Cassidy membayar semua tagihan Sophie di klinik itu dengan kartu kreditnya. Seorang perawat juga memberikan resep obat yang akan diberikan untuk Sophie.
“Dia ada di ruang tadi,” ujar Cassidy masih mengira Sophie ada di klinik. Ponsel Cassidy berdering beberapa saat kemudian membuatnya berhenti sejenak di ujung koridor usai menyelesaikan semuanya.
“Hai, Dad,” sapa Cassidy pada orang yang menghubunginya.
“Bagaimana, Cass? Aku dengar dari Jose kalau kamu telah menemukan Sophie, apa itu benar?” tanya James Belgenza memberondong putranya dengan pertanyaan.
“Iya, Dad.” Cass menjawab singkat lalu menghela napas panjang sekaligus menyandarkan punggungnya ke dinding. Ia sedikit menarik napas dari hal yang terjadi hari ini.
“Lalu?”
“Ya, Sophie sedang hamil ....”
“Apa!” James memekik kaget di seberang telepon. Cass menundukkan kepalanya lalu mengurut kening setelahnya.
“Ya ....”
“Apa itu bayimu? Apa itu cucuku?” Cass makin memejamkan matanya lalu menyandarkan kepalanya menatap sekilas langit-langit.
“Aku ....”
“Tuan, maaf. Istrimu tidak ada di ruang perawatan. Aku sudah mencarinya sampai ke kamar mandi. Apa dia sudah kembali ke sini?” seorang perawat yang sedang mengantarkan obat untuk Sophie tiba-tiba melapor pada Cassidy.
“Apa?” Cassidy langsung menyahut terperanjat.
“Iya, aku sudah ke sana dan mencarinya ke seluruh koridor tapi tidak menemukannya.” Cassidy melihat ke segala arah sebelum pamit pada ayahnya James.
“Dad, aku harus pergi sekarang. Sepertinya Sophie kabur lagi!” pungkas Cassidy sudah berjalan cepat ke arah ruang perawatan.
“Baiklah, segera hubungi aku, Nak. Aku mau tahu semuanya.”
“Baik, Dad.”
Cass membuka pintu dan memeriksa seluruh ruangan. Perawat yang mengantarkan obat juga mengekorinya.
“Jalan keluar lain ada di sebelah mana?” tanya Cassidy pada perawat tersebut. Ia yakin jika Sophie telah kabur dengan pria bernama Orlando itu.
“Samping, Tuan!” Cass mengangguk lalu mengambil paket obat dan vitamin untuk Sophie dari perawat tersebut.
“Terima kasih!”
Cassidy buru-buru berputar dari jalan samping dan kehilangan jejak Sophie. Tentu saja wanita itu sudah kabur semenjak tadi. Satu menit sangat berharga bagi Cassidy. Dalam satu menit, ia bisa kehilangan Sophie yang kembali melarikan diri.
“Sialan. Dia menipuku lagi!” Cassidy menggeram marah lalu berbalik. Ia mencari kamera pengawas dan berlari ke dalam. Cassidy segera melaporkan tentang kehilangan pasien di klinik tersebut. Ia menggunakan alibi sebagai seorang suami dan menunjukkan foto dokumen pernikahannya sebagai bukti.
Petugas keamanan memberikan akses bagi Cassidy untuk melihat hasil dari kamera pengawas di lobi depan. Cass dengan mudah mencari dan membobol data menggunakan tangkapan kamera. Dulunya ia adalah seorang teknisi mesin dan bermain dengan analisa data juga keahliannya.
Setelah memperbesar plat kendaraan yang digunakan Orlando, Cassidy juga mengambil gambar Orlando. Ia mengirimkan semuanya ke ponsel. Kali ini Sophie tidak akan lolos darinya.
Sementara Sophie menarik napas berkali-kali setelah bisa lolos dari suaminya Cassidy Belgenza. Tangannya belum lepas dari mengusap d**a berkali-kali. Sebelah lagi mengusap perutnya.
“Apa kamu baik-baik saja?” tanya Orlando yang dari tadi cemas melihat Sophie. Sophie menoleh lalu mengangguk tanpa menjawab.
“Wajahmu tampak pucat. Apa kamu mau minum?” Orlando berusaha mengambil botol air mineral untuk Sophie. Sophie menyambar botol tersebut dan meminumnya.
“Bagaimana dia bisa menemukanku? Ini tidak mungkin.” Sophie tampak ketakutan dan sesekali melihat ke arah belakang. Ia takut jika Cassidy mengejarnya.
“Apa benar dia mantan suami yang pernah kamu ceritakan itu?” tanya Orlando masih terus menyetir.
“Iya. Aku tidak mau bertemu dia lagi. Dia jahat, licik dan aku membencinya,” jawab Sophie mengatai Cassidy. Orlando menarik napas panjang lalu membuang pandangannya ke samping.
“Lalu sekarang bagaimana?” Orlando bertanya lagi. Sophie menengok lagi ke belakang. Sepertinya Cassidy tidak mengikutinya. Jalanan tampak sepi seperti biasa.
“Aku rasa sekarang sudah aman. Dia tidak tahu di mana tempat tinggalku,” ujar Sophie lagi menyandarkan punggungnya. Orlando tidak mau terlalu cepat puas. Ia terus mengawasi jika ada yang memang mengekori mereka maka Orlando tidak akan segan-segan menolong Sophie.
Sementara itu, Cassidy mengawasi pergerakan mobil Orlando dari sistem satelit dan GPS yang berhasil ia bobol. Ia sedang santai di dalam mobilnya dengan sebuah laptop dan bir di pinggir jalan menuju kediaman Sophie.
“Berlarilah, Sayang. Nanti malam, aku akan datang!” gumam Casssidy memperhatikan pergerakan di layar laptopnya lalu menegak bir hampir habis.
“Terima kasih, Orlando. Aku berutang padamu,” ujar Sophie di depan teras rumahnya saat Orlando mengantarkannya. Orlando tersenyum lalu mengangguk. Ia masih ragu untuk meninggalkan Sophie sendirian. Bagaimana jika pria itu kembali?
“Aku pikir mungkin aku bisa menginap di sini malam ini. Aku takut jika pria itu datang dan malah mencelakaimu.” Orlando mengusulkan ide bagi Sophie. Selama ini Sophie hanya tinggal sendiri tanpa teman atau pasangan. Ia sedang hamil dan hanya mengandalkan dirinya saja.
“Aku yakin dia tidak tahu di mana aku tinggal. Jangan khawatir,” balas Sophie tersenyum. Orlando tersenyum canggung tapi ia belum beranjak.
“Aku hanya ingin membantumu.” Ia menambahkan.
“Aku tahu, Orlando. Maafkan aku hanya bisa menyusahkanmu. “ Orlando mendekat dan memegang tangan Sophie lalu menggenggamnya.
“Tidak. Kamu tidak pernah menyusahkanku. Aku mencintaimu, kamu tahu itu kan? Aku pasti akan melindungimu.” Sophie tersenyum sekali lagi lalu melepaskan tangannya dari Orlando.
“Pulanglah, nanti Ibumu khawatir,” ucap Sophie lembut meminta Orlando pulang. Orlando pun terpaksa mengangguk. Ia turun dari teras tersebut lalu pergi meninggalkan Sophie yang masih berdiri di sana.
Sementara itu, Cassidy kembali ke Camper Van tempatnya menginap selama melakukan perjalanan. Ia menggunakan taksi yang ia stop di depan klinik. Tentu saja, Sophie ikut membawa mobilnya pergi.
Sewaktu ia kembali, seekor anjing husky menggonggong menyambutnya. Cassidy tersenyum dan berjongkok.
“Kamu lapar? Aku sudah menemukan Sophie!” ujar Cassidy pada anjingnya yang bernama Frost.
Cassidy melepaskan Jose dan dua temannya naik mobil biasa menuju bandara untuk pulang ke New York. Sementara ia akan tinggal dengan sebuah Camper Van yang menjadi pengganti rumah. Seekor anjing yang mengikuti tim itu akan tinggal bersama Cass. Frost menggonggong tanda menjawab pertanyaan Cassidy.
Sebelum melakukan perjalanan, Cassidy dihadiahkan seekor anjing oleh ayah dan pamannya. Cassidy tidak membawa teman, maka ia harus memiliki penjaga.
Setelah memberikan makanan untuk Frost, Cassidy memeriksa plat kendaraan yang berhasil ia lacak. Dengan kemampuannya meretas, Cassidy dengan santai melacak posisi mobil. Senyuman Cassidy mengembang lalu ia menyeringai jahat. Kali ini, Sophie tidak akan pernah lolos darinya.
“Frost, ayo berangkat!” ucap Cass setelah mentransfer seluruh data posisi Sophie ke sebuah tablet GPS. Frost menggonggong lalu melompat ke kursi penumpang di samping Cassidy yang akan menyetir.
“Saatnya berburu istri!” ujar Cassidy menyeringai saat menyalakan mesin dan mengendarai mobil itu ke kawasan tempat tinggal Sophie.