Mengabaikan jadwal kuliah hari ini, Faira datang menemui Anton setelah semalam mereka melakukan perjanjian temu untuk membicarakan Steve. Seperti biasa, gadis itu akan menjadi yang paling bersemangat dalam bercerita, sementara Anton hanya memberikan pendapat sekenanya. Anton lebih banyak tersenyum, menyesap minuman, memberikan anggukan, serta sedikit pujian untuk kehebatan Faira yang bisa mendekati Steve kurang dari dua bulan. "Ini nomor teleponnya, Om, mana tau Om nantinya mau telepon dia ...." Faira memberikan selembar kertas ke atas meja, yang diterima Anton dengan senyum ramah. "Terima kasih, Faira." Anton mengantongi kertas itu, lalu mengembuskan napas panjang seolah ingin melegakan paru-parunya dari sebuah sesak yang disebabkan oleh beban tak kasat mata. "Setelah puluhan tahun, d