Dua minggu yang lalu...
"Dek kamu yakin nggak ingin bertemu sama Abang Azka dulu? Mumpung dia masih di rumah. Lusa dia udah berangkat masa pengabdian loh!" ucap Nidya pada anak gadisnya yang terlihat begitu menikmati sarapannya. "Ya klo kamu mau biar diantar Mas Rizky sekalian Mas kamu mau lihat-lihat kampus di sana," sambung Nidya lagi yang tetap tak berhasil mengusik ketenangan gadis itu.
"Males Ma, lagian Letta mah nggak berarti apa-apa buat Abang. Buktinya hingga detik ini Abang nggak pernah menemui Letta, bahkan sekadar menyapa, Hai. Abang punya akun sosmed aja dirahasiain dari Letta, masak cuma Letta aja yang nggak tahu akun sosmed Abang," jujur Letta seraya meletakkan kembali roti yang baru digigitnya ke atas piring. Selera makannya seketika hilang. Sebenarnya Letta sangat merindukan pria dingin itu. Tapi dia bingung harus berbuat apa. Yang ada ia hanya pasrah pada keadaan. Pria itu seolah semakin menjauh dari jangkauan dirinya.
"Abang kamu itu sibuk, dia belajar serius agar cepat lulus. Lagian kamu juga masih kuliah. Nggak boleh pacaran dulu!" terang Nidya dengan lembut yang hanya ditanggapi senyuman tipis oleh Letta. Tak hanya sekali ini saja mamanya mengatakan hal yang sama. Dulu Letta sangat mempercayai ucapan Nidya tapi sekarang kepercayaan itu perlahan menguap.
"Alesan. Abang pasti udah punya pacar di sana!" kesal Letta. Nidya hanya mampu menggelengkan kepala.
Sebenarnya antara orang tua Letta dan Azka telah memiliki rencana sendiri. Tapi mereka juga tak yakin akan berhasil karena Azka sendiri tidak pernah memberikan jawaban yang pasti. Ditambah usia Letta yang masih terlalu dini. Menikah bukanlah waktu yang tepat. Kini Nidya dan Bagas yakin bahwa rencana mereka akan mengalami kegagalan. Bukan perkara Azka letak permasalahannya, tapi Letta. Nidya hanya ingin menjaga perasaan Letta, ia tidak ingin putri kesayangannya merasakan patah hati. Apalagi bagi Letta, Azka adalah pusat kehidupannya sejak gadis itu masih kecil.
"Ada apa Sayang?" sahut Bagas yang baru saja bergabung ke meja makan. Bagas mengecup pipi Nidya seraya menatap putrinya yang tampak kehilangan nafsu makan.
"Palingan masalah Azka lagi!" cibir Rizky yang baru saja datang, pria itu menarik kursi lalu mendaratkan bokongnya dengan nyaman di sana.
"Ini loh Mama nawarin adik kamu, kali aja dia ingin bertemu Azka. Mumpung Azka_nya masih di rumah!" terang Nidya yang seketika sukses membuat Rizky tertawa keras.
"Diem!" pekik Letta seraya memasukkan potongan roti miliknya ke dalam mulut Rizki untuk menghentikan tawa keras pria itu.
"Adik kurang ajar!" dengus Rizky sembari memasukkan roti tersebut ke dalam mulutnya dengan kasar. Rizky mengunyahnya dengan cepat karena sudah tak sabar ingin menggoda adik kesayangannya.
"Cie cie yang udah nggak cinta sama Azka. Lagian gadis-gadis di Jakarta pasti lebih cantik dan seksi daripada kamu Dek," goda Rizky semakin gencar sambil menerima piring dari Nidya yang berisi sarapan miliknya.
"Awas ya Mas, aku sumpahin Mas Rizky jatuh cinta sama cewek gendut dan galak. Lagian aku udah langsing kok. Aku juga udah punya gebetan yang lebih ganteng dari Abang," kesal Letta karena ucapan Rizky yang selalu ingin memprovokasi dirinya. Kakaknya itu paling jago jika mengacaukan perasaannya.
"Sumpah kamu nggak bakal mempan Dek," balas Rizky dengan seringai tak terbaca. Selain ingin berlibur beberapa waktu untuk mendinginkan kepala setelah menyelesaikan tesisnya Rizky juga berniat mengejar gadis yang sejak dulu mengusik hatinya. Gadis tomboi dengan mulut pedas yang selalu berhasil mencuri perhatiannya.
"Sudah-sudah kita sarapan dulu. Masih pagi juga kalian sudah bertengkar," potong Bagas untuk menghentikan perdebatan antara adik dan kakak yang pasti nantinya berujung dengan pertengkaran.
Sukses, suara berat dan tegas Bagas berhasil membungkam bibir semua orang yang berada di ruang makan tersebut. Sejak tinggal di rumahnya sendiri Bagas sudah menerapkan aturan pada anak-anaknya. Tidak boleh berbicara saat berada di meja makan. Dan selanjutnya suasana menjadi hening, hanya suara denting sendok dan garpu yang saling beradu yang menjadi musik alami di ruang makan tersebut. Letta sendiri memilih melanjutkan potongan roti yang tersisa di piringnya. Sudah dari dua tahun yang lalu Letta melakukan diet ketat. Ia sudah bosan karena selalu dibilang gadis gendut berpipi chubby. Apalagi Rizky kakaknya yang selalu mengejeknya dengan sebutan Baby Huey.
Tahu kan Baby Hui itu siapa? Bagi anak generasi 90-an pasti sudah tidak asing lagi dengan kartun Baby Huey. Kartun ini bercerita mengenai seorang bayi bebek yang terlahir dengan tubuh sangat besar. Bahkan dia memiliki bentuk tubuh yang tidak lazim dibanding anak-anak bebek pada umumnya. Itulah alasan utama Letta melakukan diet ketat. Apalagi ia sudah menjadi mahasiswi sekarang. Tentu saja ia malu jika sampai julukan tak etis itu masih saja melekat dalam dirinya. Tekad Letta berbuah manis, kini ia telah memiliki tubuh ideal. Dan tentu saja diet yang Letta lakukan tak lepas dari pengawasan Nidya, mamanya. Semua makanan dan gizi yang masuk ke dalam tubuh Letta setiap harinya harus sesuai dengan saran dokter spesialis yang sudah menjadi dokter tetap Letta sejak dua tahun lalu.
Makanya Letta sedikit ragu saat Nidya memberikan kesempatan Letta untuk bertemu pria yang dicintainya tersebut. Letta takut dengan reaksi Azka nantinya. Terlebih lagi pertemuan terakhir mereka berakhir dengan sangat memalukan. Saat itu Letta masih duduk di bangku kelas 8 SMP saat bertemu Azka. Pria itu sendiri telah resmi menyandang profesi dokter. Sikap agresif Letta sejak kecil tak pernah berubah, di acara ulang tahun pernikahan kedua orang tua Azka gadis itu dengan terang-terangan kembali mengumumkan jika Azka adalah calon suaminya. Dan seperti biasa, Azka bersikap cuek dan dingin padanya. Namun, tak ada lagi ucapan kasar seperti saat ulang tahun ke 11 Azka yang dirayakan di Pantai Watu Kodok dulu dengan mengejek tubuh Letta yang gendut.
Tapi kini saat usaha dietnya berhasil dan mengubah penampilan dirinya menjadi lebih menarik. Perasaan ragu justru menyergap hatinya. Ia tidak siap menerima penolakan Azka lagi. Sudah cukup ia mempermalukan dirinya sejak kecil. Ia memang mencintai Azka tapi dengan sikap dingin pria itu selama ini membuat Letta tak yakin dengan perasaan Azka pada dirinya. Kini yang bisa Letta lakukan hanya berusaha melebur semua rasa yang ia miliki untuk pria itu. Mau tidak mau ia harus mengakui jika cintanya tak pernah terbalas.
"Papa berangkat kerja dulu," pamit Bagas lalu mengecup kening Nidya. Wanita paruh baya itu meraih tangan Bagas dan mengecup punggung tangan pria yang telah lebih 20 tahun menemani hidupnya dalam suka dan duka. "Oya kalian juga jangan bertengkar terus, jangan bikin Mama kalian pusing!" sambung Bagas yang langsung disambut senyum manis dari kedua buah hati mereka. Bagas hanya menggelengkan kepala seraya menggenggam jemari Nidya. "Sudah Mas, nanti telat," sela Nidya sembari membalas genggaman tangan Bagas dengan senyuman lembut yang seketika menular di bibir Bagas.
"Rizky, Papa harap kamu sudah mulai serius belajar membantu papa di perusahaan," peringat Bagas lagi dengan serius sebelum pria itu benar-benar beranjak dari kursinya. Melihat sikap santai Rizky membuat Bagas sedikit khawatir akan masa depan perusahaannya. Sifat Rizky sebenarnya tak jauh berbeda dengan dirinya di masa muda tapi Abimana ayahnya mendidik Bagas dengan cukup keras sehingga membuatnya menjadi pria tangguh dan disiplin. Beda dengan Bagas yang memang lebih memanjakan Rizky, Bagas hanya ingin menebus semua dosanya di masa lalu. Mencurahkan semua kasih sayang yang selama 5 tahun tidak tidak pernah didapatkan Rizky semasa balita.
"Siap Pa! Sebentar lagi Rizky pasti terjun langsung ke perusahaan untuk membantu Papa. Setelah Rizky resmi menyandang gelar magister tentunya," balas Rizky dengan serius yang seketika menerbitkan senyuman bahagia di bibir Bagas. Bukannya Bagas meragukan kemampuan Rizky, Bagas hanya khawatir jika Rizky tidak berniat meneruskan perusahaan yang telah di bangun oleh papanya, Abimana.
