Arhan bergabung bersama Shania di taman belakang. Mereka makan malam dan minum cola. Sama seperti yang dikatakan perempuan itu sebelumnya. Traktiran dari teman dan itu cukup mengganggu konsentrasi Arhan. "Sekarang teman kamu banyak, ya?" Shania menoleh dengan kening berkerut, tetapi segera memberikan senyuman setelah mencerna apa yang dimaksud mantan suaminya itu. Teman yang selalu ada untuknya di kala masa depan hidupnya masih terlihat abu-abu. "Alhamdulillah, Allah pasti kasih jalan pada hambanya yang memohon pertolongan, Mas," sahut Shania kemudian. "Orang yang tiba-tiba datang dan bersikap layaknya teman baik. Apakah masih ada barang gratis di dunia ini," lontar Arhan, seolah tidak percaya kalau pertemanan Shania dilandasi ketulusan. "Tentu tidak ada yang gratis. Itulah kenapa ak