"Mari Pak!" Ucap Nidya berdiri tepat di depan meja Bagas, Bagas berbalik dari kursi kebesarannya lalu berdiri mendekati Nidya sambil membenarkan jas menatap Nidya dengan tatapan tak terbaca. Untuk ukuran Bagas, Nidya terbilang mungil dengan tinggi badan hanya mencapai 155 cm sedang Bagas 185 cm jadi hanya sebatas d**a Bagas sehingga membuat Bagas harus menunduk untuk melihat gadis cantik itu.
"Kamu semakin cantik!" Bisik Bagas tepat di telinga Nidya yang seketika membuat jantung Nidya berkejaran, melihat ekspresi Nidya gugup Bagas segera berjalan ke luar ruangannya dan menuju lift dengan ekspresi datar. Bagas teringat dulu ketika masih SMA, ia sering menggoda guru matematika kesayangannya itu.
Flashback On...
"Bagas tolong bawakan buku ini ke kantor saya!" Perintah Nidya pada ketua kelas IPA-1 SMA Pelita Harapan, dengan semangat Bagas berdiri mendekati meja guru.
"Baik Miss Nidya," balas Bagas lalu beranjak dari bangkunya mengangkat buku tugas teman sekelasnya lalu mengekor di belakang Nidya hingga ke kantor guru dan meletakkannya di atas meja Nidya.
"Makasih ya Bagas!" Ujar Nidya masih seperti biasa dengan wajah dinginnya. Dulu Nidya adalah guru PKL terpopuler karena kecantikan dan kreativitasnya mengolah kelas, matematika yang biasanya menjadi pelajaran yang tak disukai murid-murid, di tangan Nidya pelajaran matematika menjadi menyenangkan dengan berbagai kuis dan permainan. Namun, sisi lain Nidya yang menyeramkan akan tiba-tiba muncul saat ada yang mengusiknya saat pelajaran, ekspresi datar dan dingin akan bertahan hingga jam pelajaran usai.
"Miss cantik deh! mau nggak jadi calon istriku?" Goda Bagas yang seketika membuat wajah Nidya memerah karena marah.
"Dasar ya kecil-kecil ngomongin istri, sekolah yang bener dulu sana!" jawab Nidya ketus sambil mengibaskan tangannya mengusir Bagas pergi.
"Kata siapa Miss saya kecil?"Bagas semakin menggoda Nidya dengan mensejajarkan tubuhnya di depan Nidya. Otomatis Nidya semakin geram karena merasa dibully secara fisik oleh muridnya sendiri.
"Awas ya kamu!" Ancam Nidya sambil ingin meraih telinga Bagas. Namun karena tubuh Nidya yang mungil tangannya tak bisa menjangkaunya.
"Tuh kan Miss nggak sampai kan! aku janji Miss Nidya bakalan jadi istriku," balas Bagas lalu ia segera pergi sebelum guru kesayangannya mengamuk. Saat Bagas berlari menjauh Nidya tersenyum memandang punggung Bagas menjauh, tak bisa dipungkiri Bagas memang sangat tampan dengan wajah ala oppa-oppa Korea dengan tubuh tegapnya yang semakin membuatnya sempurna.
"Sadar Nidya dia tu murid kamu!" protes hati Nidya. Gadis itu segera mengenyahkan pikirannya yang mulai terusik.
Flashback Off
Brukk.. Karena tak fokus Nidya menabrak punggung Bagas yang berhenti di depan lift.
"Maaf Pak saya tidak sengaja!" Ucap Nidya terbata ia takut bos barunya marah karena kecerobohannya. Nidya sendiri bingung ia merasa tak nyaman bekerja pada orang yang pernah singgah di hatinya. Ia takut tidak bisa bekerja secara profesional, padahal di tempat kerja sebelumnya ia adalah sekretaris andalan di perusahaan, semua pekerjaannya selalu memuaskan.
