Bab 3

1029 Kata
"Gagal!" "Gagal!!" "Gagal lagi!" Airin dengan suara lantang memarahi kinerja gadis itu. Gia sangat sulit menyelesaikan mantra dasar saja. "Hah...hah...hah...." Gia kesulitan mengatur nafasnya. Bajunya sudah basah akibat keringatnya. "Perbaiki pengucapan mu,Gia. Tidak semua hal bisa diselesaikan dengan sekali coba saja, harus melalui banyak percobaan baru bisa berhasil dengan sempurna." Airin berjalan ke sisi gadis itu, dia menempelkan telapak tangannya di puncak kepalanya. [Heal!] Sring!! Kelelahan yang dia rasakan langsung hilang seketika. Gia berbaring diatas rerumputan. Karena berkeringat tadi, dia merasa gatal karena lengket. "Aku sangat ingin mandi!" Airin mendesah frustasi melihat sikap kekanakan gadis itu. "Kamu bisa mandi di sungai." "Hah? Gila kali, mandi di sungai, dikira saya ikan." "Pergi saja,"ujar Elf cantik itu dengan kesal. Dia berbalik pergi meninggalkannya di sana sendiri. Gia melihat air sungai yang mengalir jernih, dia hanya bisa menahan keluhannya dan bangun dari sana. Melepaskan pakaiannya hingga tidak tersisa, dia berjalan dan masuk ke dalam air. Sensasi dingin langsung membuatnya gemetar karena kaget. "S-sangat dingin..." Rasa lelah dan penat yang dia rasakan, akhirnya hilang secara perlahan. Gia memejamkan matanya dan tertidur di pinggir sungai. Rambut panjangnya mengapung seperti rumput laut. Kunang-kunang berkumpul di dekatnya, padahal hari masih terang. Kunang-kunang itu mengelilinginya, seakan menjaga gadis itu yang sedang tidur. Dari balik pohon besar, seekor harimau putih yang kulitnya hanya berwarna putih saja tanpa corak lain. Harimau itu berjalan kearah gadis yang di sungai itu, tidak ada niat membunuh darinya. Harimau itu sampai disisinya dan mengendus aroma dari tubuh Gia. Harimau itu mengangkat kepalanya dan memandang ke arah Elf yang sedari tadi berdiri disana. Dia membuka mulutnya,"Dia manusia yang ditakdirkan itu?" "Iya,"jawab Airin dengan ekspresi serius. "Dia sangat lemah,"ejek Harimau putih dengan mata yang memandang jijik ke arah Gia. "Dia memang lemah, tapi kelemahannya itu akan segera ditutupi dengan bakatnya." Harimau putih mendecih mendengar ucapan Elf itu. "Kau percaya dengan takdir bodoh itu? Sangat konyol." setelah mengucapkan kalimat itu, dia berbalik pergi dari sana. Airin melihat kepergian Harimau itu dengan dingin. Dia tahu bahwa hewan itu adalah Guardian yang diciptakan untuk menjaga setiap Peri yang sudah dipilih. Sayangnya, Guardian milik Gia adalah harimau yang sangat pilih-pilih dan sulit diajak bekerja sama. Hanya menunggu gadis itu membangkitkan simbol dan kekuatan peri yang sebenarnya, mungkin harimau itu akan mengenalinya sebagai tuannya. ------------- Dalam air, Gia perlahan membuka matanya dengan malas. Dia merasa ada yang aneh dengannya, bagaimana dia bisa tidur dengan nyamannya di sungai tanpa khawatir ada buaya atau hiu disini! "Si Kebo bangun juga,"Ucap Elf cantik yang sedang duduk diatas sebuah batang pohon. "YA TUHAN...MONYET!!" Teriak Gia dengan buru-buru melompat dari dalam sungai. Seketika tubuhnya yang polos terpampang jelas didepan mata Airin. Gia merasa kedinginan akibat hembusan angin, dia memerah karena malu. Tangannya meraih handuk mandinya dan menutupi tubuhnya. "Tidak perlu sepanik itu, tubuhmu tidak sebagus milikku juga." Airin berkata dengan cetus padanya. "................." Jadilah dia buru-buru memakai pakaiannya, lalu mengikuti Elf itu ke pohon kehidupan. Setelah mandi, dia merasa lebih segar dari bersemangat. "Kali ini harus berhasil,"Ujar Airin dengan serius. "Um." Gia mengangguk dengan mantap. Perlahan dia berusaha mengontrol aliran energi sihir di sekitarnya. Tubuhnya diselimuti oleh gelombang sihir yang kuat. Airin sendiri harus mundur jauh darinya, tekanan sihir sangat kuat untuknya. [ Silent ] "Ungh....!!" Airin bisa merasakan kekuatan aneh menekan dirinya dan menahannya untuk tidak bersuara. Gadis di depannya jelas sudah merapalkan mantra diam. 'Kekuatannya benar-benar kuat untuk ukuran manusia...' Gia seperti orang lain disana, tanpa ekspresi di wajahnya. Dia hanya menatap kosong ke arahnya, tetapi sensasi dingin mulai menyebar kedalam hatinya. [Stop] Gia sekali lagi membuka mulutnya dan merapalkan mantra lain. Seketika waktu berhenti berjalan di hutan dan seluruh daratan. Mata Airin dibuat tidak bisa percaya dengan apa yang dia lihat. Sebagai Elf, dia bisa merasakan kekuatan dari tubuh gadis itu menyebar luar ke segala penjuru dunia. Waktu berhenti, setiap gerakan berubah menjadi patung tidak bergerak. Gia mulai bergerak dan berjalan mendekati tempat Elf itu berdiri. Rambutnya juga ikut berubah menjadi lebih panjang dan bergelombang. Matanya berubah menjadi hijau zamrud yang dingin. Dia mengulurkan tangannya dan menggerakkan ujung jari telunjuknya ke dagu Airin. "Apakah kamu berpikir bahwa aku masih lemah?" Airin menggelengkan kepalanya dengan kaku. "K-Kamu...." Gia tersenyum tipis melihat rasa kaget di wajah orang lain. Dia menjentikkan jarinya dan waktu kembali berjalan. Kedua pupilnya juga kembali normal, Gia mengedipkan matanya bingung. Tubuhnya seakan kehilangan tenaganya dan akhirnya jatuh ke depan. Beruntung Airin sudah sigap dan menangkap gadis itu. Elf itu menatap gadis di depannya dengan takjub. Dia berpikir bahwa Gia memang pilihan para Dewa, keliatannya adalah bukti nyata. Akan tetapi, Harimau putih itu malah tidak ada disini untuk menampar kenyataan tentang kemampuan gadis itu. Dengan kekuatan besar ini, maka akan lebih muda untuk menjalankan misi utama seorang Peri. "Kamu benar-benar mengejutkan,Gia." Gadis itu perlahan sadar dan duduk dengan bantuan Airin. Gia merasa kepalanya sangat berat dan tubuhnya kehilangan banyak tenaga. "Apa yang terjadi?" "Kamu pingsan,"jawab Airin dengan sengaja berbohong. "Mungkin karena terlalu menggunakan banyak [Mana] dalam seharian ini,tubuhmu tidak bisa menahannya terlalu lama." Mendengar perkataan Airin, gadis itu langsung mengangkat tangannya dan menunjuk ke arah Elf tersebut. "Ini semua salahmu! Latihan yang kamu berikan padaku sangat keras untuk manusia langsung kuasai!"Serunya dengan nada marah. Airin terdiam karena dimarahi oleh seseorang untuk pertama kalinya dalam hidupnya. 'Apa manusia memang sangat lemah atau mereka memang tidak bisa latihan terlalu keras seperti dia?' 'Apa aku terlalu keras? Tapi menurutku ini sudah sangat santai latihannya.' "Apa kamu lapar?" Gia mengangguk saat ditanya soal lapar oleh Airin. Perutnya sudah sedari tadi bergemuruh di bawah sana. Dia dibantu bangkit dan berdiri tegak oleh Airin, keduanya berjalan pergi menuju area batu besar. Disana sudah ada buah-buahan segar yang disiapkan oleh para Binatang dalam hutan ini. Gia menatap takjub dengan pemandangan yang aneh di depannya. Para hewan disini seperti memiliki pikiran dan akal sendiri, mereka melakukan hal yang disuruh oleh Airin dengan cepat. Airin membawa gadis itu untuk duduk. Matanya melirik pada sebuah simbol berbentuk sulur kecil berwarna biru di pergelangan tangan gadis itu. Matanya bersinar dengan rumit saat memandang tanda itu, tapi dia dengan cepat sembunyikan. "Ayo makan dulu,"ucap Airin pada gadis itu. Ternyata malah Gia sudah lebih dulu makan buah apel didekatnya. Airin yang melihatnya hanya bisa mendesah sambil berkata,"Dasar monyet kelaparan!" Monyet yang membawa pisang:............. Bersambung…...
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN