“Kamu apa kabar, Thevy?” Thevy menatap marah ke arah Mada. Berani-beraninya menanyakan kabar Thevy setelah apa yang pria itu lakukan kepadanya dulu. Apa Mada memang setidak malu itu? Apa Mada tidak bisa mengira-ngira bagaimana kabar Thevy setelah dia khianati? Sungguh keterlaluan! “Kalau memang nggak ada tawaran kerjasama yang mau lo bahas, sebaiknya gue balik,” kata Thevy seraya bangkit dari duduk berniat untuk pergi dari hadapan Mada. “Jangan pergi,” ucap Mada buru-buru sebelum Thevy benar-benar beranjak dari tempatnya. “Aku beneran mau nawarin kerjasama,” tambahnya cepat-cepat. “Aku mohon, duduk dulu.” Thevy menghela napas dalam lalu ia kembali duduk di kursinya. “Jadi, apa yang lo tawarkan?” tanyanya malas untuk sekadar berbasa-basi. “Aku bekerja sebagai editor di penerbit Harpa