“Bangun Saga!” Areum nyaris memekik. Botol-botol berisi carian yang ia bawa dari kafe menggelinding ke berbagai arah. “Bangun!” Ia menyentak seraya menarik lenganku.
Sementara Mita justru memundurkan langkah agar tak tergapai olehku.
Lalu, kudengar kekehan sinis.
Kutegakkan punggung kembali, menatapnya nanar. Tak ada sedikit pun raut iba di wajahnya. Malah … ia jijik padaku.
“Bangun, Ga! Ayo,” ujar Areum lagi. Dan aku, masih enggan.
“Maafin aku, Mita. Aku salah. Aku minta maaf,” pintaku lagi. “Bayi kita kenapa, sayang?”
Mita bergeming. Sementara pria yang enggan aku anggap keberadaannya mengehela napas keras. Aku tak peduli siapa dirinya. Aku masih mencintai Mita dan aku menginginkannya kembali. Semua yang terjadi hanyalah bagian dari masalah rumah tangga kami. Begitu bukan?
“Let’s
