4. Sebuah Ambisi

1013 Kata
Mia tahu jika apa yang disampaikan oleh lelaki bule di hadapannya ini hanyalah sebuah guyonan semata. Mana mungkin ia percaya begitu saja dengan apa yang Mas Bule jawab akan tantangannya tadi. Ah, Mia menyesal. Untuk apa juga tadi dia memberikan penawaran konyol pada lelaki yang bahkan belum ia kenal. Mia sedikit mencondongkan tubuh ke depan. Kembali rasa ingin menggoda Mas Bule terlintas begitu saja dalam benaknya. "Mas Bule serius?" tanya Mia menampilkan wajah seserius mungkin. Padahal dalam hati Mia, ia harap-harap cemas dan takut jika ucapannya akan menjadi boomerang untuknya sendiri. James, lelaki itu mana takut dengan tantangan wanita bernama Mia. Ya, James sudah membaca dengan jelas id card yang gadis itu berikan. Yang harus diketahui dari seorang James adalah lelaki itu akan melakukan apapun juga demi keinginan dan ambisinya. Jujur, rasa penasaran tak mampu James enyahkan. Bagaimana mungkin ada warung kopi seramai ini? Dari semua kalangan usia ada semua dan berkumpul menjadi satu di tempat ini. Dari usia muda sampai dewasa menggilai kopi racikan Mia. Dan James tak akan mengingkari bahwa secangkir kopi hitam yang baru saja diminumnya, sangatlah enak terasa di lidah. "Ya. I'm serius." James menjawab dengan wajah fokus menatap pada Mia. Cantik. Satu kata yang James lontarkan begitu saja dalam hatinya. Tak akan James pungkiri jika wanita pemilik warung kopi viral ini salah satu wanita asia yang wajahnya tampak memukaunya. Kulit coklat eksotis, alis tebal, mata bulat dan indah dihiasi bulu mata panjang dan lentik. Bibir Mia, jangan ditanya lagi. Seksi dan menggoda. James berdehem untuk menetralkan dirinya yang tiba-tiba saja merasa terpesona pada gadis di hadapannya. Mia menyandarkan punggung pada kursi lalu tertawa sumbang. Ia merasa konyol dengan pembahasan bersama pria Bule itu. Ia mengibaskan tangannya lalu berkata, "Sudah bercandanya? Mas Bule ini lucu sekali. Begini, aku akan mengganti semua kerusakan mobilmu. Aku sendiri yang salah, jadi aku tak keberatan bertanggung jawab. Berapa kira-kira biaya perbaikannya?" tanya Mia tak lagi membahas seputar tantangan konyol pernikahan yang tadi ia tawarkan. James mengedikkan bahunya. "Besok aku akan ke sini lagi. Menagih jawaban yang belum pasti darimu." James beranjak berdiri lalu mengeluarkan dompet dari saku celana jeansnya. Menarik selembar uang lima puluh ribuan dan meletakkan asal di atas meja. Mia masih memperhatikan punggung lelaki tampan yang kini sudah ke luar dari dalam warung kopinya. Menepuk kedua pipi yang tirus dan menyesal dengan apa yang dia ucapkan tadi. Bagaimana bisa mulut nakalnya itu menawarkan sebuah pernikahan pada pria bule yang baru ia temui tadi. Ah, dia belum pernah berkenalan dengan pria itu. Siapa kira-kira namanya? Menepuk dahinya pelan, "Lah, KTP-ku kok ra di balikne gek piye to," rutuk Mia akan kebodohannya sendiri. Ia lupa meminta KTP miliknya yang masih berada di tangan mas bule. **** Malam hari di sebuah kota kecil yang James kunjungi. Lelaki itu telah lelah berkeliling. Kota ini bertetangga dengan kota di mana tempat lahir Maminya. Ya, sebuah daerah di pelosok Kabupaten Jawa Timur. Jika Maminya berasal dari Kediri Jawa Timur. Lain halnya dengan keberadaan James saat ini. Kota Tulungagung. Begitu yang James tahu. Hanya karena sebuah warung kopi viral James bisa terdampar di kota ini. Meski salah satu kota yang terbilang kecil, akan tetapi jika di malam hari kota ini tak pernah mati. Sejak sore hingga jam sepuluh ini tadi, James tak lelah berkeliling. Sesekali ia mampir di setiap pedagang kaki lima yang ia jumpai. Hanya sekedar mencoba makanan sampai aneka camilan. Sebuah angkringan yang banyak James jumpai juga menyediakan aneka macam nasi bakar serta aneka macam jenis per-sate-an. Wajah memang bule. Tapi James sangatlah suka makanan daerah seperti yang sering Maminya masak untuknya. Nasi tetap menjadi menu utama makanan di rumahnya. Buka roti atau western food yang menjadi ciri khas orang bule. Entahlah, kenapa kehidupan James justru lebih mengarah pada adat ketimuran daripada kebaratan. Itu berarti pesona Mami Isma dalam keluarganya sangat berpengaruh besar. Baik Thomas dan juga James tak pernah mengeluh kala Mami Isma merecoki mereka dengan adat ketimuran. Karena memang mereka tinggal di negara Indonesia tercinta. James memilih menginap di salah hotel yang berada di pusat kota. Tidak bisa dibilang hotel bintang lima. Tapi hotel ini sepertinya adalah hotel terbaik yang meenjadi jujukan wisatawan yang kebetulan sedang berkunjung ke kota ini. Setelah mandi, hanya dengan kaos dan celana boxer saja, James menyesap kopi yang merupakan minuman favoritnya. Duduk di balkon depan kamar yang ia tempati. Ia sesap kopi yang masih mengepulkan asap panasnya. Ini adalah kopi yang di sediakan oleh pihak hotel dan bisa ia nikmati secara free. Akan tetapi James merasa kurang. Baginya, kopi yang ia nikmati di warung kopi viral milik Mia tak ada yang menandinginya. Atau, mungkin saja James harus mencicipi kopi lain selagi ia masih berada di kota ini. Siapa tahu saja dia bisa menemukan lagi kopi nikmat dan enak yang bisa ia temui. Ya, besok dia akan kembali berkeliling kota. Mencari pemilik warung kopi yang bisa saja menjadi rekan bisnisnya nanti. Menjadi pengusaha sebuah coffe shop membuat James harus bisa terus berinovasi pada semua menu minuman yang akan ia jual. Jika menu minuman kopi ala luar negeri sudah biasa menjadi menu andalan di sebuah coffe shop. Tapi, jika kopi murni yang berasal dari daerah seperti ini akan jarang bisa di temui. James tak akan mengenal lelah dalam berusaha. Ia akan melakukan apa saja. Termasuk yang gadis bernama Mia tadi tawarkan. Sebuah tawaran pernikahan yang di iya-kan saja oleh James. Jangan salah, James tak akan mundur atau menyerah  sekalipun penawaran menikah yang ia dapat dari wanita yang belum dia kenal. Asalkan James bisa mendapatkan resep kopi istimewa yang tadi sudah sempat dia coba. Mia. James menggumamkan nama itu lagi. Entah apa yang membuat James merasa tertarik dengan gadis itu. Apakah karena keberanian gadis itu? Ataukah karena James mnegincar resep kopi yang rasanya tak tertandingi dan hanya dimiliki oleh gadis itu? Ah, James tak tahu. Tapi yang jelas, seorang gadis bernama Mia sudah mampu mencuri perhatian di saat pertama kali jumpa. Baiklah, James rasa ia masih punya banyak kesempatan untuk mendekati Mia. Mungkin dengan alasan mobil yang telah Mia tabrak, James bisa mendapatkan apa yang ia inginkan. Satu lagi harapan yang James minta, semoga ia betah menghadapi Mia, si gadis berbahasa jawa.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN