BAB 19

1069 Kata

Tidak terasa jam di dinding sudah menunjukkan jam makan siang. Namun, belum juga ada tanda-tanda jika Sacha akan kembali. Nyaris Lia mati karena menunggu. Bosan, itu lah yang dia rasakan selama Sacha pergi. Tak henti-hetinya ia memeriksa ponselnya berharap Sacha akan memberinya kabar. Akan tetapi, semua itu hanya sebuah hayalan. Hampir saja Lia merasa menyesal karena telah merelakan kesuciannya untuk Sacha. Meskipun lelaki itu adalah suaminya, tetapi Lia juga belum bisa percaya jika lelaki itu juga mencintainya. Dering ponsel membuat lamunan Lia terbuyarkan. Cepat-cepat gadis itu melihat ponselnya siapa tahu suaminya. “Ternyata Gianna,” gumamnya. “Halo, kenapa Gin?” tanya Lia pada seseorang di sebrang sana. “Lo kemana aja sih? Kok nggak bernagkat kuliah? Nggak bilang ke gue.” Tak h

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN