Chapter 12 : Si Pegawai Restoran

1629 Kata
Ch 12 Hari ini mereka resmi menjadi pasangan kekasih, saling menjaga kepercayaan, saling melengkapi, saling mendukung satu sama lain. Bersama setiap hari, membangun mimpi bersama. Namun semakin hari Deny semakin aneh, dia sering merasa kelelahan yang berlebih, tubuhnya demam dan mengeluh pusing. Jika Citra bertanya ia hanya berkata bahwa dia hanya kelelahan. Seperti sebelumnya Citra tak pernah bertanya kenapa? Bukan tidak perhatian dan ingin tahu. Dalam hatinya benar-benar penasaran apa yang terjadi dengan kekasihnya itu. Namun dari pada bertanya, lebih baik ia menunjukkan sikapnya, merawatnya lebih baik ketimbang banyak bertanya. "Istirahatlah Deny, aku bisa mengerjakan semua ini. Apa kau masih meragukan kemampuanku?" tegas Citra, dengan nada yang begitu lembut. "Tidak Citra, aku tak pernah meragukan semua kemampuanmu. Tapi aku benar-benar tidak apa-apa." jawab Deny, senyum tersungging di bibirnya. "Aku hanya tidak ingin kau kenapa-kenapa, nurut aja kenapa sih?" kesal Citra. Karena sikap Deny yang keras kepala. "Lagian di sini kamu bos! Kamu berhak untuk rebahan aja, tanpa harus melakukan pekerjaan," imbuh Citra. "Baiklah Nona Citra tercinta." Deny berjalan mendekat pada Citra, dan memeluk tubuh mungil Citra dari belakang, menyembunyikan wajahnya pada tengkuk gadis itu. "Berjanjilah untuk menjaga toko ini sampai kapanpun Citra, aku ingin dia berkembang dan menjadi lebih baik lagi seterusnya." pesan Deny pada Citra. Lagi-lagi kata itu terucap. "Kita akan menjaganya bersama Deny, kau berhak meminta apapun dariku. Tapi toko ini, kita yang harus jaga bersama." tutur Citra. Dia memegang tangan Deny yang melingkar pada pundak juga perutnya itu. "Aku tidak bisa." gumam Deny. Begitu lirih hingga Citra tidak begitu jelas mendengarnya. "Hah? Apa?" tanya Citra. "Tidak ada. Aku hanya ingin memelukmu selama mungkin. Bila perlu saat aku terlelap." ucap Deny. "Jangan konyol deh, sudah pergi ke kamarmu dan beristirahatlah Deny. Aku akan buatkan makan untukmu, tapi tunggulah setelah jam istirahat siang nanti oke?" tutur Citra. Deny mengangguk dan berjalan dengan gontai menuju kamar mininya. ------- Sejak hubungan mereka menjadi dekat Deny semakin sering datang kerumah Ira. Lebih sering menghabiskan waktu dengan Citra, mengajaknya pergi keluar makan malam, jalan-jalan, dan membelikan apapun yang ia lihat dan cocok menurutnya untuk Citra. Meski Citra tidak memintanya. Seperti yang terjadi sore ini setelah pulang dari toko, Deny membelikan sepasang flatshoes dengan pita di bagian depannya, sepatu dengan warna putih yang begitu cantik. "Aku punya sesuatu untukmu." ujar Deny. Dia memberikan sebuah paper bag pada Citra. "Deny? Berhenti membeli barang-barang yang tidak penting. Aku tidak butuh semua barang-barang yang kau berikan ini." ucap Citra. "Sama-sama Citra." kata Deny. "Ck ... iya maaf, terima kasih. Tapi berjanjilah untuk tidak membeli apapun lagi." kesal Citra. "Jangan banyak protes manis, jika ada yang memberimu apapun itu maka, ucapkan terima kasih. Bukan mengomel, bisa?" tutur Deny, dengan sangat lembut. Ia membelai wajah gadis yang begitu dia cintai. Citra tersenyum, wajahnya menghangat karena perlakuan Deny padanya. Citra benar-benar merasa wanita paling beruntung saat ini, tanpa dia minta Deny selalu memenuhi segala kebutuhan Citra. Sekalipun mereka hanya pasangan kekasih tapi perhatian yang diberikan oleh Deny melebihi suami. Citra berharap bahwa hubungan mereka selalu baik-baik saja, dan berjalan lancar. Meski mereka terkadang harus bersikeras dengan ego mereka masing-masing, yang satu ingin memberi tapi yang satu tidak ingin membuang uang dengan cuma-cuma hanya