Bagas beranjak dari tempat duduknya yang langsung di sambut uluran tangan dari kedua buah hatinya untuk bersalaman. Setiap pagi Nidya akan mengantarkan Bagas hingga sampai ke halaman rumah. Sampai mobil yang membawa raga pria itu menghilang di balik gerbang rumah megah mereka.
"Dek, Azka bilang sama Mas klo nanti di hari ulang tahun kamu yang ke 20 tahun dia akan melamar kamu!" lirih Rizky yang masih bisa di dengar oleh Nidya yang baru saja masuk. Wanita itu hanya tersenyum tanpa menanggapi ucapan putranya.
"Hahahaha... Nggak mempan aku sama tipuan murahan gitu!" cibir Letta sembari mencoba meredam jantungnya yang mendadak berulah. Ucapan Rizky jelas saja mempengaruhi suasana hati Letta saat ini.
"Emang siapa yang nyuruh percaya ucapan Mas!" kekeh Rizky dengan wajah innocent_nya. Tadi ia sudah menyerah dan pasrah, lalu sekarang dirinya seolah diterbangkan tinggi hingga ke langit ketujuh lantas dihempaskan ke dasar bumi dengan cukup keras. Pyar.. Hati Letta pecah berkeping-keping. Andai bisa didengar pastilah suara pecahan hati Letta saat itu mampu memenuhi gendang telinga semua orang.
"Mas Rizky....!" teriak Letta penuh amarah lalu segera pergi meninggalkan ruang makan dengan menghentakkan kaki cukup keras. Terdengar gelak tawa Rizky yang langsung disambut omelan dari Nidya.
Sesampainya di kamar Letta langsung menjatuhkan tubuhnya di atas ranjang dengan kasar. Hatinya hancur berkeping-keping, untuk kesekian kalinya, bahkan sebelum kisah cintanya bersama Azka benar-benar dimulai.
"Abang jahat! Letta janji akan segera menghapus semua rasa cinta Letta untuk Abang. Letta janji!" dengung hati Letta sembari mengusap kasar air mata yang mulai bergulir deras di pipi dengan punggung tangannya.
Di lain tempat, seorang pria tampan berbadan tegap dengan netra berwarna hazel tengah menyambut kehadiran mentari di atas bukit. Pepohonan dengan dedaunan hijau yang terlihat menjulang tinggi menandakan jika hutan itu masih alami dan belum tersentuh oleh tangan-tangan manusia. Euforia para satwa yang saling bersahutan dari dalam hutan adalah bukti jika mereka bahagia dalam koloninya. Hampir setiap pagi pria itu betah berlama-lama berada di atas bukit. Hanya sekadar ingin menghirup aroma petrikor dan menyapa embun pagi. Tapi mendadak hatinya merasa gusar tanpa alasan yang jelas. Pemandangan indah dari atas bukit yang biasanya selalu mampu menenangkan hatinya pun tiba-tiba seolah tak bernyawa.
Terdengar helaan napas kasar lolos dari bibir pria itu. Terlihat ia sedang meraba d**a bagian kirinya. Kaos tanpa lengan yang dikenakannya itu berhasil mempertontonkan bagaimana otot-otot lengan pria itu mencuat dengan angkuhnya sebagai bukti bahwa pria bernama Azka itu gemar berolahraga. Ia lepas kaos itu dengan kasar lalu kembali mengusap lembut tato dengan inisial huruf A tersebut.
"Abang rindu kamu Sayang, maafkan Abang. Abang janji sebentar lagi kita pasti akan bertemu. Bagaimana Abang bisa hidup tanpamu jika hati Abang saja telah kamu miliki. Bahkan tak bersisa sedikit pun untuk Abang," lirih Azka saat jutaan rasa asing seolah menghantam keras dadanya secara bertubi-tubi. Rasa yang tiba-tiba mencoba mengoyak pertahanan diri dan egonya. Sedih. Satu kata yang tiba-tiba mendera dalam hatinya tanpa sebuah alasan yang jelas.
__________________&&&_________________
Judul Buku : My Sexy Doctor
Author : Farasha
__________________&&&___________________
Mulai 1 April 2021 update 3 cerita baru aku akan terjadwal. InsyaAllah akan rutin update sesuai hari yang aku tetapkan.
1. My Sexy Doctor : Senin-Selasa
2. Night With(out) You : Rabu-Kamis
3. Second Marriage : Jumat/Sabtu
Jangan lupa follow and tap love.Oya insyallah 3 cerita ini akan aku update secara gratis hingga tamat. Kecuali sistem yang mengunci.
Komentar kalian adalah mood booster aku untuk menulis. Jadi jangan sungkan-sungkan meninggalkan jejak pada setiap part yang aku update. Thanks???