Aska menutup pintu ruang perawatan Asifa. Didekati Asifa yang tengah menatapnya. Air mata membasahi pipi Asifa. "Maafkan aku, Bang. Ini semua salahku, aku hanya menjadi pembawa masalah dalam keluarga, Abang. Aku.... " "Pssst.... " Aska meletakan jari telunjuk di atas bibir Asifa. "Tidak ada yang salah, Asifa. Ini sudah takdir yang harus kita hadapi dengan lapang dada." "Abang.... " Asifa menggenggam kedua telapak tangannya, berusaha menahan keinginan untuk memeluk Aska, dan menumpahkan tangisnya di d**a Aska. "Bantu aku membujuk Nini, agar bersedia merestui perpisahan kita," ucap Aska. Asifa menundukan kepala, air mata semakin deras meluncur dari kedua matanya. Diremas selimut yang menutupi bagian bawah tubuhnya, untuk mengekspresikan kalau ada yang terasa sesak di dalam hatinya. Saki