“Kak Kanaya kenapa, Kak? Kelihatan marah banget, waktu aku sapa dia malah sinis. Jadi takut,” ujar Sinta sembari menarik kursi untuk duduk. “Dia lagi banyak masalah, biarkan saja nanti juga baikan lagi.” Dodit yang duduk di sampingnya segera mengambil alat makan dan bersiap untuk menyantap pasta. “Dodit berdoa dulu.” Dodit memanyunkan bibirnya, tapi ia tetap menurutinya. Kami makan dalam diam. Sinta dan Dodit terlihat menikmati pastanya. Perasaan gue nggak enak setelah kepergian Santi. “Kak Santi kenapa nggak makan? Ada masalah?” tanya Sinta sambil menyuapi makannya. Gue menggeleng sembari tersenyum tipis. “Nggak ada hanya saja kakak khawatir dengan Santi eh maksudnya Kanaya.” Dodit meminum airnya. “Sebenarnya apa yang terjadi, Kak? Kalian berdua aneh banget. Biasanya Kak Sinta
Unduh dengan memindai kode QR untuk membaca banyak cerita gratis dan buku yang diperbarui setiap hari