Sayup-sayup Lia mendengar suara Sacha yang sedang menerima telepon. Setelah meminum teh dan beberapa roti, Lia memutuskan kembali untuk terlelap. Wanita itu melirik kearah jam di dinding, ternyata sudah menujukkan pukul 11 siang. “Aku tidak mencintainya, percayalah padaku sayang.” Lia terdiam kaku di tempatnya masih dengan posisi membelakangi Sacha yang ada di balkon kamar hotel. “Aku menikahinya dan aku pura-pura mencintainya hanya karena ingin membalaskan dendam.” Lia mengepalkan tangannya di balik selimut. Sungguh, hatinya sudah tidak bisa lagi menahan sakit di dalam sana. Namun, Lia hanya bisa diam, tidak bisa berbuat apa-apa. Dia akan menjadi gadis dunggu, pura-pura tidka tahu jika Sacha ternyata hanya mempermainkannya. “I lover you.” Setelah mengucapkan kalimat itu, sambunga