Tanpa menjawab Bagas memasuki lift yang telah terbuka dan diikuti oleh Nidya di belakangnya.
"Sini, kamu jangan berdiri di belakang saya!" tanpa aba-aba Bagas menarik tangan Nidya hingga membuatnya terhenyak, lalu dengan perlahan Nidya melepaskan genggaman tangan Bagas.
"Maaf Pak!" Ucap Nidya sedikit sinis, sejak memutuskan berhijab Nidya menjaga jarak dengan laki-laki yang bukan muhrimnya, ia benar-benar ingin bertaubat atas dosa yang telah ia lakukan dulu bersama Bagas. Karena dosa itulah hingga sekarang Nidya tidak berani menjalin hubungan dengan laki-laki manapun.
Di usianya yang hampir memasuki angka 27 tahun bukan hanya sekali laki-laki ingin meminangnya bahkan orang tua Nidya sudah berulangkali mencoba menjodohkan dirinya dengan laki-laki pilihan mereka tapi Nidya selalu menolak, entah mengapa sulit rasanya untuk Nidya jatuh cinta lagi.
Saat Bagas duduk di kursi kemudi Nidya bingung antara duduk di samping atau di kursi belakang, akhirnya ia memutuskan untuk duduk di kursi belakang.
"Ngapain kamu duduk di belakang, emangnya aku supir kamu!" Ujar Bagas tanpa menoleh, ia amati wajah Nidya yang memerah karena kesal dari spion mobil. Bagas tersenyum simpul saat Nidya ke luar dan berpindah duduk di samping kursi kemudi. Bagas puas bisa menjahili gadis pujaannya, tadi ia sengaja menyuruh Pak Rahmat supirnya untuk beristirahat, ia ingin hanya berdua dengan sekretaris barunya yang sepertinya asyik untuk dijahili.
Tepat di depan restoran mewah mobil mereka berhenti, saat Nidya hendak membuka pintu mobil tiba-tiba Bagas melarangnya.
"Kamu tunggu di mobil aja," perintah Bagas tegas.
"Baik Pak!" Jawab Nidya santai dengan mengurai senyuman, tanpa sadar Bagas mendekatkan wajahnya ke arah Nidya.
"Jangan sekali-kali tersenyum seperti itu di depan laki-laki lain!" ucap Bagas lirih lalu menjentikkan jarinya di kening Nidya yang masih mematung. Setelah menutup pintu mobil Bagas menghampiri seorang gadis cantik berbaju pink bermotif flowy selutut yang berdiri di depan restoran.
Melihat Bagas mencium pipi kiri dan kanan gadis itu membuat hati Nidya gelisah, apalagi Bagas tampak bahagia merangkul bahu gadis itu dan tangan gadisku melingkari perut Bagas dengan mesra. Nidya tersadar Bagas pasti sudah melupakannya, cinta di antara mereka dulu hanya terjalin hitungan hari, selama tiga hari mereka menghabiskan waktu bersama dan setelah itu Nidya pergi tanpa kata.
Sambil menunggu Bagas makan siang bersama pacarnya, pacar menurut Nidya. Nidya memasang handset di telinganya untuk menghibur hatinya yang tiba-tiba bergerimis karena mengenang kisah cintanya yang tragis bersama Bagas. Ternyata jatuh cinta hanya memberikannya duka lara.
Tiga puluh menit berlalu Bagas tak kunjung ke luar dari restoran, Nidya kesal bukannya tadi bosnya mengajaknya menemui klien, ini justru ia dijadikan obat nyamuk bosnya yang sedang pacaran. Baru saja Nidya ingin ke luar dari dalam mobil, Bagas muncul sambil menggandeng gadis tadi lalu mengantar dan membukakan pintu mobil untuk gadis itu, tak lupa pelukan hangat mereka disaksikan langsung oleh Nidya.
"Nidya sadar dia bukan Bagas mu yang dulu, dia bos mu sekarang!" Tegur hati Nidya untuk menyadarkannya.
