Siapa dia, Baby?

1340 Kata
Sandra begitu membuat Alan shock atas perlakuannya, sebisa mungkin Alan menguasai Sandra ia membawa Sandra paksa keluar dari tempat hiburan malam itu, Alan tidak segan menggendong adiknya itu, setelah perlakuan penyerangannya yang benar-benar jauh diluar nalar Alan. Di kejauhan Tyas masih menyorot kepada Alan yang membawa Sandra, tempat yang tamaram membuat Alan tidak melihat Tyas yang sebenarnya tidak pulang namun masih terus mengawasi sahabatnya itu. Rasa was-was menyelimuti Tyas melihat Alan dengan ekspresi kesal dan marah mengangkat Sandra dari sana. “Mati lo Sand! Please, jangan sampai terucap kata-kata yang belum waktunya, minimal kak Alan harus punya sedikit perasaan dulu.” Sandra terus menggerutu tidak jelas di dalam mobil menuju kembali, Alan meletakkannya di kabin belakang, agar Sandra tidak mengganggunya mengemudi, terus saja Sandra melontarkan hal-hal yang menggelikan dari tertawa, bergeming hingga mengucapkan hal jelas “Lihat aku, lihat!” Sandra dari terbaring seketika duduk, “Apa kurangnya aku? Apa?” Sandra terus tertawa, sesekali terdengar bersendawa dan suara ingin muntah. Howeekk.... “Berhentiii…aku mau turun, aku mau muntah!” Alan tidak menggubris, ia berusaha tenang mengemudi sembari menerawang jauh siapa yang sudah berani membuat adiknya itu seperti ini, Sandra terlihat seperti sedang patah hati, sakit hati dan sangat kecewa. Siapa lelaki yang berani menyia-nyiakan adiknya, Sandra sedari kecil berada dalam pengawasan dia dan Jerry, belum pernah Sandra ia tahu pergi ke sebuah tempat hiburan malam sendirian selain dengan Jerry mengikutinya. Haha... “Aku kurang apa? Aku cantik! Aku seksi, my body oh, aku tidak kalah jauh dari dia, kau tidak bisa melihat aku? Apakah matamu buta atau kau hanya bisa melihat dengan mata kakimu?” Sandra terbahak-bahak menuturkan kalimat-kalimat yang Alan sungguh tidak mengerti, sungguh Alan kesal sekali bagaimana bisa Sandra sefrustasi ini. "Siapa si berengsek itu!" Alan menggeram, berani sekali melukai hati adiknya itu. “Hay look at me! Look!” Pekik Sandra lagi. “Baby! Stop, tenangkan dirimu!” Bentak Alan kesal. Sandra tertawa, “Aku tidak bisa berhenti, jika kau bisa tolong hentikan aku….” Alan mencoba tenang, tidak lama ponselnya berdering Alan melihat pop up dilayarnya yang menelepon adalah sang mama, Alan segera mengangkat panggilan itu menggunakan alat bantu yang segera ia pasang ditelinganya. “Alan, Baby tidak ada dirumah, ini sudah malam dia belum pulang dan ponselnya juga mati.” Alan mendadak memberhentikan mobilnya dia lupa, mana mungkin dia membawa adiknya pulang dalam keadaan mabuk seperti ini, kasihan sang mama akan kepikiran dan tidak tenang, sebaiknya dia membawa Sandra ke appartemennya saja. “Alan?” “Hallo, Ma, Baby ada sama aku, kami baru saja pulang makan malam dan baby bilang dia mau main ke apart, sekarang—“ “Mama…” Teriak Sandra. "Baby?" “Sudah dulu ya ma, semuanya baik-baik saja, mama tenang saja.” Alan segera mematikan panggilan mamanya itu, ia lihat kebelakang Sandra sudah jatuh kebawah sana, dia benar-benar hang over. Segera Alan turun dari mobil untuk menaikan Sandra ke atas dia terjepit dibawa sana, Alan masuk kedalam kabin belakang mobilnya dress yang Sandra kenakan jangan ditanya seperti apa bentuknya, bahkan dress itu sudah naik dan menampakkan paha mulusnya. Itu tidak membuat Alan merasa tergoda, ia malah kasihan kepada Sandra, Alan membenarkan dress Sandra, menaikan talinya yang turun kebawah pundak lalu mengangkatnya naik. Seketika Sandra menarik leher Alan melingkarkan kedua tangannya pada leher Alan, wajah mereka berhadapan namun Sandra memejam, hanya Alan yang menatapnya. “Kau tidak pernah ingin tahu hatiku, aku punya hati dan hanya kau didalamnya, peluk aku!” Tarik Sandra kuat leher Alan setengah bangkit, “I love you… I love you, bodoh! Kau tuli! KAU TULI!!” Kesal Sandra bulir beningnya keluar dari ujung netranya sungguh menjelaskan ia mengutarakan dari dalam hati walau sedang tidak sadarkan diri. Sekuat mungkin Alan melepaskan diri membuat Sandra jatuh lagi dibangku itu, segera ia keluar menatap nanar adiknya dan menutup pintu segera. *** Dengan susah payah Alan akhirnya bisa membawa Sandra tiba di appartement milik Alan tersebut, Sandra sudah memuntahi Alan yang menggedonya dibelakang berkali-kali, tubuh dan pakaian Alan sudah dibasahi oleh muntahan menjijikan campuran alcohol dan makanan yang Sandra makan. Segera Alan meletakkan Sandra ke ranjangnya, satu-satunya