Wanita yang dipanggil Bu Halim tersebut langsung tersenyum sumringah, beliau yang sebelumnya tengah merapikan pot-pot bunga yang berjajar di halaman depannya langsung meninggalkan begitu saja tanamannya dan menghampiri kami. "Calon istri, Alhamdulilah, akhirnya rumahnya punya Nyonya. Siapa ini namanya Nak Cantik." Ucap beliau yang membuatku meringis, campuran antara malu dan juga salah tingkah sementara Mas Damar justru cengar-cengir. Satu hal yang aku notice adalah Mas Damar bestie dan hangat terhadap Ibu-ibu. Mengikuti Mas Damar yang turun dari sepedanya, aku langsung turun dari sepeda yang aku pakai dan menyalami Ibu Halim. Wanita berjilbab lebar tersebut bahkan mengusap kepalaku saat aku menundukkan kepalaku untuk bersalaman. "Batari, Bu. Salam kenal." Dengan ramah aku memperkenalk