"Ini buat kamu, kamu pasti belum makan," ucap Bagas saat memasuki mobil dan menyerahkan nasi kotak dengan sebotol air mineral dingin kepada Nidya.
"Terimakasih Pak Bagas!" Balas Nidya sambil menerimanya. Dalam hati Nidya ngedumel
"Iya enak Bapak pacaran di dalem la aku kepanasan di sini."
Dalam perjalanan suasana terasa sunyi karena tak ada satu pun dari mereka yang membuka obrolan hingga tiba-tiba Nidya terkejut saat mobil berbelok memasuki area masjid, sedari tadi Nidya resah karena belum melaksanakan salat dzuhur tapi ia tidak berani bicara kepada bosnya yang sejak tadi pagi bersikap dingin padanya.
"Kita salat dulu, kamu salat atau ada halangan?" Tanya Bagas tanpa menoleh ke arah Nidya.
"Salat Pak!" Jawab Nidya singkat.
"Kita jama'ah!" Ajak Bagas yang seperti perintah, Nidya hanya mengangguk lalu menuju toilet wanita.
Nidya amati Bagas yang berjalan mendekatinya, Bagas yang sekarang jauh berbeda dengan Bagas yang dulu ketika masih berbadan tinggi kurus, pesona ala oppa-oppa Korea, sekarang dengan body goals yang very sexy, rasanya Nidya meleleh ditambah lagi dengan dandanan aura eksekutif muda yang memancar dari balutan jas mahalnya.
"Ehem.. Sudah siap?" Tiba-tiba dehaman Bagas menyadarkan lamunannya.
"Astagfirulloh," gumam Nidya dalam hati sambil mengangguk, menjawab pertanyaan Bagas.
*****
Sesampainya di kantor, Bagas langsung menuju ruangannya tanpa menyapa Ulfa yang berdiri memberi hormat, Ulfa keheranan melihat raut sumringah Bagas setelah ke luar makan siang bersama Nidya, Ulfa berbalik menatap Nidya yang berjalan jauh di belakang Bagas, melihat raut wajah Nidya yang lunglai Ulfa menjadi curiga, mungkinkah apa yang ia pikirkan tadi terjadi? Bagas mengerjai sekretaris barunya.
Nidya menuju meja kerjanya dengan lunglai, ia benar-benar lapar karena sedari pagi ia hanya memakan sepotong roti dan minum segelas s**u, tadi pagi karena saking semangatnya jam 7 tepat ia sudah sampai kantor, ia ingin memberi kesan terbaik pada bos barunya.
"Kamu kenapa Nid? Habis ke luar sama Bos kok muka kamu ditekuk gitu?" Ulfa mendekat karena penasaran.
"Aku lapar banget Fa, dari pagi belum makan eh tadi malah disuruh nungguin si Bos pacaran!" jawab Nidya sambil membuka kotak makan yang tadi diberikan Bagas.
"Serius Nid? Setahuku si Bos nggak pernah punya pacar!" ucap Ulfa sambil berpikir keras, setahunya bos mudanya tidak pernah memiliki pacar, Abimana dan Marni bahkan bingung dengan sikap Bagas yang selalu menolak saat akan dijodohkan dengan perempuan pilihan mereka, padahal pacar pun tak punya. Nidya hanya mengangkat bahu tak perduli lalu menyantap makanannya dengan lahap.
"Ternyata Bagas masih ingat makanan kesukaanku!" gumam hati Nidya tanpa mempedulikan Ulfa yang masih kebingungan.
"sudahlah Fa nggak usah dipikirkan, aku lapar kamu mau?" tawar Nidya pada Ulfa.
"Nggak makasih Nid aku udah makan tadi bareng yang lain," balas Ulfa lalu kembali menatap layar persegi di hadapannya dengan bingung, "Apa benar Pak Bagas sudah punya pacar?"
__________________&&&_________________
Judul Buku : My Beloved Teacher
Author : Farasha