Bab 19. Taktik Yang Gagal

1133 Kata
“Sophie?” Sophie terperanjat kaget dengan panggilan tersebut karena ia tengah berkonsentrasi menghubungi Laura. Ia spontan berbalik lalu menarik napas panjang dan lega. “Oh, Orlando. Aku kira Cassidy yang sudah kembali,” ucapnya sambil mengusap d**a. “Jadi dia masih di sini?” sahut Orlando dengan nada emosi. Ia masuk mendekati Sophie yang masih memegang ponsel. “Iya ....” “Kalau begitu aku sudah memanggil Polisi. Mereka akan datang sebentar lagi.” Sophie langsung terperanjat saat mendengar hal tersebut. “Apa?” pekiknya sedikit melengking kan suara. “Memangnya kenapa? Dia itu penjahat kan? Dia harus berurusan dengan penegak hukum. Biar mereka saja yang menyelesaikannya,” ucap Orlando masih bersikeras. Sophie masih bingung serta terperangah. Jika Polisi datang maka bukan Cassidy yang akan ditangkap melainkan dirinya. “Tolong Orlando, jangan panggil Polisi. Aku ....” Sophie berhenti bicara saat melihat mobil polisi yang baru datang dari balik kaca pintu dapur. Matanya spontan membesar. “Oh tidak,” gumamnya pelan. Orlando ikut menoleh ke belakang dan ia menyengir. “Itu mereka datang.” Orlando pun membuka pintu dapur sehingga para Polisi itu bisa melihatnya dan tahu jalan masuk. “Namaku Orlando Benson, aku yang menghubungi kalian.” Orlando terlihat berbicara dengan dua orang polisi berseragam yang datang, Sophie tidak bisa mendengar apa yang mereka bicarakan, tapi ia tahu jika akan terjadi masalah besar saat ini. “Dia ada di dalam, ayo aku antarkan,” ujar Orlando mempersilakan polisi tersebut masuk lewat jalan dapur. Sophie masih berdiri di sana. “Selamat pagi, Nona. Apa benar jika seorang pria menyusup ke rumahmu? Di mana dia sekarang?” tanya salah satu polisi. Sophie jadi bingung harus bicara seperti apa. “Itu ..., “ Sophie menoleh pada Orlando yang langsung menenangkannya. “Jangan takut, aku akan melindungimu,” ujarnya tersenyum. Sophie menarik napas panjang dan berpikir lagi. Mungkin ia memang harus melibatkan polisi untuk mengusir Cassidy. “Sebenarnya tidak perlu menahannya, Pak, Kalian bisa mengusirnya saja dari rumahku,” jawab Sophie dengan sikap hati-hati. Dua polisi itu sempat menoleh satu sama lain dengan kening mengernyit. Orlando pun sempat menginterupsi dengan menarik pelan lengan Sophie. “Biar saja dia ditangkap oleh Polisi. Dia berbahaya, Sophie. Tidak cukup hanya dengan mengusirnya,” ujar Orlando berbisik. “Maaf, Nona Sophie. Jika memang dia mengancammu atau melakukan kekerasan fisik padamu, katakan saja pada kami. Kami akan menanganinya,” imbuh polisi tersebut untuk meyakinkan Sophie. Sophie ingin bicara tapi pintu dapur kembali terbuka dengan Cassidy masuk bersama anjingnya. Beberapa menit sebelumnya, Cassidy yang telah selesai berjoging, kemudian kembali ke rumah Sophie. Ia melihat mobil polisi yang sudah parkir tak jauh dari Camper Van miliknya. Sambil terengah, Cassidy lantas menghubungi Erikkson. “Apa Laura sudah bersamamu, Uncle?” tanya Cassidy tanpa menanyakan kabar. “Iya, semoga kami bisa menikah besok,” jawab Erikkson dari balik telepon. “Sepertinya Sophie memanggil Polisi. Mungkin dia kira bisa menolong kakaknya dengan cara seperti ini,” ujar Cassidy menjelaskan situasinya. “Apa kamu bisa mengatasinya?” “Iya, kurasa aku tahu apa yang harus aku lakukan.” “Baiklah, hubungi aku kalau ada masalah. Selamat berjuang, Cass!” Cassidy tersenyum dan memutuskan sambungan telepon itu. Ia pun berjalan ke arah rumah Sophie dan masuk lewat jalan belakang seperti sebelumnya. Cassidy bersikap tenang dan langsung bertemu dengan dua polisi dan Orlando. Dua Polisi tersebut berbalik ke belakang saat mendengar pintu terbuka. Cassidy masuk bersama anjingnya, Frost dengan tubuh sedikit berpeluh selesai berolahraga. “Apa Anda, Tuan Belgenza?” tanya salah satu Polisi tersebut. Cassidy langsung bersikap ramah dengan menyalami kedua polisi. Ia bahkan memperkenalkan dirinya dengan menyebutkan nama. “Selamat pagi, Pak. Namaku Cassidy Belgenza, senang bisa bertemu dengan polisi di daerah ini. Apa kabar kalian semua,” sapa Cassidy tanpa rasa bersalah dan cengiran lebar. “Selamat pagi, Tuan Belgenza. Kami datang kemari setelah menerima laporan dari Tuan Benson jika Anda datang menerobos masuk untuk mengancam kekasihnya, Nona Sophie. Dan juga kemarin Anda juga melakukan kekerasan dengan memukul Tuan Benson.” Salah seorang polisi juga bersikap sopan dengan memberikan penjelasan pada Cassidy. Cassidy balas tersenyum pada dua polisi tersebut dan mengangguk paham. Ia mendekat dan melakukan cara paling persuasif pada keduanya. “Sepertinya telah terjadi kesalahpahaman di sini. Aku tidak menerobos karena Sophie adalah istriku. Jadi aku berhak masuk untuk menemuinya. Selama ini kami terpisah dan aku baru kembali dari perjalanan panjang,” ujar Cassidy menjelaskan semuanya dengan tenang dan tersenyum. Baik Orlando maupun Sophie sama-sama terperangah melihat kelihaian Cassidy dalam mengelabui para petugas tersebut. “Jadi kalian menikah?” polisi itu bertanya lagi. “Benar sekali. Aku punya bukti dokumennya. Apa kalian mau memeriksanya?” “Tentu!” “Sebentar, akan ku ambilkan!” Cassidy lantas berjalan melewati Sophie ke dalam dan naik ke lantai atas tempat kamar Sophie berada. Orlando benar-benar kaget dengan cara Cassidy yang memperlakukan rumah Sophie layaknya rumah sendiri. Tak berapa lama Cassidy kembali dan memberikan dokumen pernikahannya dan Sophie. Kedua polisi itu mengangguk pada keaslian surat-surat tersebut. “Ini asli,” sebut salah satu polisi. “Tentu saja. Aku hanya pergi sebentar dan sekarang sudah kembali.” Cassidy menambahkan. Ia tersenyum sekali lagi dan polisi tersebut malah meminta maaf padanya. “Maafkan kekeliruan ini, Tuan Belgenza─” “Kalian pasti bercanda kan? Kenapa kalian malah meminta maaf padanya? Dia yang sudah bersalah, dia menerobos masuk dan mengancam kekasihku!” seru Orlando balik melawan. “Seharusnya aku yang melaporkan Tuan Benson karena telah mengganggu Istriku. Istriku sedang hamil dan seorang pria selalu datang kemari untuk mengganggunya,” tukas Cassidy balik membalas. “Apa katamu!” teriak Orlando tidak terima. Ia mengadu pada polisi tersebut sambil terus menunjuk pada Cassidy atas apa yang dilakukannya. “Jangan percaya dia. Sophie sendiri yang sudah melihat jika aku dipukuli!” Orlando makin mengeraskan suaranya. Nyaris terjadi keributan dan dua polisi itu berusaha untuk mencegahnya. “Tolong jangan bertengkar!” “Aku tidak bersalah, seharusnya kalian menangkap dia!” tunjuk Orlando pada Cassidy. Cassidy berjalan ke arah Sophie dan merangkulnya. Ia berbisik mengancam Sophie agar segera mengusir Orlando. “Jika dia tidak pergi dalam beberapa menit, dia akan menyusulmu masuk penjara. Aku akan membuka semuanya pada polisi-polisi ini. bertindaklah dengan bijak, Sayang,” ucap Cassidy lalu mengecup sisi kening Sophie. Napas Sophie jadi tercekat mendengar ancaman seperti itu. Ia pun akhirnya menyerah. Sophie lalu bicara atas keinginan Cassidy. “Maaf, Pak. Aku tidak punya masalah dengan suamiku. Kami hanya ... berdebat beberapa hal dan sekarang kami telah kembali bersama,” ujar Sophie membuat Cassidy tersenyum. “Sophie, kamu bicara apa?” Orlando mencoba menyela tapi Sophie langsung menggelengkan kepalanya. “Terima kasih, Orlando. Tapi aku rasa kamu harus pergi. Aku baik-baik saja,” imbuh Sophie lagi. Ia tersenyum pada Orlando yang terperangah dengan sikap Sophie yang aneh. “Jika ada apa-apa, segera hubungi kami. Maaf sudah menganggu. Selamat pagi,” ujar polisi tersebut sebelum pergi.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN