Bab 90. Merosot

3316 Kata
"Apa kau ingin berjalan-jalan lagi Sayang," ada mengajak kembali istrinya itu untuk pergi ke Dar berjalan-jalan di sekitaran sini tetapi cara menolak semua itu karena ia sudah begitu sangat lelah dengan semua rutinitas yang ada. saat ini Sarah hanya ingin tiduran di dalam hotel saja sambil menunggu keberangkatannya bisa depan. Iya Sudah Cukup puas dengan apa yang diberikan oleh suaminya itu, walaupun dalam liburan mereka terjadi insiden yang sangat tidak diharapkan. ... akhirnya waktu yang ditunggu-tunggu oleh Sarah dan Bimo datang juga yaitu waktu untuk mereka pulang dan kembali beraktivitas ke dunia nyata. saat ini mereka sedang berada di di kursi tunggu, karena mereka berdua saat ini masih berada di luar bandara. "Kau tampak bahagia sekali sayang," Adam yang melihat saat ini Sarah yang tersenyum selalu di bandara. "kau benar sayang aku sangat merindukan rumah kasur dan juga semua orang yang aku sayang, aku sangat tidak sabar untuk segera sampai di rumah," Sarah mengucapkan itu itu dengan rasa rindu yang terpancar dari kedua bola matanya. ada merasa bersyukur melihat istrinya yang saat ini sedang sangat bahagia sekali untuk menunggu kepulangan mereka. walau bagaimanapun ia berada di situ tetapi dia lebih bahagia bila tinggal bersama sahabat dan keluarganya. setelah mereka menunggu 1 jam akhirnya mereka masuk ke dalam pesawat yang akan membawa mereka kembali ke kota kelahiran. Sarah dan Adam duduk bersih kelas bisnis, saat ini Sarah dan Adam menikmati fasilitas mewah yang berada di dalam pesawat ini. "pesawat ini lebih bagus ya sayang dari pada pesawat kemarin ya sayang, padahal tiket yang kita beli sama saja tidak ada perbedaannya,"ucap suara yang terdengar seperti gosip. dan akhirnya mereka pun menikmati penerbangan untuk menuju ke kota mereka. Caca dan Bimo yang saat ini sudah menunggu Sarah dan Adam pulang, Mereka harus menunggu lagi 1 jam karena mereka agak sedikit kecepatan untuk menjemput, Caca dan Dino memutuskan untuk mencari makan di area bandara ini. "akhirnya mereka selesai juga berlibur, dan mungkin beberapa hari ke depan kita akan mempersiapkan pergi menuju ke tempat kedua orang tuamu berada dan aku akan meminta izin secara simbolis dulu sebelum keluargaku yang datang menemui keluargamu nanti. adam yang mendengar itu pun sangat bahagia walaupun entah kapan itu akan terjadi, Sarah melirik jam tangan yang ia pakai pesawat, sepertinya pesawat itu sudah mendarat, "Katanya kita harus bergegas ke pintu kedatangan agar mereka dapat melihat kita walau kita tidak ada menulis Welcome to Sarah." Caca bergegas menuju pintu kedatangan agar mereka tidak kecarian. "itu .. itu .. mereka datang, Sayang lihat itu Sarah dan Adam sudah keluar dari pintu kedatangan," Caca segera memeluk Sarah dengan erat. "Sarah Aku sangat merindukanmu," Caca memeluk erat sahabatnya itu sampai Sarah sulit untuk bernafas. "sayang yang kau jangan memeluk Sarah seperti itu, lihat dia susah untuk bernafas,"Bimo memberikan sedikit teguran untuk kekasihnya itu karena ia memeluk dengan rindu dan itu membuat orang yang sedang dipeluk sulit untuk bernafas. "tidak apa-apa Bim, aku juga sangat bahagia melihat Caca yang sudah lama kurindukan," ucap Sarah yang tidak mempermasalahkan dirinya yang tadi sulit bernafas akibat pelukan mereka tadi. "Hai.. Bro apa kabar, bagaimana selama aku tinggalkan kantor apa kau dapat menghandle semua,"ucap Adam yang melekat Bimo yang saat ini sedang membantu mengangkat koper yang tadi dipegang oleh Sarah. "Hai Bro apa kabar, Kabarku baik, tenang saja selama kau tidak ada di kantor semua pekerjaan beres di tanganku, Kau tidak perlu meragukan kemampuan ku,"ucap Bimo yang sedikit sombong, Tetapi yang dikatakannya benar adanya kalau ia juga dapat menghadapi perusahaan yang cukup besar. "kau selama liburan ini semakin sukses,tapi badannya," mendengar pujian yang yang terdengar seperti ejekan itu. "sudah ayo kita jangan terlalu lama berdiri di sini Kalian pasti juga butuh beristirahat kan jadi kayak segera kami antar kan kalian ke rumah,"ucap Bimo yang saat ini membantu mengangkat semua koper-koper bawaan Sarah dan Adam. selama di perjalanan Adam dan Sarah terlihat lihat sedang tertidur akibat kelelahan Selama perjalanan tadi. Caca yang melihat juga kearah belakang hanya tersenyum melihat Kemesraan Adam dan Sarah. Sarah dan Adam saat ini telah sampai di depan rumah mereka, Caca membangunkan mereka untuk segera turun. "Sarah bangunlah kita sudah sampai di depan rumahmu," ucap Caca. "bangunkan suamimu itu untuk segera turun, kalian Langsung saja masuk ke dalam kamar biar saja aku dan Bimo yang membantu mengangkat semua barang-barang kalian berdua,"Sarah segera membangunkan Adam yang saat ini juga sedang terlelap tidur. "Sayang bangunlah kita sudah sampai di depan rumah, dan kau bantulah Bimo untuk mengangkat semua barang-barang milik kita,"Sarah membangunkan suaminya itu untuk membantu Bimo yang saat ini sedang mengangkat semua barang-barang milik mereka. Adam yang melihat Bimo bekerja sendiri Langsung berdiri dan membantu Bimo yang saat ini sedang mengangkat koper koper milik mereka. "tidak usah Dam, aku akan mengerjakan ini sendiri saja Lagian tidak terlalu banyak kau barang-barang kalian,"Adam tidak peduli dengan ucapan Bimo saat ini karena ia juga merasa sebagai lelaki Ia juga pembantu Bimo. "sekarang Semua telah beres kalian berdua beristirahatlah besok kami akan datang kemari untuk membantu membereskan semua," Bimo dan Caca berpamitan untuk pulang ke rumah. Sarah dan Adam yang saat ini berdiri di depan pintu untuk mengantar Bimo dan Caca pulang tadi langsung segera masuk dan mereka Langsung membersihkan diri untuk bergegas tidur karena saat ini mereka hanya memerlukan istirahat. perjalanan panjang itu membuat tubuh mereka sangat kelelahan. Adam yang saat ini tidak bisa kembali tidur Iya melihat kotak hitam yang tersimpan di atas rak buku, Iya melihat isi dalam kotak itu terdapat foto-foto di mana ia masih kuliah bersama Anjani Caca Sarah dan juga Bimo, iya membolak-balik album foto itu dan Adam teringat dengan kejadian dan kenangan kan pada saat mereka masih duduk di bangku kuliah. flashback.. "cacingggg!" "YA! Anjani!" Begitulah pagi di kampus diawali dengan sapaan nyaring dari gadis mungil bereyeliner pada sang gadis bermata rusa yang sedang menatapnya garang. Yang ditatap hanya menunjukkan senyum lebarnya. "Sudah berapa kali kubilang namaku Caca! Ca..ca.." Ucap sang gadis bermata rusa- sinis, "Ibu ku akan memotong lehermu saat tahu kau mengganti namaku, Anjani," dengusnya lagi. Anjani tertawa lebar, "Itu panggilan kesayanganku, Ca. Terima saja." "Terserah!" balas Caca tak perduli, "Mana Sar-" "Caca! Sarah !" Ah! Satu lagi suara nyaring terdengar dari ujung koridor, kedua gadis itu segera menoleh dan mendapati seorang gadis bermata bulat yang porsi badannya tak jauh beda dari Anjani. Sarah "Kau lama sekali," sungut Anjani, Sarah sedikit terengah sebelum melempar senyum manis pada dua sahabatnya. "Maaf, aku tadi terlambat bangun pagi lagi." "Yasudah, ayo." Anjani segera menggandeng kedua lengan temannya dan berjalan riang menuju kelas mereka. Tapi dibelokan pertama ketiga gadis itu dicegat oleh seorang pria berkulit pucat yang wajahnya tak pernah jauh dari kata datar. "Kupinjam temanmu." katanya tanpa basa-basi dan langsung menarik Anjani keluar dari gandengan kedua teman nya itu. "Ya ya ya! lepaskan !" pekik Anjani nyaring, tak terima ia diseret begitu saja. "Lepas, Adam!" Adam sang pria menoleh dan melempar pandangan tajam pada anjani yang dibalas tak kalah tajam. Keduanya saling beradu pandang beberapa lama sebelum akhirnya Adam buka suara. "Kenapa kau tidak menungguku menjemputmu?" "Untuk apa?" "Dengan siapa kau berangkat?" Bimo." jawab Anjani cuek, namun satu nama itu mampu membuat aura wajah Adam semakin keruh. "Sebut namanya sekali lagi." ujar Adam dingin, Anjani masih berusaha melepas cengkraman tangan Adam. Namun yang ada Adam malah mendorongnya ketembok dan menyudutkannya. "Apa kau bilang tadi!" "Sebut namanya sekali lagi. Didepanku." Anjani mendongak saat menyadari nada suara pria didepannya semakin menusuk. Dilihatnya wajah Adam yang semakin dingin dan kilat matanya yang tajam, seakan menguliti Anjani saat itu juga. "Bimo" eja Anjani, dan membuat Adam semakin menggeram. "Kau berani pergi dengan lelaki lain disaat kekasihmu menunggumu didepan rumahmu? Oh, manis sekali." "Lalu apa namanya jika kekasihnya tiba-tiba membatalkan janji bertemu hanya untuk gadis lain?" sindir Anjani balik, Adam sempat mematung sesaat sebelum kembali menatap Anjani. "Anjani." "Kau marah-marah padaku hanya karena kau takut aku membahas pembatalan janjimu kemarin yang tiba-tiba? Mau melemparkan kesalahanmu padaku?" ujar Anjani sarkatis, menyentak dengan keras cengkraman pria itu dan mendorongnya. Belum dua langkah Anjani berjalan, Adam kembali mencekal tangannya dan menghimpit gadis itu diantara tembok dan dirinya. "Kita belum selesai bicara." "Apalagi?" balas Anjani jengah. "Anjani!" Anjani dan Adam menoleh saat mendengar panggilan nyaring Sarah dan Caca. Rupanya keduanya kekeuh mencari Anjani yang diseret oleh Adam. Dengan segera Anjani mendorong jauh-jauh tubuh Adam dan berlari menghampiri kedua sahabatnya. Sebelumnya ia sempat memberi tatapan tajam pada Adam dengan mata rusanya sebelum menggamit lengan Caca dan Sarah berjalan menjauhi Adam. "Kalian bertengkar?" tanya Caca begitu mereka berada dikantin, keduanya baru sempat bertanya saat jam istrirahat seperti sekarang karena pada saat tiba dikelas pagi tadi sang dosen dijam pertama sudah masuk kedalam kelas. "Dia yang mulai," sahut Anjani acuh. Dua gadis mungil saling menatap heran kearah temannya yang malah asyik dengan mie instan yang ia pesan barusan. Maklum saja, Adam dan Anjani jarang bertengkar, walaupun Adam sangat. Tidak! Teramat sangat posesif pada Anjani, namun Anjani seperti tidak mempermasalahkan sifat Adam yang satu itu. Anjani adalah gadis yang asik walaupun sedikit pemberontak. Dan Anjani akan sangat manja bila sudah didekat Adam. Tapi sekarang? "Memang apa masalahnya sampai kalian bertengkar? Tidak biasanya." kali ini Sarah yang bertanya, gadis itu memang selalu blak-blakan dan ceplas-ceplos. "Dia tiba-tiba membatalkan janji bertemu denganku kemarin sore dan malah mengantar gadis lain entah kemana." Satu lagi sifat Anjani yang tak banyak tau tentang diri nya yang begitu, polos dan jujur. Mungkin itu salah satu alasan Adam sangat protektif pada gadisnya itu. "Gadis lain? Siapa?" "Bimo bilang namanya Siska." "Jadi si Bimo yang menceritakan itu semua?" todong Caca langsung, dan Anjani pun mengangguk. "hei, bimo" suara Caca menyapa sekali lagi setelah pertemuan yang lalu, begitu melihat siluet pria yang disukainya didepan pintu utama kantin, bersama seorang pria lain. "Mengapa kauemberi tau Anjani kalau kekasihnya itu bertemu dengan wanita lain?,ucap Caca, karena pada saat itu Bimo dan Caca sedang berada di toko buku yang sama , dan secara kebetulan mereka bertemu dan melihan kekasih sahabatnya itu. Pria tinggi disebelah Bimo juga tersenyum manis pada ketiga gadis itu dan mengedip genit pada Caca, yang dibalas tatapan 'cepat-duduk',dari Bimo yang tak suka dengan gelagat teman nya itu. "Dimana Adam?" tanya Caca, mencoba mengambil alih pembicaraan sebelum Anjani mengamuk. Percayalah, meskipun mempunyai wajah imut dan kepribadian yang tidak terlalu heboh, Caca bisa menjadi seperti moster jika sudah marah apalagi mengamuk. "Sedang menemani Siska diperpustakaan." jawab teman pria yang dibawa oleh Bimo tadi santai, tidak menyadari tatapan terkejut dari ketiga gadis itu dan malah mengambil satu kacang dari atas meja. "Siapa sebenarnya Siska itu?" tanya Caca tajam, sekilas melirik Anjani yang menatap ke arah depan dengan pandangan kosong. "Memang Adam tidak cerita padamu, anjani?" Bimo melempar pertanyaan itu pada Anjani sembari mengernyit, "Kupikir kau tahu," "Jawab saja, Bimo!" sela Caca. "Jadi, Siska itu teman kecil Adam, sekaligus cinta pertamanya. 3 tahun lalu dia pindah ke kota lain karena ayahnya ditugaskan disana, baru seminggu yang lalu dia pindah kekampus ini dan berkulia disini." jelas Bimo sambil lalu, kemudian beralih menatap Caca, Sarah dan Anjani bergantian. "Kalian kenapa?" tanyanya saat melihat perubahan wajah ketiga gadis itu. " sepertinya Adam tidak memberitahu apa-apa pada gadisnya, Bimo." teman Bimo menyahut saat melihat tatapan mata Anjani berubah sendu. "Dan sangat jelas gadis itu tidak tahu apa-apa." "Mau mati rupanya," desis Caca saat kembali melihat siluet seorang pria yang sedang dibicarakan tengah berjalan kearah mereka dengan... menggandeng tangan seorang gadis. Belum sempat Adam dan gadis itu menghampiri meja sahabat-sahabatnya, Caca sudah berdiri lebih dulu dan menunjuk Adam dengan jari telunjuknya. "Diam disana, Tuan Adam yang terhormat." Anjani, Sarah, Bimo beserta teman nya itu mendongak saat mendengar suara Caca yang begitu sinis, keempatnya menoleh dan mendapati Adam membalas tatapan datar dan juga gadis disampingnya yang menampilkan raut wajah bingung. "Adam." panggil gadis itu, sedikit menarik ujung kemeja Adam. Pandangan Anjani seketika berubah datar, ia kembali berkutat dengan makanannya tanpa menggubris tatapan Adam. Adam menatap bergantian satu persatu temannya, Bimo dan temannya itu hanya menggelengkan kepalanya pelan saat Adam menatap mereka dengan penuh tanda tanya. "Bisa jelaskan siapa dia?" tanya Caca lagi, menatap sekilas gadis disamping Adam yang parahnya sekarang tengah memeluk lengan kanan pria itu. "Selamat siang, perkenalkan nama ku Siska... dan aku murid pindahan disini. senang berkenalan dengan kalian..." "Yang kumaksud hubunganmu dengan pria disampingmu itu." "Oh, Adam?" tanya Siska, "Dia teman kecilku, tapi sudah seperti pacarku, hihihi." "APA?" Semua orang yang berada di sekitaran meja itu sontak memekik bersamaan saat mendengar penuturan Siska, tak beda jauh dengan Adam yang sekarang menatap tajam 'teman kecil' nya itu, hanya Anjani yang masih tak perduli dengan keadaan sekitar, tapi jika ditelisik, kedua mata beningnya sudah memerah menahan tangis. "Siska, kau," interupsi Adam, Siska menoleh dengan senyum manis. "Kau tidak tahu kalau 'Adam' mu itu punya kekasih?" tanya Caca curiga, maksud dalam artian ini curiga pada Adam yang tidak terus terang pada Anjani. Dan sepertinya dugaan gadis bereyeliner itu benar, karena detik selanjutnya Siska menampilkan raut wajah bingung dan menatap Caca dan Adam bergantian. "Kekasih? Dia tidak pernah menceritakan seorang gadis pun padaku." tuturnya jujur. Caca melotot dan menatap tajam Adan yang masih mempertahankan wajah datarnya. "Ayo, anjani. Kita kekelas," ujar Sarah, menyadari bahwa gadis itu ingin menangis. Dengan segera ia menarik lengan Anjani dan menatap tajam Adam sebelum meninggalkan kantin bersama dua sahabatnya. Bimo dan temannya hanya bisa menatap pasrah kepergian gadis gadis itu dan mereka berdua mendelik pada Adam. "Kau baru saja membuat masalah besar." Ujar Bimo, entah dia menujukan pada Adam atau pada Siska saat ini. Adam hanya melempar pandangan dingin pada dua kawannya dan beralih menatap Siska yang ternyata sudah menatapnya lebih dulu. "Kau punya kekasih?" tanya Siska, dan Adam mengangguk pelan. "Apa dia ada diantara tiga gadis tadi?" "Ya," kali ini Bimo kembali yang menjawab, jika boleh jujur ia memang tidak terlalu suka dengan Siska. Gadis itu selalu menempeli Adam kemanapun, dan Adam hanya diam saja. "Gadis berambut coklat yang tadi duduk disampingku, itu kekasihnya." lanjut Bimo kembali, gadis itu tampak terkejut. "Kau tidak bilang padaku kalau kau punya kekasih." Ujar Siska pelan, "Maafkan aku, aku baru mau mengenalkannya padamu tapi ternyata malah salah paham seperti ini." sahut Adam, pikirannya menerawang pada gadis nya yang pasti tengah menangis sekarang. Anjani itu sangat sensitif, dan Adam sedikit banyak menyesal tidak pernah bercerita tentang Siska. Dia berpikir bahwa Siska hanyalah masa lalu dan Anjani adalah masa depannya. Tapi tidak disangka Siska kembali ke ke kota ini. Adam memang sudah tidak punya perasaan apapun pada teman masa kecilnya itu, ia hanya mencintai Anjani. Namun ia belum sempat atau belum siap menceritakan siapa Siska pada Anjani, karena takut Anjani marah. Kejadian dimana Adam membatalkan janji mereka berdua karena Siska bilang orang tua gadis itu ingin bertemu dengannya dan keluarganya, sekedar reuni teman lama. Tidak disangka malah akan berbuntut panjang seperti sekarang. Siska pun tidak jauh beda, ia berpikir dengan kembali nya dia ke kota ini bisa kembali mengumpulkan benih-benih cinta yang dulu sempat ada diantara mereka sebelum gadis itu berpindah sekolah waktu itu. Tapi nyatanya Adam sudah punya kekasih. Bimo menatap Adam dan Siska bergantian, "Kalian masih mau berdiri disana? jam kedua odsen killer akan dimulai." interupsinya, dan langsung berjalan meninggalkan dua sejoli itu. "Kita bicarakan ini sehabis jam kuliah nanti," ujar Siska dengan senyum yang dipaksakan dan langsung berjalan meninggalkan Adam sendirian. ... "Jadi?" kejar Siska begitu mereka ada ditaman kampus, keduanya memang sepakat bertemu disana setelah jam kuliah. Tadinya adam sempat ingin menolak karena khawatir dengan Anjani. Namun Anjani malah sudah pulang lebih dulu dan ia tidak mengikuti jam kuliah berikutnya, Bimo yang memberitahunya setelah mendengar dari Caca. Dan sekarang ia berniat menyelesaikan masalahnya dulu sebelum pergi kerumah Anjani. "1 tahun," ujar Adam, Siska menoleh dan mengernyit, "Aku sudah bersamanya selama 1 tahun." lanjut Adam lagi. Siska menatap pria disampingnya dengan sendu, 'benar-benar tidak ada harapan.' batinnya. "Kau sangat mencintainya?" "Ya." jawab Adam singkat, namun didalamnya ada nada ketegasan dan kemantapan yang sangat kuat. Adam mengalihkan pandangannya kearah gadis itu dan menatapnya dalam-dalam, "Maafkan aku.." "Tidak, tidak. Tidak perlu meminta maaf padaku, Adam ." "Aku tahu kau berharap besar padaku, .. dan aku minta maaf karena membiarkan itu." ujar Adam lagi. Satu tetes air mata bening lolos dari gadis bermata jernih itu, dengan gerakan reflek Adam segera mendekat dan menghapus lelehan air mata bening yang keluar dari sana. "Jangan menangis, aku seperti laki-laki berdosa membiarkan seorang gadis menangis..." "Boleh aku meminta satu permintaan padamu, Adam? Aku janji setelah itu akan menjaga jarak denganmu agar kekasihmu tidak salah paham." Bisiknya terisak, tanpa pikir panjang Adam mengangguk. "Cium aku," lirih Siska, Adam membulatkan kedua matanya, "Aku mohon... sekali ini saja..." "aku, aku-" "Aku mohon, Adam.." desak Siska lagi. Adam menghembuskan nafasnya dengan perlahan, "Baiklah," putusnya setelah lama terdiam dan berpikir. Dengan gerakan lambat Adam menundukkan wajahnya agar sejajar dengan wajah gadis yang sedang memejamkan matanya, pasrah dengan perlakuan Adam. Detik selanjutnya kedua belah bibir itu bertubrukan dengan lembut dan menempel sempurna. Adam hanya menempelkan bibirnya diatas bibir Siska, hati dan pikirannya dipenuhi bayang-bayang wajah Anjani. "Ad..dam ..." DEG! Baik Adam maupun Siska sama-sama terlonjak kaget saat mendengar suara yang begitu lirih didekat mereka, dengan segera Adam menarik wajahnya dan menoleh kearah pohon besar. Anjani berdiri disana dengan air mata yang sudah mengalir. "say.." Anjani menutup mulutnya dan menggeleng pelan, hatinya teriris saat melihat orang yang dia cintai mencium gadis lain, d**a nya sesak menahan sakit. "Ini salah paham, sayang. dengarkan aku dulu.." ujar Adam panik, mencoba mendekat namun Anjani malah memundurkan langkahnya dan berlari menjauh dari mereka berdua "ANJANI, sayang dengarkan dulu penjelasan ku ini" "Kejar dia, Adam." Ujar Siska tak kalah panik, Adam menoleh dan menatap Siska. "Aku tidak apa-apa, cepat kejar dia." desak Siska,Adam terdiam sebentar dan kemudian mengangguk. "Akan kuhubungi kau nanti." Siska mengangguk dan menatap kepergian Adam dengan sendu, "Maafkan aku Adam.." bisiknya parau. Adam berlari mengejar secepat yang ia bisa, mencoba mengejar Anjani yang sekarang sudah menghilang entah kemana, dikoridor dekat pintu gerbang kampus ia malah bertemu dengan Bimo dan Caca. "Kemana Anjani?" tanyanya terengah, "Pergi dengan taksi." jawab Bimo ketus. "Sudah kubilang langsung temui Anjani, kenapa kau malah menemui teman kecilmu itu?" "Aku harus menyelesaikan permasalahanku dengannya dulu baru bertemu dengan Anjani." jawab Adam , dan Caca mendengus sementara Bimo hanya menatap keduanya dengan bingung. Adam mengatur nafasnya sesaat sebelum merogoh saku celana nya, mendial nomer seseorang. "Halo bi" "Halo tuan.. apa Anjani sudah pulang?" tanya adam. "Nona sudah pulang tuan ? Ya, dia baru saja pulang.." "Baiklah tidak apa-apa. tadi aku tidak bisa mengantarnya pulang... Syukurlah jika dia sudah pulang." jawab Adam, sedikit meringis karena ia berbohong. "ok bi .. kalau begitu ku tutup dulu. selamat siang" "selamat siang" Adam kembali memasukkan ponselnya kedalam saku celana, tak menyadari tatapan garang Caca. "Kau membohongi Bibi di rumah Anjani?" tanyanya tak percaya, Adam menoleh dan kembali memasang wajah datarnya. "Aku tidak mungkin memberi tahu kalau kami sedang berselisih paham, aku akan menemuinya besok dikampus saja . Dia mungkin butuh waktu sendiri sekarang." "Baiklah, terserah padamu. Jangan menyesal." Adam mengangguk dan berjalan kembali menuju kampus mereka dan sementara Bimo dan Caca kearah parkiran. .. Nyatanya keputusan Adam untuk tidak menyusul Anjani kemarin adalah sebuah kesalahan besar yang dia perbuat. Dia sudah menghampiri Anjani dikelasnya saat istirahat namun gadis kecilnya itu tidak masuk kampus hari ini,dia malah mendapatkan berita mengejutkan dari Caca. "pergi! Anjani pergi, Adam!" Adam merosot duduk ditempat yang biasa Anjani duduki dengan wajah syok, Bimo dan Caca yang ikut mengantar Adam kekelas Anjani mereka hanya bisa menatap kasihan pada sahabatnya yang satu itu. "Dia pergi kemana?" tanya Bimo pelan, secara tidak langsung menyuarakan isi hati Adam. Caca mendelik dengan mata memerah menahan tangis, "Dia kembali ke rumah orang tua nya sementara ini..." DEG! "APA!?" pekik Adam dan Bimo bersamaan. "Tadi pagi supir pribadi nya Anjani datang ke kampus dan menitipkan ini pada kita." ujar caca lagi sembari mengacungkan sebuah amplop berwarna biru muda. "Tolong bacakan untuk kita ca" Caca yang mengambil alih surat yang dipegang oleh Nya tadi dan membukanya. semua orang itu menyimak dengan seksama setiap tulisan yang dibacakan oleh gadis mungil itu. Mereka terkesima dan tidak bisa bicara apapun, kalimat untaian yang begitu indah dibaca dengan epik. Gadis ini memang pandai mengambil hati orang lain.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN