"Aku insecure sama keadaanku, Mas." Pada akhirnya aku memilih untuk jujur mengatakan apa yang membuatku gamang. Perlahan aku meletakkan piring yang sudah hampir habis itu ke sisi tubuhku yang kosong sebelum aku menatapnya. Aku berusaha tersenyum menatapnya yang mengangkat alisnya menunggu penjelasan dariku dan yang aku lakukan adalah menghela nafas panjang. Aku tidak ingin menjadi manusia ribet yang bermain teka-teki karena hidupku sendiri pun sudah semrawut, itu sebabnya aku langsung mengatakan saja kepada Mas Damar apa yang menjadi beban pikiranku. "Aku merasa kita sama sekali tidak sebanding. Terlepas dari yang Ayahku lakukan sampai rasanya aku tidak berani lagi memperlihatkan wajahku, aku cuma orang biasa Mas. Aku tidak memiliki keistimewaan sama sekali, dan lihatlah, kita sangat ja