Dengan tangan kiri Kien menutup pintu kamar, sementara tangan kanannya meraih pinggang sang istri yang berjalan di depannya akan kembali menuju ranjang. Menarik tubuh Uli, membawanya mendekat untuk dapat dia dekap dengan erat. Memeluk tubuh istrinya dari belakang seperti ini sudah sangat ia rindu untuk lakukan beberapa hari ini, tapi ia tak berani. Kien menyenderkan dagu pada ceruk leher istrinya dengan kedua lengan yang begitu kokoh memeluk pinggang ramping itu dengan erat. Menghirup dalam aroma Ulia yang begitu dia rindukan selama lebih dari sebulan.
"Abang sangat merindukan sayang," bisiknya lirih disertai dengan kecupan demi kecupan yang singgah di kulit leher istrinya.
Uli, jangan ditanya bagaimana deguban jantungnya yang sangat menggila. Tak dipungkiri jika dia pun sangat merinduka
