Ketika Anda mengunjungi situs web kami, jika Anda memberikan persetujuan, kami akan menggunakan cookie untuk mengumpulkan data statistik gabungan guna meningkatkan layanan kami dan mengingat pilihan Anda untuk kunjungan berikutnya. Kebijakan Cookie & Kebijakan Privasi
Pembaca yang Terhormat, kami membutuhkan cookie supaya situs web kami tetap berjalan dengan lancar dan menawarkan konten yang dipersonalisasi untuk memenuhi kebutuhan Anda dengan lebih baik, sehingga kami dapat memastikan pengalaman membaca yang terbaik. Anda dapat mengubah izin Anda terhadap pengaturan cookie di bawah ini kapan saja.
If you would like to learn more about our Cookie, you can click on Privacy Policy.
“Pertanyaan Tante, dengan Mita mukul Saga, apa sekarang Mita merasa jauh lebih baik?” tanya Tante Andien padaku. “Tante ngga bilang Mita salah lho ya, ini sekedar nanya, gimana perasaan Mita?” Aku menghela napas, menghapus air mata yang menitik lagi, kemudian menggeleng. “Tapi Tante, Mita ngga bisa biasa aja kalau lihat Saga. Rasanya benci banget! Mita ngga suka dia baik-baik aja, Mita marah lihat dia tersenyum, Mita mau dia menderita sampai dia merasakan gimana sakitnya Mita dulu!” Tante Andien tersenyum, mengangguk pelan. Ia kemudian menarik kepalaku agar bersandar di ceruk lehernya. Wanginya yang begitu lembut dan belaian di kepalaku sungguh membuat aku merasa nyaman. “Dan balasan suatu kejahatan adalah kejahatan yang setimpal, tetapi barang siapa memaafkan dan berbuat baik kepada or