Pekikan Tristan membuatku tersadar. Kelopak mata sontak terbuka, sementara jantungku berdentum kencang. Siapa yang membuatnya semarah itu? Aku duduk perlahan. Menyadari selimut rajut yang menutupi tubuhku dari batas pinggang, membuatku tertegun sesaat. Kenapa ia selalu melakukan sesuatu yang membuatku bersusah-payah menahan asa? Tidak! Aku tidak boleh jatuh cinta padanya. Tristan berhak mendapatkan yang lebih baik dariku. Bahkan aku belum selesai dengan amarahku pada Saga, bagaimanalah mungkin aku bisa leluasa mencintai? Kedua kaki kutapakkan ke lantai, selimut kulipat, baru kemudian aku berdiri dan melangkah ke pintu. Saat aku muncul … Tristan duduk di batas foyer, sementara Mama hanya terdiam menatap punggung putranya. Tak kudapati di mana Dad. Sedangkan Storm, sama sepertiku, ia pun