ranjang deluxe yang ada disana sebab appartemen Alan hanya memiliki satu kamar, kemudian melepaskan stilletos yang masih ia kenakan itu. Kepala Alan seakkan ingin pecah, ia akan mencari tahu apa yang menyebabkan Sandra seperti ini dan kenapa bisa Sandra sampai disana, selepas muntah berkali-kali Sandra sepertinya tidur, dengkuran halusnya mengudara disana, membuat Alan meraih tas milik Sandra lalu mengambil ponselnya. Alan melepaskan satu kancing dikerah segera berjalan keluar balkon, tidak lupa membawa kotak rokok miliknya, ia akan melacak dan menjadi detektif guna memberi pelajaran kepada orang yang membuat Sandra segila ini, Sandra sefrustasi ini mengutarkan cinta, bersikap agresif. Alan pun menggaruk dahinya Sandra menciumnya begitu menyeramkan seperti seorang yang sudah sangat lihai. “Sialan!” Fikiran Alan kemana-mana, adiknya tidak sepolos yang ia kira, bagaimana bisa Sandra adik kecilnya itu yang dunianya padahal sangat ketat dalam pengawasanan ternyata bisa seperti itu, Alan juga menduga itu yang membuat Sandra akhir-akhir ini berubah dan menjauhi dia. Tiupan angin berhembus kencang di balkon, Alan memantik api menyalakan rokoknya sembari berjalan ke ujung balkon, mengudarakan asap itu disana, ia mulai membuka ponsel milik Sandra yang mati itu. Tampilan cantik potret Sandra muncul dilayar depan, Alan mencoba membuka password pada ponsel itu, memasukan beberapa code seperti tanggal lahir Sandra, ibu mereka namun tidak bisa membukanya, Alan akan masuk kembali sepertinya ponsel Sandra bisa di akses menggunakan sensor wajah Sandra. “Hey!” Tiba-tiba saja Sandra sudah muncul dan berdiri dibelakang Alan, matanya memicing dan berdiri oleng. Alan menatapnya, “Baby—“ Sssst… Sandra menyengir kuda selangkah maju dan menarik kerah kemeja Alan, ia menatap lemah kepada Alan, “Kau lihat aku? Kau tidak buta? Aku lebih baik dari dia….” Hahaha.. Tawaan Sandra pecah sungguh membuat Alan terheran dan takut, tapi Alan membiarkan Sandra menariknya ingin Alan dengar siapa nama yang keluar dari mulut Sandra. “Siapa yang tidak melihatmu? Siapa yang buta?” Tanya Alan memancing. Sandra tertawa menajatuhkan wajahnya didadak Alan sedetik kemudian dia mengangkatnya lagi, “Siapa—siapa?” Sandra memainkan kerah Alan, menarik-nariknya turun bagian atas kemeja Alan sangat agresif, sungguh Alan merasah risih namun ia mencoba tenang membiarkan Sandra melakulan itu, berharap Sandra akan mengutarkan. “Kau menyukainya? Kau mencintai dia? Siapa dia?” “Si berengsek.” Hahaha.. “Baby, jawab!” “SIAPA DIA, DIA SI PRIA BUTAAAA—“ Teriak Sandra seketika dan menarik lebih kuat kerah kemeja Alan lalu berjinjit dan seketika menangkup wajah Alan yang tepat dihadapannya memaksa, Sandra semakin hilang kendali itu segera menyerang bibir Alan lagi. Kini lebih parah dari sebelumnya ia menahannya kuat bergerak sangat kasar bahkan menggigiti. Lagi-lagi Alan mendapati bibir adiknya sendiri seperti ini. Mana mungkin menikmati kewarasan segera membuat Alan mendorong adiknya dan mengangkatnya masuk secara paksa dengan cara mengangkatnya ala bridal style, Sandra memberontak memukuli Alan, lelaki itu merasakan sakitnya gigitan Sandra, ia letakkan Sandra di ranjang lalu ia ambil lipatan kaus kaki dan segera mengikat tangan Sandra begitupun kakinya. Sandra seketika menangis, jika tadi begitu menggebu-gebu kini ia sangat lirih, tanpa berucap apapun ia terus mengeluarkan bulir beningnya, meringkuk diranjang sudah terikat. Alan mencoba untuk tega, segera ia tarik selimut dan menutup tubuh Sandra. Alan frustasi menarik sebuah tissue dan keluar dari kamar, mengusapi bibirnya yang luka atas perlakuan Sandra, begitu jelas wajah Sandra tadi menjelaskan betapa dia putus asanya menyukai seseorang tapi orang itu buta. Alan kembali ke balkon, menatap pada suasana malam dan lampuan yang membentang disana, jika dia menemukan orang yang membuat adiknya paah hati seperti itu dia tidak segan menghajarnya. Alan tidak habis fikir gadis kecil itu sudah tumbuh dewasa, ia bisa berciuman dan melakukan hal-hal seperti itu. Alan lihat jelas tadi seperti apa wajah Sandra, mengungkap kekesalannya, mengungkap perasaannya, “Baby— kau bodoh, kenapa kau bisa seperti ini gara-gara seorang pria.” Alan tidak akan membiarkan adiknya lepas dari pengawasannya jika seperti ini, dia akan lebih ketat lagi mengawasi Sandra, jika dia bisa mabuk seperti ini tentunya hal gila lain bisa saja terjadi dan mungkin lebih parah.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN