Malam harinya, usai sholat maghrib, Aska, dan Asifa berangkat berdua ke rumah orang tua Adam. Aska mengemudikan sendiri mobil milik nenek Asifa. Asila, dan Revan menginap di rumah orang tua Revano. Karena Revan yang tidak ingin berpisah dari Asila. "Gugup?" Aska menolehkan kepala, ditatap dari samping wajah cantik istrinya. Asifa juga menolehkan kepala, bibirnya tersenyum manis, kepalanya menggeleng. "Kalau begitu, aku yang gugup." "Kenapa?" Aska menarik napas dalam. "Rasa tidak enak itu masih sulit untuk aku singkirkan. Aku merasa sudah menjadi pagar makan tanaman. Aku merasa, berada di antara kau, dan dia. Aku merasa.... " "Abang, bukan salah Abang kalau aku mencintai, Abang. Harusnya, aku mengatakan ini sejak dulu, agar Bang Adam tidak memupuk harapan kepadaku. Tapi, aku terlalu