam Nona." kata Deny.
"Maaf Deny, aku cemas. Assalamualaikum." ucap Citra.
"Waalaikumussalam, aku baik-baik saja, apa yang membuatmu cemas Nona? Kau merindukanku?" goda Deny.
"Sangat, aku sangat merindukanmu. Kenapa kamu tidak kerumah?" tanya Citra.
"Maaf Nona, hari ini di toko begitu sibuk, dan badanku sangat bau, aku lupa bawa baju ganti tadi, jadi aku langsung pulang. Malu dong bertemu dengan kesayangan tapi badan bau keringat." kikih Deny.
"Baiklah, tidak bertemu sehari tidak masalah buat aku. Kamu jaga diri baik-baik Deny, jangan terlalu lelah. Jaga kesehatan kamu, aku tidak ingin kamu sakit." Suara Citra bergetar karena menahan air mata yang ingin terjun dengan bebas.
"Jangan sedih Nona, jangan pernah meneteskan air matamu untukku, atau bahkan karenaku. Aku baik-baik saja. Berjanjilah kau akan menjaga semua milikku hanya untukku. Termasuk hatimu. Jika sesuatu terjadi kau harus meneruskan segala usahaku dan misiku untuk membahagiakanmu. Carilah orang yang benar-benar menghargaimu, lebih dari aku, aku rela dan aku ikhlas jika cinta yang di berikan olehnya lebih besar dari apa yang aku berikan padamu." terang Deny bersungguh-sungguh.
"Kamu ngomong apa Deny? Jangan ngawur. Aku--"
Tut ...
Tut ...
Tut ...
Ponsel Citra kehabisan daya dan mati. Deny tersenyum dengan apa yang terjadi baru saja.
Nona-Nona, kau selalu lupa mengisi daya ponselmu, jika Allah mengijinkan aku bersama denganmu maka hal sesepele itu akan aku lakukan untukmu. Aku selalu berdoa agar Allah memberikan banyak kesempatan untuk kita. Aku merindukanmu Citra. Aku rindu didekatmu, aku rindu canda dan tawamu, aku rindu aroma parfum yang kau pakai setiap hari. *I miss you more* Citra. Batin Deny.
Apa yang sebenarnya diderita oleh Deny?
Suatu penyakit yang berbahaya? Atau ada hal lain yang membuat hidupnya terancam?