untuk barang-barang yang tidak terlalu penting. Sampai saat ini Citra tak pernah tahu apa terjadi dengan Deny, alasan kenapa Deny selalu memperlakukan dirinya dengan baik dan sempurna. Namun dia sudah berjanji untuk menjadi dirinya sendiri tanpa banyak bertanya dan protes. Apa sikap yang diambil oleh Citra sudah benar? Seperti itukah seharusnya sikap seorang kekasih? ************* Saat ini mereka sedang menikmati santapan makan malam disebuah resto ternama di Kota Bougenville itu JhonResto's. Ya benar dugaan kalian, ini adalah restoran milik Jhon yang pernah hampir membuat hidup Citra hancur. Namun Citra tidak mengetahui akan hal itu. "Kau suka tempatnya? Ini adalah restoran terbaik di kota ini." jelas Deny. "Benarkah? Aku tidak pernah bermimpi untuk datang ketempat ini." sahut Citra. "Mulai sekarang bermimpilah setinggi apapun yang kau mau Nona, karena aku akan selaku berusaha mewujudkan semua mimpimu itu." ucap Deny. Citra hanya tersenyum pada Deny, dia berharap dan berdoa agar para malaikat mendengar semua yang dikatakan oleh Deny, dan selalu mendapatkan jalan untuk itu. "Terima kasih Deny, aku hanya ingin kau selalu seperti ini. Sehat dan tidak pernah membuat aku sedih atau bahkan menangis." tutur Citra. Raut wajah Deny berubah menjadi sendu. Seakan ia menyimpan rahasia besar yang tidak diketahui oleh siapapun. Dengan cepat dia merubah wajah tampan dan lembut itu dengan ceria kembali. Dia memegang jari-jari tangan Citra, meyakinkan gadis itu bahwa dia akan selalu memberikan yang terbaik untuknya. Menjaga Citra dengan sekuat kemampuannya. "Aku akan selalu mejagamu Nona, melindungimu, dan tidak akan membiarkan setetes air mata jatuh dari pelupuk matamu." ucap Deny. Mereka memesan makanan sesuai apa yang Citra minta, tapi Deny hanya memesan satu dalam porsi yang besar. Membuat Citra mengerutkan keningnya karena heran. "Aku ingin makan sepiring berdua sama kamu." jelas Deny. Sepertinya Deny mengetahui apa yang ada dalam pikiran Citra. "Kenapa kamu selalu tahu apa yang ada dalam pikiranku Deny?" tanya Citra. "Karena wajahmu tak pernah bisa menyembunyikan apapun Nona. Jadi jika kau kesal atau marah padaku aku akan mengetahui itu. Kamu adalah gadis yang tidak pandai berbohong, kamu adalah gadis terbodoh yang pernah aku temui." kata Deny, ia tersenyum setelah berhasil menggoda Citra. "Ck ... Terserah kau saja. Deny apa kamu benar-benar tidak mau cerita dengan apa yang kamu alami, apa yang kamu rasakan kamu rahasiakan dari aku?" imbuh Citra. Kali ini dia tidak lagi bisa membendung rasa penasaran dalam dirinya. Deny justru menunjukkan sikap yang biasa, ia hanya terus mengelus, mengusap punggung tangan Citra dengan lembut. "Percayalah, suatu saat kamu akan tahu sendiri, hal itu tidaklah penting Nona, yang terpenting saat ini adalah hubungan kita, aku ingin membuat setiap hari yang kau lewati berkesan. Aku tidak ingin melihatmu, menangis dan bersedih." jelas Deny. "Tapi bukankah hubungan kita akan semakin baik jika kita mengetahui masalah satu dengan lainnya Deny. Ceritakan, berbagilah denganku." ucap Citra. Deny tidak menanggapi apapun kata-kata Citra. Makanan mereka telah datang dan siap dihidangkan di atas meja. Pelayan resto menata semua pesanan di atas meja. Tapi entah sengaja atau tidak sengaja, Jus yang di bawa gadis resto itu tumpah dan mengotori Hoodie yang dikenakan oleh Deny. "Akh! Deny kau tidak apa-apa?" teriak Citra ia mengambil tisu di atas meja dan membersihkan noda yang ada di baju Deny. "Aku tidak apa-apa Nona, tenanglah, tidak perlu panik, ini hanya kotoran jus saja, bukan racun yang bisa membunuhku." kilah Deny. "Astaga, maaf, mas saya tidak sengaja. Mohon maafkan saya." pinta gadis resto itu. Pelayan itu seakan menggunakan kesempatan dalam kecelakaan yang terjadi. Tangannya mengambil tisu di atas meja dan dengan lincah membersihkan pakaian Deny. Citra ingin menegur gadis itu tapi Deny mencegahnya, Deny memegang jari-jemari Citra, menggenggamnya dengan erat. Seakan berkata ' tidak perlu' "Tidak apa Nona, aku akan membersihkannya sendiri, aku ke toilet dulu ya, kamu tunggu di sini." pamit Deny pada Citra, dan mengabaikan pelayan restoran itu. "Sekali lagi maafkan saya Nona." sesal gadis itu. "Iya tidak apa-apa kok, saya minta nanti anda harus lebih berhati-hati, beruntung dia baik jika bertemu orang yang kasar saya takut anda akan terkena masalah." jawab Citra dengan sopan. Pelayan itu menundukkan wajahnya, mengangguk dan pamit. Dia menghilang di balik pintu Koboy yang ada tidak jauh dari tempat duduk Citra dan juga Deny. Beberapa menit kemudian Deny kembali. Ia duduk di samping Citra dan mulai memakan apa yang tersaji tadi. Mereka makan dengan selingan canda dan tawa yang begitu bahagia. Bagi Citra senyum Deny benar-benar memabukkan dan seperti candu. Bagi Deny Citra adalah prioritasnya saat ini, misinya adalah untuk selalu membahagiakan gadis itu. ************* Hari ini toko buka tanpa Citra, dia harus merawat Ira yang tengah sakit. Deny harus melakukan pekerjaannya sendiri seperti sebelumnya saat belum bertemu dengan Citra. "Mas tolong ini di cetak sesuai label ini ya." Kata seorang pelanggan percetakan toko Deny. Deny melakukan sesuai keinginan pelanggannya tanpa melihat orang itu dia mengerjakan pekerjaannya dengan sangat rapi, rajin dan telaten, lama orang itu menunggu pesanan. Dia terus mengamati Deny, dan dia ingat akan kejadian di resto beberapa hari lalu. "Mas yang waktu itu di resto ya?" kata wanita itu. Deny mengangkat pandangannya dan tersenyum tipis. Tentu saja senyum itu bagaikan gula untuk setiap wanita. Tidak lupa lesung pipi kanannya. Menambah nilai plus untuk Deny di hadapan para gadis. "Oh kamu yang...," Ucapan itu terhenti karena gadis itu begitu sigap mengulurkan tangannya, dan memperkenalkan diri pada Deny. "Saya Rasty." katanya. Deny menyambut uluran tangannya. Dan membalas sapaan itu. "Deny. Ini sudah selesai, bisa dicek ulang, kalau ada yang salah atau kurang bisa langsung bilang saya." ujar Deny dingin. Namun masih terkesan lembut. Karena pada dasarnya Deny adalah laki-laki yang begitu hangat, sekalipun dia cuek nada bicaranya akan tetap lembut dan hangat. "Ah iya sudah ya, emm boleh saya minta nomor ponselnya, soalnya saya sering kesini barang kali label saya ini habis saya bisa langsung bisa minta mas untuk cetak dan saya tinggal mengambil nya, gimana?" alasan gadis pelayan itu. Padahal dalam hatinya ia ingin bertemu kembali dengan Deny. "Oh boleh." Deny memberikan secarik kertas yang sudah ditulis nomer ponselnya. Deny adalah orang yang tidak pernah memisah nomor ponsel pribadi dengan bisnisnya, semuanya dia jadikan satu dalam nomor ponsel. Dia tidak suka dengan yang berbau ribet. "Terima kasih ya mas ...." kata Rasty dengan centil. "Tidak apa, panggil aku Deny saja mungkin kita seumuran." Masih dengan untaian senyum. Tanpa diketahui oleh Deny ataupun Citra. Rasty mulai menaruh rasa pada Deny, dia tertarik pada Deny. Rasty memang seumuran dengan Deny. Dia anaknya putih tinggi dan suka pakai pakaian yg pres body, mungkin tuntunan pekerjaan, atau mungkin dia memang seperti itu. Dia adalah salah satu warga Desa Kecubung tapi karena sejak lulus SD dia sudah meninggalkan Desa jadi Citra tak mengenalinya sama sekali. Kayanya bakal ada duri dalam hubungan Citra dan Deny. Lalu apa yang akan terjadi selanjutnya?
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN