110:MITA-MARAH TAPI RINDU

1918 Kata

Sore ini NICU rasanya begitu sunyi. Tidak dalam arti harfiah, hanya aku saja yang merasa kesepian. Eyang: Boleh. Balasan singkat itu bahkan tak membuatku lega. Tadi, aku bertanya pada Eyang apabila aku diizinkan tinggal bersama beliau sementara waktu. Aku bahkan merasa gugup hanya untuk keluar ke halaman, khawatir The Weren’s mendapatiku dan menanyakan apa yang terjadi antara aku dan Tristan. Entah apakah Tristan menceritakan keributan kami pada yang lain, tapi feeling-ku begitu. Apa perasaan ngga enak ini karena memang gue yang salah ya? Aku menoleh ke balik punggungku, perempuan yang belakangan kerap berbicara dengan Saga mengangguk padaku. “Hai,” sapanya hangat. “Hai,” balasku. “Bagaimana kabar Farah?” “Begitulah,” jawabku. “Bagaimana dengan bayimu?” “Levi, putraku bernama Levi.

Baca dengan App

Unduh dengan memindai kode QR untuk membaca banyak cerita gratis dan buku yang diperbarui setiap hari

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN